Materi HSI pada halaqah ke-20 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab kitab Ushulussittah adalah tentang penjelasan pokok kelima kitab Ushulussittah bagian 3. Kemudian beliau (rahimahullah) mengatakan:
ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ عِنْدَ أَكْثَرِ مَنْ يَدَّعِيْ الْعِلْمَ وَأَنَّهُ مِنْ هُدَاةِ الْخَلْقِ وَحُفَّاظِ الشَّرْعِ ، إِلَى أَنَّ الْأَوْلِيَاءَ لَا بُدَّ فِيْهِمْ مِنْ تَرْكِ اتِّبَاعِ الرُّسُلْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
Kemudian setelah itu kata beliau,
“Menurut sebagian besar orang yang mengaku berilmu dan bahwasanya dia adalah termasuk da’i seorang juru dakwah dan penjaga syar’iat menurut mereka bahwasanya wali-wali, dia harus meninggalkan mengikuti para rasul alayhissallam.
وَمَنْ تَبِعَهُمْ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang mengikuti rasul maka dia bukan termasuk wali”
Jadi dibalik, artinya amalannya harus tidak sesuai dengan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, maka inilah yang dinamakan wali menurut mereka.
Berkebalikan dengan apa yang di firmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ
“Kalau kalian benar-benar mencintai Allah maka hendaklah kalian mengikuti aku” (QS. Ali Imran: 31)
Seorang wali adalah orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, namun sebagian orang membalik dan mengatakan bahwasanya seorang wali adalah orang yang tidak shalat, orang yang tidak zakat, orang yang tidak puasa, artinya yang tidak mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Inilah yang dinamakan wali karena dia sudah sampai hakikat, derajat yang paling tinggi sehingga dia tidak perlu mengikuti syar’iat ini.
Wali dianggap adalah orang yang tidak mengikuti syar’iat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, ini menurut sebagian manusia bertentangan dengan apa yang Allah kabarkan didalam Al Qur’an.
Dan menurut sebagian orang yang namanya wali adalah orang yang meninggalkan jihad, adapun orang yang berjihad fīsabilillah maka dia bukan termasuk wali.
Padahal diantara sifat wali-wali Allah mereka berjihad Fī Sabīlillah. Kemudian kata mereka orang yang dinamakan wali adalah orang yang meninggalkan iman dan taqwa, maka barangsiapa yang beriman dan bertaqwa maka dia bukan termasuk wali.
Ini adalah keyakinan sebagian manusia yang dinamakan wali adalah orang yang tidak beriman dan tidak bertaqwa.
Berkebalikan dengan apa yang Allah sebutkan didalam ayat,
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”(QS. Yunus: 63)
Ini adalah penjelasan dari mualif menceritakan kepada kita tentang apa yang beliau lihat, apa yang beliau dengar, yang beliau rasakan dimana manusia dan khususnya kaum muslimin banyak diantara mereka yang tidak bisa membedakan antara wali Allah dengan wali syaithan.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan didalam Al Qur’an disana ada wali Allah dan disana ada wali syaithan.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُقَـٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُقَـٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱلطَّـٰغُوتِ فَقَـٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَـٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang yang beriman, mereka berperang fīsabilillah dan orang-orang yang kafir mereka berperang dijalan Thagut, kemudian Allah mengatakan; maka hendaklah kalian memerangi wali-wali syaithan disana ada wali-wali Allah dan disana ada wali-wali syaithan dan kita diperintahkan untuk memerangi wali-wali syaithan.”(QS. An-Nissa’: 76)
Kemudian Allah berfirman:
وَإِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَـٰدِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
“Dan sesungguhnya syaithan-syaithan, mereka mewahyukan kepada wali-walinya, supaya mereka mendebat kalian, dan seandainya kalian mentaati mereka, mentaati wali-wali syaithan niscaya kalian menjadi orang-orang yang musyrik”(QS. Al An’am: 121)
Dan tidak harus seseorang yang dinamakan dengan wali Allah harus memiliki kemampuan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa, misalnya bisa terbang, atau berjalan diatas air atau kemampuan-kemampuan lainnya yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Karena sebagian orang tidak bisa membedakan antara karamah dengan sihir, atau antara karamah dengan ahwal syaithaniyyah. Sebagaimana disebutkan oleh para ulama yaitu keadaan-keadaan syaithan yang dinamakan dengan karamah adalah sesuatu yang luar biasa yang Allah berikan kepada wali-walinya dengan tujuan untuk menguatkan keimanan dia.
Dan karamah tidak bisa dipelajari bahkan seorang walipun belum tentu apabila dia menghendaki kemudian terjadi, sebagaimana muzijat yang Allah berikan kepada para nabi, ini adalah dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِىَ بِـَٔايَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ
“Tidaklah seorang rasul bisa mendatangkan sebuah muzijat sebuah ayat kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala” (QS. Ar Ra’d: 38)
Karamah tidak bisa dipelajari lain dengan sihir, yang bisa dipelajari, disana ada gurunya disana ada sekolahnya, disana ada kitab yang dijual yang dipelajari yang isinya tentang sihir.
Oleh karena itu kita dapatkan kitab-kitab seperti ini banyak dijual dipasar-pasar, ditoko-toko, bagaimana seseorang bisa kebal, bagaimana seseorang bisa begini dan begitu, seperti yang dinamakan dengan kitab Al Mujarabat yang dijual dengan murah, siapa saja bisa membeli, siapa saja bisa mempelajari, ini bukan karamah tetapi dinamakan dengan sihir, yang mungkin samar bagi sebagian orang, yang dinamakan karamah menambah keimanan bagi seorang tersebut dan menjadikan dia semakin merendahkan dirinya dihadapan Allah dan rendah hati diantara manusia.
Seseorang, seorang wali yang dia mendapatkan karamah maka semakin dia bertambah keimanannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yakin dengan pertolongan Allah, semakin yakin dengan agama yang benar ini, dan dia akan semakin rendah hati diantara manusia.
Berbeda dengan sihir orang yang melakukannya maka dia akan semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semakin dia sombong diantara manusia.
Saya bisa melakukan ini, saya bisa melakukan itu, melakukan pertunjukkan, diceritakan kepada manusia, inilah yang dinamakan dengan sihir.
Dan karamah tidak bisa dilawan dengan sesuatu apapun, karena dia berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapun sihir maka bisa dilawan dengan yang semisalnya, atau dilawan dengan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena sihir berasal dari bantuan syaithan dan syaithan lari dari dzikrullah Azza wa Jalla, ketika dibacakan ayat, dibacakan ayat kursi, dibacakan surat Al Baqarah maka mereka akan lari.
Dan wali Allah mereka tidak memiliki pakaian tertentu, yang membedakan dirinya dari manusia yang lain, pakaian mereka sama dengan pakaian manusia biasa, pakaian yang dipakai oleh kaum muslimin didaerahnya itulah yang di pakai oleh dia.
Pakaian dia tidak berbeda dengan yang lain, bahkan terkadang seseorang yang tidak dikenal diantara manusia, bukan seorang yang memiliki kedudukan yang tinggi dimata masyarakat, namun ternyata dia adalah orang yang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. dan dia adalah wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Ushulussittah]