Halaqah yang ke-84 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau ingin menjelaskan di sini bahwasanya diantara Kalamullah adalah Al-Qur’an, ayat ayat yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk Kalamullah. Beliau mengatakan mendatangkan Firman Allah subhanahu wata’ala
وَقَوْلُه
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللَّهِ
Kalau ada salah seorang diantara orang-orang musyrikin meminta perlindungan kepadamu, terjadi peperangan antara mereka dengan kaum muslimin, ada diantara mereka yang minta perlindungan tolong lindungi saya jangan bunuh saya maka lindungilah dia, sampai dia mendengar Kalamallah maksudnya adalah mendengar Al-Qur’an, dibacakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau dibacakan oleh salah seorang diantara para sahabatnya, sampai dia mendengar Kalamallah menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalamullah, karena inilah yang dimaksud sampai dia mendengar Kalamallah yaitu Al-Qur’an dibacakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau salah seorang diantara para sahabatnya.
Dan ini menunjukkan bahwasanya yang namanya kalam (ucapan) itu disandarkan kepada yang pertama kali mengucapkan, Al-Qur’an dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di baca oleh para sahabat dan disandarkan kepada yang pertama kali mengucapkan yaitu Allah subhanahu wata’ala, maka Al-Qur’an adalah Kalamullah bukan kalam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan kalam sahabat dan kalam kalam kita sebagai sebagai yang membaca Al-Qur’an tapi disandarkan kepada yang pertama kali berbicara yaitu Allah subhanahu wata’ala, sehingga dikatakan suaranya adalah suara qari’ dan Kalamnya adalah Kalam Al-Bari’ (Yang Maha Menciptakan), suaranya ini adalah suara al-qari’, ini suara ana suara antum tapi ucapannya adalah ucapan Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Menciptakan.
Dan ini menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an ketika dia dibaca maka itu adalah Kalamullah, yang didengar adalah Kalamullah, ketika kita mendengar orang membaca Al-Qur’an maka yang kita dengar adalah ucapan Allah subhanahu wata’ala tapi suaranya bukan suara Allah subhanahu wata’ala, ini adalah suara dari orang yang membacanya, berarti Al-Qur’an ketika dia didengar maka itu adalah Kalamullah. Jadi Kalamullah itu Al-Qur’an masmū’ (didengar) dan Al-Qur’an maqrū’, Al-Qur’an yaitu Kalamullah juga di baca, yang kita baca Kalamullah yang kita tulis adalah Kalamullah, penanya adalah makhluk tintanya adalah makhluk dan yang kita tulis adalah Kalamullah.
Kemudian
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللَّهِ
Ini menunjukkan juga bahwasanya Al-Qur’an ini ketika didengar oleh orang-orang musyrikin ada pengaruhnya, tidak banyak apa yang kita ucapkan cuma disuruh dia mendengarkan Kalamullah, mungkin dia mendengar Firman Allah subhanahu wata’ala
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١
atau dia mendengar Firman Allah subhanahu wata’ala
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Firman Allah subhanahu wata’ala ini adalah lain dengan yang lain, orang-orang musyrikin orang yang kafir sekalipun kalau memang saat itu dia sedang mendengarkan dan hatinya sedang konsen maka bisa terpengaruh dengan bacaan Al-Qur’an
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٞ ٣٧
Sesungguhnya di dalamnya ada peringatan bagi orang yang memiliki hati, yaitu orang yang konsen menunjukkan bahwasanya kalau kita ingin mendapatkan faedah dari membaca Al-Qur’an kita harus konsentrasi berusaha untuk memahami maknanya
لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ
atau dia mendengarkan dengan baik, maka ini akan ada pengaruhnya maka biarkan dia lindungi dia sampai dia mendengar Kalamullah yaitu semoga dengan dia mendengarkan malah dia akan terpengaruh dan masuk ke dalam agama Islam.
Kemudian Firman Allah subhanahu wata’ala
وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ
Dan sungguh sebagian mereka atau sekelompok dari mereka mereka mendengar Kalamallah, ada yang menafsirkan bahwasanya Kalamallah di sini adalah Taurat karena مِّنْهُمْ di sini adalah orang-orang Yahudi sehingga ada yang menafsirkan Kalamallah di sini adalah Taurat, dan ada yang menafsirkan bahwasanya Kalamallah di sini adalah Al-Qur’an,
وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ
ada sebagian mereka yang mendengar Kalamallah yaitu mendengar Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ
kemudian mereka merubahnya, merubah maknanya setelah mereka memahaminya.
Wallahu a’lam di sini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah karena belum mendatangkan ayat ini di sela-sela ayat ayat yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah maka Allahu a’lam di sini beliau menafsirkan bahwasanya Kalamullah di sini adalah Al-Qur’an dan tidak ada tidak ada pertentangan baik yang mengatakan Kalamullah disini adalah Taurat atau yang mengatakan bahwasanya Kalamullah disini adalah Al-Qur’an maka ini adalah termasuk ikhtilaf tanawu’ yang tidak ada di sana pertentangan satu dengan yang lain, mereka mendengar Taurat dan mereka juga mendengar Al-Qur’an dan sifat mereka adalah demikian, mereka merubah-rubah Kalamullah, terkadang ditambah terkadang dikurang terkadang dirubah maknanya, ini adalah sifat orang-orang Yahudi.
ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Mereka merubahnya setelah mereka memahaminya sedangkan mereka mengetahui.
وَقَوْلُه
Dan juga Firman Allah subhanahu wata’ala
يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُوا كَلامَ اللَّهِ قُل لَّن تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِن قَبْلُ
Mereka ingin untuk merubah Kalamullah, ini adalah orang-orang Arab badui yang mereka ingin ikut bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga para sahabatnya yang menghadiri perjanjian Hudaibiyah, ikut bersama mereka untuk membuka Khaibar padahal Allah subhanahu wata’ala telah menentukan bahwasanya Khaibar ini yang merupakan fathan qoriban ini dijanjikan untuk orang-orang yang menghadiri perjanjian Hudaibiyah, itu adalah Kalamullah, Allah subhanahu wata’ala berbicara dan menetapkan bahwasanya mereka ini yang menghadiri perjanjian Hudaibiyah merekalah yang akan membuka Khaibar, dan disana ada orang orang Arab Badui yang mereka ingin untuk pergi bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga para sahabatnya membuka Khaibar, karena Khaibar ini daerah yang subur dan banyak kekayaannya di sana, mereka ingin mendapatkan dunia
يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُوا كَلامَ اللَّهِ
Mereka ingin untuk merubah Kalamullah, Kalamullah sudah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam Kalam-Nya bahwasanya yang ikut ke Khaibar hanyalah yang mengikuti perjanjian Hudaibiyah
قُل لَّن تَتَّبِعُونَا
Katakanlah kalian tidak akan mengikuti kami
كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِن قَبْلُ
Demikianlah Allah subhanahu wata’ala mengatakan yang demikian, dan tidak akan berubah itu sudah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala bahwasanya yang akan berangkat hanyalah yang mengikuti perjanjian Hudaibiyah.
Syahidnya di sini Kalamullah di sini adalah Al-Qur’an karena Allah subhanahu wata’ala telah menjanjikan banyak rampasan perang ini bagi mereka yaitu bagi orang-orang yang menghadiri perjanjian Hudaibiyah, akan mendapatkan kebaikan tersebut dari Khaibar ketika mereka membuka daerah Khaibar yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]