Home » Materi 25: Tafsir Surat Al Qori’ah (Hari Kiamat)

Materi 25: Tafsir Surat Al Qori’ah (Hari Kiamat)

Pengantar

Surah Al-Qari’ah (القارعة) adalah surah ke-101 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di Makkah sebelum Hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah. Berikut adalah tafsir umum dari Surah Al-Qari’ah:
Surah Al-Qari’ah dimulai dengan menyebutkan hari pembalasan (Al-Qari’ah), suatu hari ketika manusia akan diberikan pembalasan atas amal perbuatan mereka. Nama surah ini sendiri berasal dari kata “Al-Qari’ah” yang berarti yang menghancurkan atau yang memekakkan.
Ayat-ayat awal surah ini menyampaikan bahwa pada hari kiamat, setiap amal perbuatan manusia akan diperlihatkan dan diukur. Amal perbuatan seberat biji sesuatu pun akan dibawa ke hadapan manusia. Jika amal perbuatan seseorang berat, dia akan mendapatkan balasan yang baik. Jika amal perbuatan seseorang ringan, dia akan mendapatkan balasan yang buruk.
Surah ini kemudian menyampaikan gambaran kondisi seseorang yang berhasil di dunia dan akhirat. Orang yang berat timbangan amal perbuatannya akan merasa puas dengan hasilnya dan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan di surga. Sebaliknya, orang yang ringan timbangan amal perbuatannya akan mendapatkan neraka sebagai tempat tinggal yang menyiksa.
Tafsir surah ini menekankan pada keadilan Allah dan perhitungan yang teliti atas amal perbuatan manusia di hari kiamat. Surah Al-Qari’ah juga mengajak manusia untuk merenungkan akhirat dan mempersiapkan diri dengan amal perbuatan yang baik.

Bacaan Surat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْقَارِعَةُ ﴿١﴾ مَا الْقَارِعَةُ ﴿٢﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ ﴿٣﴾ يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ ﴿٤﴾ وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ ﴿٥﴾ فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ ﴿٦﴾ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ ﴿٨﴾ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ ﴿٩﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ ﴿١٠﴾ نَارٌ حَامِيَةٌ ﴿١١

Tafsir

  1. (Hari kiamat) dinamakan Al-Qaari’ah karena kengerian-kengerian yang terjadi di dalamnya sangat menggentarkan kalbu.
  2. (Apakah hari kiamat itu?) ungkapan ini menggambarkan tentang kengeriannya; ayat yang pertama dan ayat yang kedua merupakan Mubtada dan Khabarnya.
  3. (Tahukah kamu) atau apakah kamu tahu (apakah hari kiamat itu?) ungkapan ayat ini menambah kengerian yang terdapat di hari kiamat. Lafal Maa yang pertama adalah Mubtada sedangkan lafal sesudahnya yaitu lafal Adraaka merupakan Khabarnya; dan Maa yang kedua berikut Khabarnya berkedudukan sebagai Maf’ul kedua dari lafal Adraa.
  4. (Pada hari itu) dinashabkan oleh lafal yang disimpulkan dari pengertian yang terkandung di dalam lafal Al-Qaari’ah yakni lafal Taqra’u, artinya pada hari yang menggentarkan itu (manusia adalah seperti anai-anai yang dihambur-hamburkan) atau seakan-akan belalang-belalang yang dihambur-hamburkan; sebagian di antaranya terbang beriring-iringan dengan yang lainnya secara semrawut. Demikian itu karena mereka dalam keadaan kebingungan, hal ini terus berlangsung hingga mereka dipanggil untuk menjalani perhitungan amal perbuatan.
  5. (Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan) atau bagaikan wool yang terhambur-hamburkan, karena ringannya, sehingga jatuh kembali rata dengan tanah.
  6. (Dan adapun orang yang berat timbangannya) artinya amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya.
  7. (Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan) yaitu berada di dalam surga; atau dengan kata lain kehidupan yang diterimanya itu sangat memuaskannya.
  8. (Dan adapun orang yang ringan timbangannya) artinya amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya.
  9. (Maka tempat kembalinya) yaitu tempat tinggalnya (adalah neraka Haawiyah.)
  10. (Dan tahukah kamu, apakah Haawiyah itu?) atau apakah neraka Haawiyah itu?
  11. Neraka Haawiyah itu adalah (api yang sangat panas) yang panasnya luar biasa; huruf Ha yang terdapat pada lafal Hiyah adalah Ha Sakat, baik dalam keadaan Washal ataupun Waqaf tetap dibaca. Tetapi menurut suatu qiraat tidak dibaca bila dalam keadaan Washal

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top