Halaqah yang ke-69 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mendatangkan Firman Allah subhanahu wata’ala di dalam surat Al-Baqarah ayat 165
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
Dan diantara manusia ada yang menjadikan sesembahan-sesembahan (sekutu-sekutu) untuk selain Allah subhanahu wata’ala yang mereka mencintai mereka sebagaimana kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Yaitu orang-orang musyrikin yang mereka menjadikan bagi Allah subhanahu wata’ala sekutu, beribadah kepada mereka dan juga beribadah kepada Allah, يُحِبُّونَهُمْ mereka ini manusia-manusia ini mereka mencintai أَندَادا mencintai sesuatu yang disembah selain Allah subhanahu wata’ala tersebut كَحُبِّ اللَّهِ seperti kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kalimat كَحُبِّ اللَّه ini ada perbedaan pendapat di antara para ulama, ada yang mengatakan mereka mencintai sesembahan-sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala seperti kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala maksudnya adalah seperti kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, berarti cinta kepada selain Allah subhanahu wata’ala yaitu sekutu dan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala disamakan oleh mereka dan ini adalah sebuah bentuk menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Jadi kalau maknanya كَحُبِّ اللَّهِ misalnya dalam كَحُبِّهم للَّهِ seperti kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, ini tafsir yang pertama.
Tafsir yang kedua kaḥubbil mu’minīna lillah, mereka mencintai sesembahan-sesembahan tadi seperti kecintaan orang-orang yang beriman terhadap Allah subhanahu wata’ala, ini tafsir yang kedua. Jadi kalau yang pertama seperti kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala kalau yang kedua seperti kecintaan orang-orang yang beriman terhadap Allah subhanahu wata’ala. Kenapa kita katakan disini maksudnya adalah كَحُبِّهم للَّهِ seperti kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, karena di sini menyamakan antara mahabbah mereka kepada Allah subhanahu wata’ala dan mahabbah mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala, sehingga mereka terjerumus kedalam kesyirikan.
Kemudian alasan yang kedua karena Allah subhanahu wata’ala mengatakan setelahnya
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
Dan orang-orang yang beriman itu lebih besar kecintaannya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kalau mereka orang-orang musyrikin cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan cinta kepada selain Allah subhanahu wata’ala disamakan oleh mereka, adapun orang-orang yang beriman tidak, kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala jauh lebih besar, mereka tidak menyekutukan Allah subhanahu wata’ala dalam kecintaan, bersungguh-sungguh dalam mencintai Allah subhanahu wata’ala, kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala adalah sangat besar.
Adapun kalau diartikan kaḥubbil mu’minīna lillah adalah seperti kecintaan orang-orang yang beriman terhadap Allah subhanahu wata’ala, ini nanti bagaimana kita mengkompromikan ini dengan Firman Allah subhanahu wata’ala setelahnya
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
Karena kalau kita katakan maknanya adalah kaḥubbil mu’minīna lillah berarti kecintaan orang-orang musyrikin tadi kepada sesembahan sama dengan kecintaan orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, disamakan, ini makna dalam Firman Allah كَحُبِّ اللَّهِ. Tapi kalau yang kedua
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
kecintaan orang yang beriman lebih besar, kalau kita bawa kepada yang kedua ini berarti ini seakan-akan ada pertentangan, Wallahu a’lam, tapi kalau kita bawa pada makna yang pertama tidak.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
Orang yang beriman kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala itu lebih besar dari apa saja.
Lebih besar daripada dunia dan seisinya, lebih besar daripada orang tuanya, lebih besar daripada anak dan juga istrinya dan siapapun yang dia cintai di dunia ini, kecintaan mereka kepada Allah أَشَدُّ lebih besar, ini sifat orang yang beriman mereka mencintai Allah subhanahu wata’ala dan mencintai apa yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala, mencintai islam mencintai Rasul mencintai Al-Quran, jadi kecintaan mereka adalah fillah dan lillah, kecintaan mereka fillah yaitu karena orang tersebut dia melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan mereka adalah lillah itu untuk Allah subhanahu wata’ala ikhlas dalam mencintai orang lain.
Syahidnya disini
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَاداً
Disini Allah subhanahu wata’ala menceritakan ada di antara manusia yang mengambil sekutu bagi Allah subhanahu wata’ala dan ini adalah celaan bagi mereka, Allah subhanahu wata’ala menafikan dari dirinya andad karena disini adalah celaan, setelah ayat ini Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
Mereka diancam dengan adzab menunjukkan tentang batalnya dan bathilnya keyakinan ini yaitu keyakinan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki andad karena setelahnya ada adzab dan ini menunjukkan tentang bathilnya keyakinan yang mereka miliki yaitu menjadikan sekutu bagi Allah subhanahu wata’ala kemudian mencintai mereka seperti kecintaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, kalau demikian berarti Allah subhanahu wata’ala menafikan niddiyah dari Allah subhanahu wata’ala dan orang yang menjadikan andad bagi Allah subhanahu wata’ala mereka terjerumus ke dalam kesyirikan.
Tentang masalah andad, karena disini disebutkan niddun dan sebelumnya disebutkan andad, menjadikan selain Allah subhanahu wata’ala andad yaitu sekutu bagi Allah subhanahu wata’ala kalau kita melihat dalil ada dua jenis, ada yang sampai kepada syirik yang besar dan ada diantaranya yang terbatas hanya sampai kepada syirik yang kecil. Syirik yang besar seperti dalam sebuah hadits ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang apa dosa yang paling besar, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
أن تجعل لله ندا وهو خلقك
Engkau menjadikan bagi Allah subhanahu wata’ala sekutu sedangkan Dia-lah yang telah menciptakan dirimu. Maka ini Allahu A’lam yang dimaksud disini adalah kesyirikan yang besar karena Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang apa dosa yang paling besar.
Kemudian yang kedua adalah hanya sampai pada syirik yang kecil, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
ما شاء الله وشئت
Dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala dan juga kehendakmu, maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
أجعلتني لله ندا؟ ما شاء الله وحده
Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah subhanahu wata’ala? Semuanya adalah dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala saja.
Dan ucapan ما شاء الله وشئت ini adalah syirik yang kecil, ini berkaitan dengan syirkul alfadz syirik yang berkaitan dengan lafadz, didalam hatinya tidak ada keyakinan bahwasanya kehendak Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam sama dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala atau sebanding dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala tapi dia mengucapkan sehingga ini termasuk syirik yang kecil karena tidak diyakini dalam hati seorang muslim.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]