Halaqah yang ke-162 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Keyakinan kita tentang para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jelas, bahwa para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum adalah sebaik-baik manusia setelah para Nabi dan juga para Rasul, di rekomendasi dan dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sunnahnya dan ini adalah ijma’ mereka adalah manusia yang terbaik, dan bahwasanya istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mereka adalah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia dan juga di akhirat, sebagaimana mereka adalah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia maka di akhirat mereka adalah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan sebagaimana Allah subhanahu wata’ala kabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kita sepakat orang yang paling baik maka istri-istri beliau adalah thayyibat mereka adalah wanita-wanita yang mulia dan wanita-wanita yang baik Allah subhanahu wata’ala pilih mereka untuk menjadi pendamping Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, kita berlepas diri dari jalannya orang-orang rafidhah.
Dan kita juga berlepas diri dari jalannya orang-orang nawashib jamak dari an-nashib atau nashibah yang artinya adalah memasang, dinamakan demikian karena mereka memasang permusuhan dengan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ini kebalikan dari rafidhah yang berlebihan terhadap keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adapun nawashib mereka memusuhi dan menyakiti keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mereka memasang permusuhan dan perseteruan kepada keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yang perlu dipahami, orang-orang rafidhah menyangka dan menuduh ahlussunnah nawashib karena menganggap bahwasanya kita ini tidak cinta kepada keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita menghormati Abu Bakr dan Umar dan seluruh para sahabat dan mereka beranggapan orang yang wala kepada para sahabat berarti dia benci terhadap ahlul bait, menyangka bahwasanya di sana ada pergulakan yang hebat antara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga mereka mengatakan antum berpihak pada para sahabat atau pada ahlul bait.
Kalau melihat kita mencintai para sahabat dan menghormati mereka maka mereka mengecap kita sebagai seorang nashibi dan ini terlontar di ucapan-ucapan mereka mereka menganggap kita ini nashibi padahal kenyataannya tidak demikian, siapa yang mengatakan kita benci terhadap ahlul bait, Abu Bakr Ash-Shiddiq sebagaimana telah berlalu penukilannya sampai beliau mengatakan sungguh saya menyambung dengan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu lebih saya cintai daripada saya menyambung keluarga saya sendiri, itu ucapan Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Umar Bin Khattab sebagaimana telah berlalu ketika berkata kepada Abbas sungguh keislamanmu di hari ketika engkau masuk islam itu lebih saya cintai dan lebih membahagiakan saya daripada islamnya Al-Khattab apabila dia masuk ke dalam agama Islam, ini semua karena mereka mengikuti wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyuruh kaum muslimin untuk menjaga hak para keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jadi orang-orang rafidhah menganggap kita ini sebagai nashibah dan mungkin orang-orang nashibah ketika melihat kita mencintai Ahlul Bait menganggap kita ini seorang rafidhah yang dianggap kita berlebihan terhadap keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam padahal tidak, kita mencintai keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tapi kita tidak meyakini bahwasanya mereka adalah orang yang maksum atau mengetahui ilmu yang ghaib mengetahui kapan dia meninggal dunia ini kita tidak melakukan yang demikian, kita berlepas diri dari ghuluwnya orang-orang rafidhah dan sekaligus kita berlepas diri dari tingkah laku orang-orang nawashib.