Halaqah yang ke-36 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Masuk kita pada pembahasan berkaitan dengan nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala yaitu sifat Al-Mahabbah yaitu sifat mencintai bagi Allah subhanahu wata’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mendatangkan ayat yang ke tiga
فَمَا اسْتَقَامُواْ لَكُمْ فَاسْتَقِيمُواْ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Selama mereka Istiqomah untuk kalian, artinya mereka lurus tidak membatalkan perjanjian mereka, ini berkaitan dengan seorang muslim atau kaum muslimin memiliki perjanjian perdamaian dengan orang-orang kafir, selama mereka istiqomah yaitu menjaga perjanjian mereka
فَاسْتَقِيمُواْ لَهُمْ
Maka hendaklah kalian istiqomah untuk mereka, yaitu jangan membatalkan, seorang muslim harus memegang janjinya, janji berdamai selama 5 tahun tidak boleh saling menyerang, kita sebagai seorang muslim diharuskan untuk menjaga, memegang janji ini. Bukan sifat seorang muslim menghianati janji, menghianati perjanjian, itu bukan sifat seorang muslim, tapi seorang muslim dia takut kepada Allah subhanahu wata’ala dan mengetahui bahwasanya perjanjian ini akan ditanya dihadapan Allah subhanahu wata’ala
وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ
[Surah Al-Isra’:34]
Hendaklah kalian menyempurnakan janji kalian.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertaqwa.
Artinya seseorang menjaga perjanjian tersebut, ini adalah bagian dari ketaqwaan karena orang yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala, orang yang takut kepada Allah subhanahu wata’ala dia khawatir kalau dia membatalkan perjanjiannya maka akan menjadi permasalahan tersendiri bagi dia di hari kiamat
وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسُۡٔولٗا ٣٤
Hendaklah kalian menyempurnakan janji, sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya.
Orang yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala dan hari akhir, yang benar-benar dia yakin dengan hari akhir dan ingin keselamatan dirinya dihari akhir, janji dia kepada siapapun termasuk diantaranya adalah kepada orang-orang kuffar akan dia pegang.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertaqwa.
Termasuk di antara sifat orang yang bertaqwa adalah mereka memegang janjinya, istiqomah dalam janjinya, selama orang-orang musyrikin tadi memegang janjinya, tapi kalau mereka yang terlebih dahulu menyelisihi janji seperti yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy dan sekutu mereka ketika mereka terlebih dahulu yang mengkhianati perjanjian Hudaibiyah, maka dalam keadaan demikian boleh kita untuk menyerang karena mereka yang terlebih dahulu menyelisihi janji, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengetahui dan sampai kabar kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa orang-orang Quraisy dan juga sekutunya mereka membatalkan perjanjian Hudaibiyah, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam segera mengumpulkan kaum muslimin yang ada di Madinah dan sekitarnya untuk pergi ke Mekah, membuka kota Mekah.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertaqwa.
Berarti di antara sifat atau di antara golongan yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala adalah orang-orang yang bertaqwa. Ketika kita mendengar ayat seperti ini harusnya kita ini semangat, bagaimana Ana bisa menjadi orang yang bertaqwa, Ana ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala, maka seseorang bertanya apa yang dimaksud dengan taqwa, taqwa sebagaimana disebutkan oleh Talq bin Habib
أن تعمل بطاعة الله علي نور من الله ترجو ثواب الله. و أن تترك معصية الله علي نور من الله تخاف عذاب الله
Engkau melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala, beramal sholeh, diatas cahaya, yaitu sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bukan berdasarkan kejahilan tapi berdasarkan cahaya, berdasarkan ilmu, ada dalilnya bukan hanya sekedar hawa nafsu, bukan hanya sekedar ikut-ikutan, bukan hanya sekedar mengikuti adat istiadat dan kebiasaan,
علي نور من الله
berada di atas cahaya, yaitu di atas ilmu, itu namanya taqwa. Adapun amal shaleh dikatakan itu amal shaleh tapi tidak berdalil, apakah itu masuk dalam taqwa, tidak, taqwa yaitu kalau amal shalehnya berdasarkan dalil.
ترجو ثواب الله
Dan engkau mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala, bukan mengharap pahala dari manusia, kalau riya sum’ah tidak dinamakan dengan taqwa, kemudian engkau meninggalkan kemaksiatan
علي نور من الله
berdasarkan dalil, bukan berdasarkan ikut-ikutan tapi berdasarkan dalil
تخاف عذاب الله
engkau takut terhadap azab Allah subhanahu wata’ala, bukan karena takut kalau dia terkena penyakit sehingga dia tidak mau berzina, ini bukan karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena takut terhadap Allah subhanahu wata’ala tapi takut terhadap penyakit tertentu, taqwa kepada Allah subhanahu wata’ala kalau Antum meninggalkan kemaksiatan karena Allah subhanahu wata’ala, yaitu karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
Berarti bertaqwa kembali kepada ikhlas dan kembali kepada mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala jadilah orang yang bertaqwa, yang beramal shaleh meninggalkan kemaksiatan berdasarkan ilmu. Berarti kalau ingin bertaqwa harus menuntut ilmu, menjadi seorang yang mau menghadiri majelis ilmu karena di situ dia mendapat ilmu, membaca, mendengarkan, menulis, menjadi seorang penuntut ilmu supaya kita bisa menjadi orang yang benar-benar bertaqwa sehingga kita menjadi orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ihsan juga demikian, orang bisa mencapai derajat Ihsan bisa menyesuaikan dan bisa mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam harus menuntut ilmu, maka menuntut ilmu ini adalah pintu dan kunci seluruh kebaikan, ingin menjadi orang yang bertaqwa, ingin menjadi orang yang muhsin, ingin menjadi orang yang adil juga berdasarkan ilmu karena adil itu kalau sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]