Home » Halaqah 87: Dalil yang Menunjukkan Bahwa di antara Kalam Allah ialah Al Qur’an (Bagian 4)

Halaqah 87: Dalil yang Menunjukkan Bahwa di antara Kalam Allah ialah Al Qur’an (Bagian 4)

Halaqah yang ke-87 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ayat ayat yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk KalAmullAh. Beliau mengatakan mendatangkan Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat An-Nahl, Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَإِذَا بَدَّلْنَا آيَةً مَّكَانَ آيَةٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ قَالُواْ إِنَّمَا أَنتَ مُفْتَرٍ
Dan apabila Kami mengubah sebuah ayat sebagai ganti dari ayat yang lain, maksudnya ketika Allah subhanahu wata’ala menghapus sebuah ayah dan diganti dengan ayat yang lain, disana ada ayat yang nAsikhah (menghapus) dan di sana ada yang mansukhah.
Didalam Al-Qur’an terkadang Allah subhanahu wata’ala menghapus sebagian ayah dan diganti dengan ayat yang lain, lafadznya dihapus oleh Allah subhanahu wata’ala atau maknanya dihapus oleh Allah subhanahu wata’ala, kenapa demikian karena diantara nama Allah subhanahu wata’ala adalah Al-Hakim, Dia-lah Yang Maha Bijaksana, Allah subhanahu wata’ala melakukan itu berdasarkan ilmu berdasarkan hikmah, kemarin yang terbaik adalah ini dan sekarang yang terbaik bagi mereka adalah ini sehingga dinaskh (dihapus) oleh Allah subhanahu wata’ala, itu bukan karena Allah subhanahu wata’ala jAhil.
Kalau manusia mengganti-ganti demikian karena kebodohan kita, seorang membuat undang-undang membuat peraturan hari ini dikeluarkan undang-undangnya mungkin besok minggu depan sudah diganti lagi, ternyata keliru dan tidak bisa di praktekkan dan seterusnya, ini semua karena sangat kurangnya kita dan kita tidak mengetahui ilmu kita terlalu terbatas. Adapun yang Allah subhanahu wata’ala lakukan adalah berdasarkan ilmu Allah subhanahu wata’ala yang maha luas, yang mengetahui yang dulu yang sekarang maupun yang akan datang, Allah subhanahu wata’ala dengan hikmah-Nya menghapus sebagian ayat dan diganti dengan ayat yang lain.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ
Dan Allah subhanahu wata’ala lebih mengetahui tentang apa yang Dia turunkan.
Disini syahidnya بِمَا يُنَزِّلُ dengan apa yang Allah subhanahu wata’ala turunkan, berarti ayat-ayat yg ada dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala yang menurunkan, yaitu Allah subhanahu wata’ala yang mengucapkannya kemudian ucapan tadi didengar oleh Jibril ‘Alaihissalam kemudian dia membawa ucapan tadi turun untuk disampaikan kepada seorang rasul.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ
Allah subhanahu wata’ala lebih tahu tentang apa yang Dia turunkan, ini adalah maslahat bagi mereka di saat tertentu dan tidak baik bagi mereka di waktu yang lain itu Allah subhanahu wata’ala lebih tahu, Allah subhanahu wata’ala mennaskh dengan hikmah dengan tujuan bukan karena Allah subhanahu wata’ala tidak mengetahui
قَالُواْ إِنَّمَا أَنتَ مُفْتَرٍ
Orang-orang yang tidak beriman mereka mengatakan (mereka kuatkan dengan kata إِنَّمَا) sesungguhnya engkau adalah pendusta, karena mereka melihat pada diri mereka dan apa yang terjadi di sekitar mereka biasanya orang yang ganti-ganti ucapan itu menunjukkan tentang kebohongannya, kemarin dia mengatakan demikian sekarang mengatakan demikian berarti disini ada kebohongan yaitu mereka menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan adanya naskh ini berarti dia berubah-rubah, kemarin yang dia nukil dari Allah subhanahu wata’ala adalah demikian kok sekarang dinaskh, sehingga mereka menjadikan ini sebagai celah untuk mencela RasulullAh shallallahu ‘alaihi wasallam.
إِنَّمَا أَنتَ مُفْتَرٍ
Sesungguhnya engkau adalah orang yang dusta, ganti-ganti ucapan menunjukkan atas kedustaan maka Allah subhanahu wata’ala mengatakan
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
Akan tetapi sebagian besar mereka tidak mengetahui.
Mereka mengucapkan ini dalam keadaan tidak mengetahui dalam keadaan bodoh, Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, kemudian Allah subhanahu wata’ala mengatakan
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ
Katakanlah kepada mereka telah menurunkan Al-Qur’an ini رُوحُ الْقُدُسِ yaitu nama lain dari malaikat Jibril, al-qudus artinya adalah yang bersih dinamakan demikian karena dialah yang amanah dialah yang bersih dari pengkhianatan, tidak pernah berkhianat dalam menyampaikan wahyu sehingga didalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala mensifati malaikat Jibril dengan amanah
وَإِنَّهُۥ لَتَنزِيلُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٩٢
نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ ١٩٣
عَلَىٰ قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ ١٩٤
[Asy-Syu’ara]
Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah diturunkan oleh رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ, yaitu Allah subhanahu wata’ala yang mengucapkannya
نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ
Ar-Rūhul Amīn yaitu malaikat Jibril, rūh yang amAnah tidak berkhianat, عَلَىٰ قَلۡبِكَ atas hatimu
لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ
supaya engkau menjadi orang-orang yang mengingatkan, yaitu mengingatkan manusia dengan Al-Qur’an ini, hendaklah engkau mengingatkan manusia dengan Al-Qur’an
بِلِسَانٍ عَرَبِيّٖ مُّبِينٖ ١٩٥
Dengan lisan, dan yang dimaksud dengan lisan disini adalah lughah (bahasa), yaitu dengan bahasa Arab yang مُّبِين dan makna مُّبِين bisa dua, makna yang pertama adalah bayyin yaitu jelas, dia adalah dengan bahasa Arab yang jelas bukan bahasa Arab yang samar, dan jelas-jelas huruf-hurufnya adalah huruf-huruf arabiyyah hijaiyah, kata-kata yang dipakai adalah kata-kata bahasa Arab, مُّبِين dan dia menjelaskan, dia adalah sesuatu yang jelas dan dia menjelaskan. Jadi Jibril ‘Alaihissalam beliau adalah Rūhul Qudus dan dia adalah Rūhul Amīn, ruh yang amanah dan dia adalah ruh yang bersih yaitu bersih dari khianat.
نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِ
Dari Rabb-mu, yaitu Allah subhanahu wata’ala yang mengucapkannya didengar oleh Jibril dan dibawa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ
dengan benar, bukan sesuatu yang dusta tapi dengan benar diturunkan oleh malaikat Jibril
لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Faedah Allah subhanahu wata’ala menjadikan disana nAsikhah dan juga mansūkha supaya Allah subhanahu wata’ala menguatkan orang-orang yang beriman, atau Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur’an melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menguatkan hati orang-orang yang beriman, menjadikan mereka Istiqomah menguatkan hati mereka di tengah tengah fitnah.
Sehingga barangsiapa yang ingin istiqomah maka hendaklah dia memiliki perhatian terhadap Al-Qur’an, jangan dia menghajr (menyia-nyiakan) Al-Qur’an, khususnya bagi kita yang sudah Allah subhanahu wata’ala berikan keutamaan menghafal Al-Qur’an, ada diantara kita yang sudah menghafal 10 Juz 20 Juz ada yang sudah menghafal Al-Qur’an penuh maka ini adalah nikmat yang tidak boleh kita sia-siakan, dengannya seseorang bisa kuat hatinya dan istiqamah di atas al-haq karena disitu dia akan membaca banyak hal, membaca kisah-kisah para nabi para rasul orang-orang yang beriman bagaimana mereka bersabar dan kuat menghadapi ujian kemudian istiqamah, maka hendaklah kita memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Dan dia adalah petunjuk, petunjuk bagi kita di tengah-tengah kebingungan kita, petunjuk bagi kita ketika kita menghadapi perkara yang di situ gelap gulita kita tidak melihat kebenaran, tapi ketika seseorang kembali kepada Al-Qur’an maka seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan dan kalau dia mengikuti maka dia mendapatkan petunjuk, dalam keadaan seperti ini yang saya lakukan adalah demikian dan demikian inilah petunjuk, ingin kita keluar dari kegelapan tersebut dari kebingungan tersebut maka hendaklah kita kembali kepada Al-Qur’an dan ikuti petunjuknya.
الٓمٓ ١
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢
Itu adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan Allah subhanahu wata’ala mengatakan
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ
Ini adalah petunjuk bagi manusia. Kemudian
وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Dan dia adalah kabar gembira bagi orang-orang yang mau menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala
BusyrA artinya adalah kabar gembira kabar yang membahagiakan, ketika seseorang dirundung kesedihan keresahan maka kemudian dia kembali kepada Al-Qur’an dia akan merasakan dirinya dalam keadaan lapang dadanya, yang sebelumnya sempit seperti diikat ketika membaca Al-Qur’an dan memahami maknanya maka dia akan melihat ujian yang besar itu menjadi sebuah perkara yang kecil, dan akan ada dalam hatinya optimisme rasa harap yang sangat kepada Allah subhanahu wata’ala, membaca Firman Allah subhanahu wata’ala
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦
Sesungguhnya setelah kesulitan pasti datang kemudahan, hanya mendengar satu ayat
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, bagaimana dan apa yang dirasakan oleh seseorang ketika hanya membaca satu ayat ini, berarti nanti setelah kesulitan ini pasti disana ada kemudahan, tidak mungkin sulit terus pasti disana ada akhirnya, ada di dalam hati seseorang rasa gembira dan rasa bahagia bagi orang yang memang menyerahkan diri pasrah, dia membenarkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an tunduk dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an.
Adapun orang yang mengingkari dan orang yang tidak percaya dia membaca 1000 kali 2000 kali juga tidak akan bermanfaat baginya, ini adalah بُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ, kabar gembira bagi orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top