Home » Halaqah 49: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Dalil dari Sunnah Tentang Tiga Tingkatan Dalam Islam (Bagian 2)

Halaqah 49: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Dalil dari Sunnah Tentang Tiga Tingkatan Dalam Islam (Bagian 2)

Materi HSI pada halaqah ke-49 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan kedua ma’rifatu dinil islam bil adillah dalil dari sunnah tentang tiga tingkatan dalam Islam bagian 2.
Kemudian Jibril mengatakan,
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ.
“Kabarkan kepadaku tentang Iman.”
Bertanya tentang amalan-amalan bathin.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab,
أَنْ تُؤْمِنَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Beliau menyebutkan tentang inti dan rukun dari keimanan.
Amalan-amalan bathin ini banyak jenisnya tetapi Beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam menyebutkan intinya.
Amalan bathin intinya 6 perkara ini. Beliau menyebutkan rukun Iman yang 6, yaitu:
  1. Beriman kepada Allah.
  2. Beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
  3. Beriman kepada Kitab-Kitab-Nya.
  4. Beriman kepada Rasul-Rasul-Nya.
  5. Beriman kepada Hari Akhir.
  6. Beriman kepada Takdir yang baik dan buruk.
قَالَ: صَدَقْت.
“Engkau benar”
Untuk kedua kalinya Jibril membenarkan jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam.
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ
“Kabarkan kepada-ku tentang Ihsan.”
قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّك تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, apabila engkau tidak bisa melihatnya, ketahuilah bahwasanya Allah melihatmu.”
Ihsan adalah derajat yang lebih tinggi dari Islam dan Iman (telah disebutkan sebelumnya).
Ihsan berarti mencapai puncak amalan bathin dan dhahir dengan sebab maqam Musyaahadah atau maqam Muraaqabah.
قَالَ: صَدَقْت
“Engkau benar.”
Untuk ketiga kalinya dia bertanya lalu membenarkan.
Kemudian Jibril bertanya,
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ. قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ
“Kabarkan kepada-ku tentang Yaumul Qiyamah.”
As-Saa’ah (السَّاعَةِ) adalah tiupan sangkakala yang pertama.
Dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam bahwasanya As-Saa’ah (السَّاعَةِ) atau tiupan sangkakala yang pertama terjadi di hari Jum’at.
Sebagaimana di dalam hadits disebutkan bahwasanya di hari itulah (Jum’at) diciptakan nabi Adam, diturunkan nabi Adam, dan di hari itulah Beliau akan dimasukan ke dalam Surga.
Dan beliau mengabarkan tidak akan terjadi As-Saa’ah (السَّاعَةِ) kecuali di hari Jum’at.
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
“Tidak akan terjadi As-Saa’ah (السَّاعَةِ) kecuali di hari Jum’at.” [Hadits shahih riwayat At-Tirmidzi nomor 488]
Pada tiupan sangkakala yang pertama, As-Saa’ah, (السَّاعَةِ) akan meninggal seluruh makhluk.
Mungkin sebagian kita masih membayangkan yang dimaksud dengan As-Saa’ah (السَّاعَةِ) tiupan sangkakala pertama adalah terjadinya huru-hara atau misalnya, runtuhnya langit, terjadi gempa, dan seterusnya.
Disebutkan di dalam sebuah hadits, setiap hari Jum’at setelah shalat shubuh, makhluk-makhluk dalam keadaan khawatir (takut) termasuk diantaranya ayam dan sejenisnya. Mereka takut apabila hari tersebut adalah hari ditiupnya sangkakala yang pertama.
Dan setiap shalat subuh di hari Jum’at kita disunnahkan untuk membaca surat As-Sajdah dengan Al-Insan karena di dalam kedua surat ini ada tadzkir dengan As-Saa’ah (السَّاعَةِ) dan di dalamnya ada penciptaan nabi Adam yang terjadi di hari Jum’at.
Beliau (Jibril) mengatakan,
أَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ
“Kapan terjadi As-Saa’ah (السَّاعَةِ), pasti terjadinya?”
Yang dikabarkan Allah kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam hanya sebatas nama hari saja (hari Jum’at). Adapun Jum’at yang mana, maka Allah tidak memberitahukan.
Karena As-Saa’ah (السَّاعَةِ) termasuk ilmu yang Allah khususkan untuk diri-Nya dan Allah tidak memberitahukan kepada siapa pun kapan (pastinya) terjadinya, meskipun kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam atau malaikat yang sangat dekat dengan Allah. Mungkin kalau tanda-tanda kiamat, kisah-kisah umat terdahulu sebagian diberitahukan kepada Nabi. Tapi kapan pastinya terjadi As-Saa’ah tidak diberitahukan kepada Nabi.
Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah Nabi yang paling dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Demikian Jibril adalah sayyidul malaikat (pemuka para malaikat), malaikat yang dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Maka Allah juga tidak memberitahukan kepada malaikat tersebut.
Allah berfirman,
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, “Bilakah terjadinya?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” [QS. Al-Araf:187]
Ini dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an bahwasanya As-Saa’ah (السَّاعَةِ) merupakan kekhususan bagi Allah Azza wa Jalla.
Kalau Nabi Muhammad yang merupakan afdhalunnaas, aqrabunnaasi ilallaah tidak diberitahukan dan malaku Jibril, malaikat yang paling dekat dengan Allah tidak diberitahukan oleh Allah kapan terjadinya As-Saa’ah (السَّاعَةِ), lalu bagaimana ada orang yang mengaku dia mengetahui kapan terjadinya As-Saa’ah (السَّاعَةِ)?
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا؟
“Kabarkan kepada-ku tentang tanda-tandanya?”
Kalau engkau tidak tahu kapan terjadinya As-Saa’ah (السَّاعَةِ), apakah engkau mengetahui tanda-tanda dekatnya As-Saa’ah (السَّاعَةِ)?
Amaraat artinya tanda-tandanya atau alamatnya.
قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.
Kemudian Beliau mengabarkan sebagian diantara tanda-tandanya, karena Allah telah mengabarkan sebagian dari tanda-tanda dekatnya As-Saa’ah (السَّاعَةِ).
Diantara tanda-tandanya (Beliau tidak menyebutkan semuanya meskipun di dalam pertanyaan minta tanda-tandanya). Beliau menyebutkan 2 tanda-tandanya (secara global).
أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا
1. Seorang budak wanita melahirkan rabbatahaa.
Rabbah artinya adalah majikan wanita.
Ada yang mengartikan akan banyak perbudakan-perbudakan kemudian budak-budak tersebut hamil dan melahirkan. Kalau budak tersebut melahirkan seorang wanita otomatis wanita ini akan menjadi sayyidah-nya atau tuannya.
Isyarat akan terjadi banyak perbudakan, banyak peperangan antara muslim dengan kafir.
Ada yang menafsirkan bahwasanya yang dimaksud adalah العقوق كثرة banyaknya kedurhakaan. Anak-anak durhaka kepada kedua orang tua, seorang wanita dia memperlakukan ibunya seperti seorang majikan memperlakukan kepada bawahannya.
Dan tafsir yang pertama maupun tafsir yang ke dua, keduanya sudah terjadi saat ini. Kalau sudah terjadi, maka ketahuilah bahwasanya As-Saa’ah (السَّاعَةِ) sudah dekat, karena tanda-tandanya sudah ada.
وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ
2. Engkau akan melihat orang-orang yang tidak memakai alas kaki yang dia dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian lengkap seperti kita, memakai pakaian sebatas menutupi aurat yang besar yang dahulu dia merupakan orang yang miskin) mereka adalah para penggembala kambing.
Terkumpul di dalamnya sifat-sifat yang menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang yang sedikit memiliki uang atau ekonominya sangat terbatas.
Engkau akan melihat orang-orang demikian, dan kelak mereka يَتَطَاوَلُونَ saling tinggi-tinggian di dalam bangunan.

***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top