Home » Halaqah 41: Penjelasan Beberapa Ayat yang Mengandung Nama Ar Rahman dan Ar-Rahim dan Sifat Rahmat (QS Al Fatihah 1)

Halaqah 41: Penjelasan Beberapa Ayat yang Mengandung Nama Ar Rahman dan Ar-Rahim dan Sifat Rahmat (QS Al Fatihah 1)

Halaqah yang ke-41 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Kemudian setelahnya beliau Rahimahullah mendatangkan beberapa ayat yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala di antara namanya adalah Ar-Rahman Ar-Rahim dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat Rahmah. Ayat yang pertama yang beliau datangkan adalah
وَقَوْلُهُ
Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala
بسم الله الرحمن الرحيم
Ini adalah ayat di dalam Al-Qur’an, untuk Al-Fatihah maka basmalah ada yang mengatakan bahwasanya bismillahirrahmanirrahim ini adalah bagian dari Al-Fatihah, dia adalah ayat yang pertama dan ada yang mengatakan dia adalah ayat yang pertama dalam Al-Quran tapi bukan termasuk Al-Fatihah, Al-Fatihah diawali dengan alhamdulillahirobbilalamin. Basmalah- basmalah yang seterusnya yang ada di awal Al-Baqarah Ali-Imran An-Nisa’ dan seterusnya sampai An-Nas maka itu adalah yang menandai awal dari sebuah surat, yang memisahkan antara satu surat dengan surat yang lain, kecuali basmalah yang ada dalam surat An-Naml (ayat 30)
إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
maka ini adalah bagian dari sebuah surat dan semuanya sepakat bahwasanya ini semua adalah termasuk ayat di antara ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala, termasuk diantaranya ayat yang memisahkan antara surat maka ini ayat dia cuma tidak dihitung, tidak dihitung misalnya Al-Ikhlas ayat yang pertama qul huwallahu ahad, bismillahirrohmanirrohim bukan termasuk Al-Ikhlas.
بسم الله
Dengan menyebut nama Allah subhanahu wata’ala. Yang ditetapkan di dalam ayat ini di antara nama-nama Allah subhanahu wata’ala yaitu Lafdzul Jalalah, yang memiliki sifat uluhiyah, mengandung sifat Uluhiyah, kemudian Ar-Rahman mengandung sifat Rahmah, Ar-Rahim juga mengandung sifat Rahmah, apa beda antara Ar-Rahman dengan Ar-Rahim kalau dua-duanya sama-sama mengandung sifat Rahmah yang artinya adalah kasih sayang, Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat kasih sayang.
Ada di antara ulama yang mengatakan bahwasanya Ar-Rahman ini adalah sifat Rahmah bagi Allah subhanahu wata’ala yang umum, umum untuk seluruh makhluknya karena makhluk-makhluk Allah subhanahu wata’ala ada diantara mereka yang taat, ada diantara mereka yang maksiat, ada diantara mereka yang muslim, ada diantara mereka yang kafir, masing-masing dari mereka merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang umum, seperti nikmat diberikan umur, nikmat rezeki, nikmat sehat nikmat anak dan juga istri dan keluarga, maka ini adalah umum, baik orang yang beriman maupun orang yang kafir semuanya mendapatkan rahmat ini.
Ar-Rahman mengandung sifat Rahmah yang rahmat ini adalah rahmat yang Ammah, rahmat yang umum, adapun Ar-Rahim maka mengandung sifat Rahmah yang khusus yaitu sifat Rahmah ya Allah subhanahu wata’ala khususkan bagi orang-orang yang beriman, di sana ada kasih sayang Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang yang beriman, iman mereka ini adalah bagian dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala menyayangi mereka sehingga diberikan mereka iman, amal shaleh mereka ini juga termasuk bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, maka ini adalah Rahmat yang khusus bagi orang-orang yang beriman dan juga beramal sholeh, nikmat hidayah. Dan didalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
إن الله يعطي الدنيا من يحب ومن لا يحب ولا يعطي الدين إلا من يحب
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala memberikan dunia ini bagi orang yang Allah subhanahu wata’ala cintai dan orang yang Allah subhanahu wata’ala tidak cintai, dan tidak memberikan agama kecuali bagi orang yang Allah subhanahu wata’ala cintai saja. Rahmat khusus ini hanya untuk orang-orang yang beriman, sehingga dalam sebuah ayat Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا
[Surah Al-Ahzab:43]
Dan Allah subhanahu wata’ala itu dengan orang-orang yang beriman Rohim, menunjukkan bahwasanya nama Ar-Rahim ini mengandung sifat Rahmah yang khusus yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang yang beriman.
Sifat Rahmah ini juga ditakwil oleh orang-orang yang mereka menyangka bahwasanya kalau kita menetapkan rahmat bagi Allah subhanahu wata’ala berarti kita menyerupakan Allah subhanahu wata’ala dengan makhluk, karena yang memiliki kasih sayang dan memiliki sifat kasih sayang yang didalamnya ada perasaan kasihan ini adalah makhluk dan Allah subhanahu wata’ala kalau memiliki sifat Rahmah berarti Allah subhanahu wata’ala sama dengan makhluk atau kita menyerupakan Allah subhanahu wata’ala dengan makhluk-Nya. Sehingga ada diantara mereka, mu’tazillah jelas mengingkari sifat Rahmah, dan asy-sya’iroh mereka kembali mentakwil sifat Rahmah bagi Allah subhanahu wata’ala. Mereka mengatakan Rahmah adalah irodah juga, irodatul in’am, irodah Allah subhanahu wata’ala untuk memberikan kenikmatan, jadi dikembalikan ridho Rahmah ini kepada irodah.
Dan sifat rohmah ini adalah termasuk sifat yang bisa dzatiya bisa fi’liyah sekaligus, jadi ada di antara sifat yang disifati dengan dzatiya fi’liyah. Dzatiya karena dia senantiasa ada pada diri Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala dari dulu memiliki sifat Rahmah, sehingga ada yang mengatakan bahwasanya Ar-Rahman ini mengandung sifat Rahmah Allah subhanahu wata’ala yang lazimah, adapun dinamakan dengan sifat yang fi’liyah karena dia berkaitan dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala merahmati siapa yang dikehendaki, Allah subhanahu wata’ala memberikan rahmat kepada siapa yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki. Sehingga dari sisi ini karena dia berkaitan dengan masyiatullah sehingga dia merupakan sifat fi’liyyah, ini mungkin sama dengan sifat Al-Kalam, Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat kalam dzatiya fi’liyyah, zatiyah karena dari dulu Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat kalam, fi’liyyah karena Allah subhanahu wata’ala berbicara kepada siapa yang Dia kehendaki, kapan Dia kehendaki. Kalau ada pertanyaan apakah sifat Rahmah khobariyah atau aqliyah, sifat Rahmah Allah subhanahu wata’ala adalah sifat aqliyah karena dia bisa ditetapkan dengan khobar dan sekaligus dengan akal.
Kemudian beliau membawakan firman Allah subhanahu wata’ala
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا
Ini adalah ucapan para malaikat yang mereka bertawasul dengan menyebut sifat dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala yaitu Rahmah dan juga Ilm, mereka mengatakan
رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ
Wahai Robb kami, Engkau meluasi segala sesuatu dengan rahmat dan juga dengan ilmu, artinya segala sesuatu pasti terliputi dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala tidak terkecuali dan pasti terliputi dengan ilmu Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahuinya dan mengetahui tentang sesuatu tersebut, كُلَّ شَيۡءٖ segala sesuatu, tidak mungkin di dunia ini ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Allah subhanahu wata’ala dan semuanya merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Ada yang mengartikan
رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا
yaitu wasi’at rahmatuka wa ilmuka kulla syai’, Rahmat-Mu ya Allah subhanahu wata’ala dan Ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.
Rahmat Allah subhanahu wata’ala sebagaimana telah disebutkan, Ar-Rahman mengandung sifat Rahmah yang sifatnya umum termasuk makhluk hidup maupun makhluk mati yang beriman maupun yang kafir, segala sesuatu pasti merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala, virus sekalipun dia merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala, makhluk yang kafir sekalipun dia juga merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala, dia merasakan nikmatnya hidup, nikmatnya makanan, nikmatnya minuman, ini adalah kasih sayang Allah subhanahu wata’ala tapi kasih sayang Allah subhanahu wata’ala yang umum untuk mereka, segala sesuatu baik makhluk yang mati maupun makhluk yang hidup yang di atas maupun yang di bawah merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala, rahmat Allah subhanahu wata’ala ada yang umum dan ada yang khusus.
Adapun yang khusus sebagaimana kita sebutkan, nikmat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala berikan bagi orang-orang yang beriman, diberikan dia hidayah kepada jalan yang lurus, diberikan petunjuk, di terangkan jalan hidupnya, di jadikan dia bersabar di tengah-tengah bencana dan juga musibah, maka ini nikmat, ini adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala. Dijadikan dia bersyukur ketika dia mendapatkan kenikmatan, maka ini juga bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala yang dengannya mereka mendapatkan pahala dan akan dibalas oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat dengan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ini juga rahmat Allah subhanahu wata’ala, rahmat Allah subhanahu wata’ala yang khusus bagi orang-orang yang beriman.
رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا
Berarti di sini ada penetapan sifat rahmah bagi Allah subhanahu wata’ala, ditambah lagi Al-Ilm (sifat ilmu bagi Allah subhanahu wata’ala) dan sudah berlalu penjelasan dan ayat-ayat yang berkaitan dengan penyebutan sifat ilmu. Ini menunjukkan adanya hubungan antara sifat rahmah dengan ilmu, jadi rahmat Allah subhanahu wata’ala itu berdasarkan ilmu, berbeda dengan rahmat makhluk yang terkadang dia menyayangi tapi bukan berdasarkan ilmu, berdasarkan perasaannya saja, perkiraan saja, mengetahui di jalan misalnya ada orang yang kelihatannya dia kasihan padahal dia adalah orang yang punya, orang yang kaya, dia mengemis karena di dalam hatinya ada penyakit ingin mengemis, tapi hakikatnya dia adalah orang yang punya sebenarnya, ini kasih sayang yang kita miliki.
Terkadang menggunakan perasaan, ketika seorang orang tua misalnya menyayangi anaknya juga tidak jarang demikian, menyayangi anak dengan memberikan sesuatu yang justru memudhoroti dia. Adapun Allah subhanahu wata’ala maka Dia-lah Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Menyayangi dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui
رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا
Orang yang kafir sekalipun, orang yang fajir sekalipun maka mereka juga merasakan rahmat Allah subhanahu wata’ala dan di akhirat Rahmat tersebut hanya Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang yang bertakwa, adapun orang-orang kafir maka mereka tidak akan merasakan Rahmat Allah subhanahu wata’ala, di akhirat hanya untuk orang-orang yang bertakwa saja, yang ada di dalam neraka hanyalah azab dan azab bagi orang-orang yang kafir.
Adapun orang yang berbuat maksiat di kalangan kaum muslimin maka mereka akan mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala dan mungkin mereka mendapatkan azab setelah itu mereka mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala, adanya orang yang memberikan syafaat atau makhluk yang memberikan syafaat atau memang rahmat Allah subhanahu wata’ala saja, bukan syafaatusyafi’in, tidak ada yang memberikan syafaat tapi Allah subhanahu wata’ala menyayangi dia, merahmati dia kemudian mengeluarkan dia dari neraka.
Allah subhanahu wata’ala mengatakan
فَسَأَكۡتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ
[Surah Al-A’raf:156]
Maka Aku akan menulisnya, akan menetapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top