Halaqah yang ke-42 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau rahimahullah mendatangkan beberapa ayat yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala di antara nama-Nya adalah Ar-Rahman Ar-Rahim dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat Rahmah. Di dalam sebuah hadits, dan ini menunjukkan tentang luasnya rahmat Allah subhanahu wata’ala,
إنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَومَ خَلَقَها مِائَةَ رَحْمَةٍ
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rahmah, ketika Allah subhanahu wata’ala menciptakannya ada seratus rahmah. Perlu diketahui bahwasanya Rahmat ketika di sandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala maka ini ada dua jenis, ada Rahmat yang disandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala dan itu adalah sifat Allah subhanahu wata’ala, berarti di sini idhafatu shifah ila maushuf, menyandarkan sifat kepada yang disifati seperti misalnya Allah subhanahu wata’ala menyebutkan tentang ucapan Sulaiman Alaihissalam disini, ketika dia melihat pembicaraan semut kemudian dia tersenyum kemudian mengatakan
وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٩
[An-Naml:19]
Berarti disini rahmat Allah subhanahu wata’ala disandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala, dan yang dimaksud dengan rahmat disini adalah shifah, yaitu penyandaran idhafatu shifah ila maushuf, kalau ini adalah sifat Allah subhanahu wata’ala maka sifat Allah subhanahu wata’ala bukan makhluk. Tapi disana ada rahmah yang disandarkan kepada Allah subhanahu wata’ala dan itu adalah makhluk, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam ayat yang lain
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ وُجُوهُهُمۡ فَفِي رَحۡمَةِ ٱللَّهِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ١٠٧
[Aali Imran:19]
Dan adapun orang-orang yang bersinar wajah-wajah mereka maka mereka di dalam rahmat Allah subhanahu wata’ala, yaitu di dalam surga Allah subhanahu wata’ala, mereka kekal di dalamnya.
فِي رَحۡمَةِ ٱللَّه
Di dalam rahmat Allah subhanahu wata’ala di sini adalah, yang dimaksud dengan Rahmah disini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, jadi surga Allah subhanahu wata’ala adalah rahmat Allah subhanahu wata’ala. Makanya dalam hadits Allah subhanahu wata’ala mengatakan
أنتِ رحمتي ُ
Engkau wahai surga adalah Rahmat-Ku
أرحمُ بك مَن شئت
Aku merahmati denganmu siapa yang Aku kehendaki. Dan Allah subhanahu wata’ala mengatakan
يُدۡخِلُ مَن يَشَآءُ فِي رَحۡمَتِهِ
Allah subhanahu wata’ala memasukkan siapa yang dikehendaki di dalam rahmat-Nya, yaitu ke dalam surga, berarti ini adalah rahmat Allah subhanahu wata’ala yang merupakan makhluk Allah subhanahu wata’ala, idhafatu al-makhluq ila khaliqihi, mengidhofakan makhluk kepada yang menciptakan.
Hadits yang kita sebutkan disini, Allah subhanahu wata’ala ketika menciptakan rahmat dan rahmat disini berarti Rahmat yang makhluk bukan sifat Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala menciptakan seratus Rahmat, kalau Rahmah yang merupakan sifat Allah subhanahu wata’ala
وَسِعَتْ كُلَّ شَيْء
meliputi segala sesuatu. Seratus Rahmah ini
فأمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وتِسْعِينَ رَحْمَةً
Allah subhanahu wata’ala tahan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan Rahmah, ditahan disisi Allah subhanahu wata’ala
وأَرْسَلَ في خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً واحِدَةً
Dan Allah subhanahu wata’ala mengutus untuk makhluk-Nya semuanya satu Rahmat saja, satu Rahmat Allah subhanahu wata’ala kirimkan kepada makhluk-Nya semuanya
فلوْ يَعْلَمُ الكافِرُ بكُلِّ الذي عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ، لَمْ يَيْئَسْ مِنَ الجَنَّةِ
Seandainya orang yang kafir mengetahui tentang rahmat Allah subhanahu wata’ala yang ada di sisi ini, yang sembilan puluh sembilan tadi, niscaya dia tidak akan putus asa untuk masuk kedalam surga, kalau mereka melihat dan mengetahui tentang sembilan puluh sembilan rahmat Allah subhanahu wata’ala
ولو يَعْلَمُ المُؤْمِنُ بكُلِّ الذي عِنْدَ اللَّهِ مِنَ العَذابِ، لَمْ يَأْمَن مِنَ النَّارِ
Seandainya orang yang beriman, sebaliknya, kalau dia mengetahui segala azab yang ada di sisi Allah subhanahu wata’ala, kalau dia melihat dan mengetahui azab yang ada di sisi Allah subhanahu wata’ala, maka dia tidak akan merasa aman dari neraka.
Didalam hadits yang lain Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
إن لله مائة رحمة أنزل منها رحمة واحدة بين الجن والإنس والبهائم والهوام، فيها يتعاطفون، وبها يتراحمون
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala memiliki seratus Rahmah, Allah subhanahu wata’ala turunkan diantaranya satu Rahmat dan itu disebar di antara Jin, mereka saling menyayangi, di antara manusia di antara hewan ternak di antara hewan-hewan yang melata,
فيها يتعاطفون
dengan rahmat yang satu ini yang sudah dibagikan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mereka semuanya, mereka saling mencintai satu dengan yang lain,
وبها يتراحمون
dengannya mereka saling menyayangi satu dengan yang lain, kasih sayang ada pada diri kita kepada orang lain itu adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala turunkan tadi, itu semuanya adalah Rahmat yang satu yang Allah subhanahu wata’ala turunkan.
Kalau kita memperhatikan bagaimana kasih sayang ibu kepada anaknya yang luar biasa, kecintaan orang tua kepada anaknya, kecintaan seorang istri kepada suaminya, suami kepada istrinya, itu kalau di kumpulkan seluruh manusia dari zaman dulu sampai sekarang dan hari kiamat bagaimana jumlah Rahmat tadi, jumlah kasih sayang tadi.
وبها تعطف الوحش على ولدها
Dengan Rahmat tadi seekor hewan yang buas menyayangi anaknya. Itu semua adalah satu Rahmat yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada makhluk semuanya, termasuk diantaranya adalah Rahmat yang turun kepada kita berupa rezeki, berupa kesehatan, dijaga dari bencana maka ini adalah satu saja di antara seratus rahmat Allah subhanahu wata’ala
وأخر الله تسعا وتسعين رحمة يرحم بها عباده يوم القيامة
Dan Allah subhanahu wata’ala mengakhirkan sembilan puluh sembilan Rahmah (berarti rahmah disini adalah makhluk, rahmat yang makhluk) dengannya Allah subhanahu wata’ala menyayangi hamba-hamba-Nya di hari kiamat.
Kita tidak bisa membayangkan bagaimana Allah subhanahu wata’ala yang satu Rahmat saja demikian besarnya kita melihatnya, demikian besarnya kita merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang satu ini di dunia, lalu bagaimana dengan sembilan puluh sembilan Rahmat yang Allah subhanahu wata’ala akhirkan dan itu Allah subhanahu wata’ala sayangi dengannya hamba-hamba-Nya di hari kiamat. Maka seorang muslim seharusnya dia memiliki roja’ terhadap rahmat Allah subhanahu wata’ala, tidak putus asa terhadap rahmat Allah subhanahu wata’ala, sikap dan juga sifat seorang yang beriman yang dia membaca Al-Quran dan mengetahui bahwasanya Allah subhanahu wata’ala wasi’at rahmatuhu kulla syai’ maka dia senantiasa mengharap dan mengharap rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Tidak ada kata dan tidak ada rumus di dalam dirinya atau dalam kehidupan dia putus asa dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, musibah sebesar apapun dan kesulitan sesulit apapun ketika dia beriman bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Ar-Rahman Ar-Rahim dan bahwasanya Rahmat-Nya dalam meliputi segala sesuatu maka dia senantiasa memiliki harapan dan memiliki harapan Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Sehingga di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala mengatakan mensifati orang-orang yang beriman
يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ
[Surah Al-Isra’:57]
Mereka adalah orang-orang yang mengharap rahmat Allah subhanahu wata’ala, menghadapi segala perkara dan menghadapi segala musibah ataupun kenikmatan maka dia senantiasa mengharap rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala lebih dia harapkan daripada amal shalehnya, dia beramal dia beribadah tapi dia mengetahui bahwasanya amal ibadah yang dia lakukan ini penuh dengan kekurangan, dia mengetahui yang demikian, dia mengetahui tentang kekurangan dia dan kekurangan ibadahnya dan juga amalannya, sehingga dalam doa mungkin bisa di liat lagi apakah ini ma’tsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau tidak
وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ
Dan rahmat-Mu ya Allah subhanahu wata’ala itu lebih saya harapkan daripada amalanku, kasih sayang-Mu ya Allah subhanahu wata’ala lebih aku harapkan daripada amalanku. Seseorang jangan dia terlalu berharap dan sangat berharap dari amalannya, amalannya penuh dengan kekurangan, kalau bukan karena rahmat Allah subhanahu wata’ala amalan yang kita lakukan ini tidak ada bandingannya, tidak bisa menjadi ganti dari surga yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada kita.
Seandainya kita berpikir misalnya satu rahmat Allah subhanahu wata’ala atau satu nikmat yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada kita berupa penglihatan, kalau dibandingkan amal yang kita lakukan dengan nikmat yang berupa penglihatan ini niscaya amalan yang kita lakukan yang begitu banyaknya mungkin tapi penuh dengan kekurangan tidak bisa mengganti nikmat penglihatan, belum lagi nikmat pendengaran, belum lagi nikmat pernapasan, belum lagi nikmat bisa mencerna makanan, untuk mengganti kenikmatan-kenikmatan dunia saja tidak cukup dengan amalan yang kita lakukan.
Bahkan ketika kita beramal menggunakan nikmat Allah subhanahu wata’ala, antum shalat, antum sedekah itu dari nikmat Allah subhanahu wata’ala juga, bagaimana kita bisa mengganti nikmat Allah subhanahu wata’ala yang ada di dunia ini dengan amal yang kita gunakan sementara kita beribadah itu adalah juga merupakan nikmat Allah subhanahu wata’ala. Lalu bagaimana bisa seseorang mengharap dia mengganti nikmat yang ada di dalam surga dengan amalan-amalannya, bukan, kita masuk ke dalam surga adalah dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala bukan ganti dari amalan-amalan kita, amalan kita hanyalah sebab, kita disuruh untuk beriman dan kita disuruh untuk beramal sebagai sebab saja, sebagai sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Allah subhanahu wata’ala mengatakan
كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤئًا ۢبِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۙ
جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
ب di sini adalah ba’ yang sababiyah, yaitu bahwasanya amalan kita adalah sebab masuknya kita ke dalam surga tapi bukan ganti. Di dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
لَنْ يَدْخُلَ الْـجَنَّةَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ
Salah seorang diantara kalian tidak masuk surga dengan amalannya, surga ini bukan ganti dari amalannya, kemudian mereka mengatakan
وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Engkau juga demikian wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
وَلاَ أَنَ
Aku juga, yaitu aku juga demikian artinya aku masuk surga bukan karena ganti dari amalan yang aku lakukan di dunia, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jelas amalan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah amalan yang paling baik, iman Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah amalan yang paling tinggi tapi itu bukan kemudian surga ini menjadi ganti dari iman dan juga amalan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang menjadikan kita masuk ke dalam surga adalah rahmat Allah subhanahu wata’ala
إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Kecuali Allah subhanahu wata’ala memberikan kepadaku dan meliputi aku dengan rahmat-Nya. Demikian kita semua masuk ke dalam surga Allah subhanahu wata’ala adalah dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
رَحْمَتَكَ أَرْجُو
Rahmat-Mu Ya Allah subhanahu wata’ala yang aku harapkan, kita beriman kita beramal ini adalah sebab tapi rahmat Allah subhanahu wata’ala itulah yang lebih kita harapkan daripada amal yang kita lakukan.
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]