Pengantar
Surah Al-Balad (سورة البلد) adalah surah ke-90 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 20 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di Makkah sebelum Hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah. Berikut adalah tafsir umum dari Surah Al-Balad:
Surah Al-Balad dimulai dengan sumpah atas kota Makkah, yang merupakan tempat kelahiran dan misi kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sumpah ini mengandung makna keagungan dan kekhususan kota tersebut, serta mengaitkan keberkahan dan keutamaan Makkah sebagai bagian dari pesan surah.
Ayat-ayat berikutnya menekankan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah dan bekerja keras, dan memberikan jalan bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan dan kebaikan. Meskipun Allah telah memberikan petunjuk, manusia cenderung menyimpang dari jalan yang benar.
Surah ini juga menyebutkan bahwa manusia, dalam usaha mencapai kebaikan, bisa menghadapi kesulitan dan rintangan. Namun, kesulitan ini bukanlah alasan untuk mengecewakan diri sendiri atau menolak petunjuk Allah. Selanjutnya, surah menegaskan bahwa manusia harus bersyukur dan mengikuti jalan petunjuk Allah sebagai bentuk penghargaan atas nikmat dan ujian yang diberikan-Nya.
Surah Al-Balad juga menyampaikan kisah tentang tindakan orang-orang yang tidak bersyukur dan tawadhu’ Nabi Musa, memberikan pelajaran moral tentang pentingnya kesabaran, keteguhan, dan tawakal dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.
Tafsir surah ini mengajarkan nilai-nilai keutamaan, kesyukuran, dan ketaqwaan kepada Allah. Surah Al-Balad mengingatkan manusia tentang tujuan penciptaan mereka, yaitu beribadah kepada Allah dan menjalani kehidupan dengan adil dan penuh kebaikan.
Bacaan Surat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
لَا أُقْسِمُ بِهَٰذَا الْبَلَدِ ﴿١﴾ وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَٰذَا الْبَلَدِ ﴿٢﴾ وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ ﴿٣﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ ﴿٤﴾ أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ ﴿٥﴾ يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُبَدًا ﴿٦﴾ أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ ﴿٧﴾ أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ ﴿٨﴾ وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ ﴿٩﴾ وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ ﴿١٠﴾ فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ ﴿١١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ ﴿١٢﴾ فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿١٣﴾ أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ ﴿١٤﴾ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ ﴿١٥﴾ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ ﴿١٦﴾ ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ ﴿١٧﴾ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ﴿١٨﴾ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ ﴿١٩﴾ عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ ﴿٢٠
Tafsir
- (Sungguh) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah mengandung makna Taukid (Aku bersumpah dengan kota ini) yakni kota Mekah.
- (Dan kamu) hai Muhammad (halal) maksudnya dihalalkan bagimu (kota ini) artinya Dia menghalalkannya untukmu melakukan peperangan di dalamnya untuk melawan orang-orang musyrik. Allah memenuhi janji-Nya itu pada waktu penaklukan kota Mekah. Ayat ini merupakan Jumlah Mu’taridhah yang terletak di antara Qasam yang pertama dengan Qasam yang selanjutnya.
- (Dan demi bapak) yaitu Nabi Adam (dan anaknya) atau anak cucunya; huruf Maa di sini bermakna Man.
- (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) semuanya (berada dalam susah payah) yaitu lelah dan susah karena selalu menghadapi musibah-musibah di dunia dan kesengsaraan-kesengsaraan di akhirat.
- (Apakah manusia itu menyangka) atau apakah manusia menduga, bahwa dia itu adalah kuat. Yang dimaksud adalah Asyad dari kalangan kaum Quraisy ia terkenal kekuatannya (bahwa) huruf An di sini adalah bentuk Takhfif dari Anna, sedangkan Isimnya tidak disebutkan, lengkapnya Annahuu (sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?) Allahlah yang berkuasa atas dirinya.
- (Dia mengatakan, “Aku telah menghabiskan) untuk memusuhi Muhammad (harta yang banyak”) maksudnya banyak mengeluarkan harta untuk memusuhinya.
- (Apakah dia menyangka bahwa) dirinya (tiada seorang pun yang melihatnya?) artinya melihat apa-apa yang telah dibelanjakannya itu, sehingga ada orang yang mengetahui berapa jumlah harta yang telah dibelanjakannya. Allahlah yang mengetahui berapa jumlah yang telah dibelanjakannya itu, dan jumlah sedemikian itu tidak berarti apa-apa di sisi-Nya, bahkan Dia kelak akan membalas perbuatannya yang buruk dan keji itu.
- (Bukankah Kami telah menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir (baginya dua buah mata,)
- (lidah dan dua buah bibir?)
- (Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan) maksudnya Kami telah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
- (Maka kenapa ia tidak) atau mengapa ia tidak (menempuh jalan yang sulit?)
- (Tahukah kamu) maksudnya apakah kamu mengetahui (apakah jalan yang sulit) yang akan ditempuhnya itu? Ungkapan ini mengagungkan kedudukan jalan tersebut. Ayat ini merupakan Jumlah Mu’taridhah atau kalimat sisipan; kemudian dijelaskan oleh ayat berikutnya, yaitu:
- (Melepaskan budak) dari perbudakan, yaitu dengan cara memerdekakannya.
- (Atau memberi makan pada hari kelaparan) yakni sewaktu terjadi bencana kelaparan.
- (Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat) atau famili.
- (Atau orang miskin yang sangat fakir) artinya karena amat miskinnya hanya beralaskan tanah. Menurut suatu qiraat kedua Fi’il tersebut diganti menjadi dua Mashdar yang kedua-duanya dirafa’kan. Yang pertama dimudhafkan kepada lafal Raqabatin sedangkan yang kedua ditanwinkan, maka sebelum lafal Al-‘Aqabah diperkirakan adanya lafal Iqtihaam. Qiraat ini merupakan penjelasan dari makna ayat-ayat tersebut.
- (Kemudian dia adalah) lafal ayat ini di’athafkan kepada lafal Iqtahama; dan lafal Tsumma menunjukkan makna urutan penyebutan atau Tartiibudz Dzikr. Artinya dia sewaktu menempuh jalan yang sulit itu (termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan) yakni sebagian di antara mereka berpesan kepada sebagian yang lain (untuk bersabar) di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi perbuatan kemaksiatan (dan saling berpesan untuk berkasih sayang) terhadap semua makhluk.
- (Mereka) yaitu orang-orang yang memiliki sifat-sifat demikian itu (adalah golongan kanan.)
- (Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri)
- (orang-orang kiri itu berada dalam neraka yang ditutup rapat) dapat dibaca Mu’shadah dan Muushadah, artinya neraka yang tertutup rapat.