Halaqah yang ke-26 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mendatangkan beberapa ayat yang isinya adalah penetapan sifat ilmu bagi Allah subhanahu wata’ala
وَقَوْلُهُ سُبْحَانَهُ
Dan juga nama Allah subhanahu wata’ala
وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Dan Dia-lah Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mengetahui lagi Maha Al-Hakim. Syahidnya disini adalah وَهُوَ الْعَلِيمُ dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui. Nama Allah Al-‘Alim kita tetapkan dan mengandung sifat Al-‘Ilmu, Al-Hakim, Dia-lah yang Maha Al-Hakim bisa diartikan Maha Bijaksana bisa diartikan Maha Menghukum dan bisa juga diartikan Maha Kokoh, kokoh dalam menciptakan dalam mensyariatkan.
Kenapa kita katakan di sini bisa diartikan macam-macam, karena Al-Hakim ini adalah nama Allah subhanahu wata’ala yang mengandung minimal tiga sifat, pertama adalah mengandung sifat Al-Hikmah (bijaksana), Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, kemudian yang kedua mengandung sifat Al-Hukum, Dia-lah yang menghukumi, kemudian yang ketiga sifatnya adalah sifat Al-Ihkam yang artinya adalah itsqan yaitu kokoh dan teliti, sempurna, kuat. Berarti ada tiga sifat yaitu Al Hikmah, Al Hukum, dengan Al-Ihkam.
Hikmah yaitu Allah subhanahu wata’ala Maha Bijaksana, maksud bijaksana adalah meletakkan sesuatu pas pada tempatnya, tidak ada yang meleset, tidak ada yang kurang. Allah subhanahu wata’ala itu hikmah dan Maha Bijaksana baik dalam syariat-Nya maupun dalam penciptaan. Dalam syariat-Nya, yaitu di dalam Al-Qur’an atau di dalam Sunnah, syariat yang ada dalam agama Islam ini penuh dengan hikmah. Kalau Allah subhanahu wata’ala mensyariatkan sesuatu yakin pasti di sana ada hikmahnya, Allah subhanahu wata’ala Maha Bijaksana. Kenapa shalat lima kali, kenapa salat dzuhur setelah tergelincirnya matahari, kenapa maghrib setelah terbenamnya matahari, yakin di situ ada hikmanya. Kenapa kita disyariatkan untuk puasa Syawal, kenapa ada syariat puasa tiga hari setiap bulan, kenapa disana rawatib, kita yakin bahwasanya di dalam setiap apa yang disyariatkan oleh Allah subhanahu wata’ala pasti di sana ada hikmanya, kebaikan kembali untuk diri kita sendiri baik di dalam apa yang Allah subhanahu wata’ala perintahkan maupun apa yang Allah subhanahu wata’ala larang. Allah subhanahu wata’ala melarang untuk berzina Allah subhanahu wata’ala melarang untuk melihat sesuatu yang diharamkan maka pasti di sana ada hikmahnya.
Dan ditahun-tahun terakhir ini banyak penelitian misalnya tentang akibat seseorang melihat sesuatu yang diharamkan, melihat sesuatu yang membangkitkan syahwat padahal itu adalah perkara yang diharamkan. Bagaimana itu pengaruhnya terhadap otak seseorang, disana ada hormon tertentu yang akan keluar ketika seseorang melihat perkara yang diharamkan, tetapi ketika itu berlebih-lebihan akhirnya akan banjir hormon tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi daya pikir seseorang, menjadi orang yang bodoh, menjadi orang yang tidak bisa berpikir, susah untuk menghafal dan lain-lain.
Berarti secara syariat dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala dan secara ilmiah dan ini menunjukkan hikmah Allah subhanahu wata’ala, ketahuilah bahwasanya dalam syariat yang lain ini juga demikian. Kenapa seorang wanita diperintahkan untuk menutup seluruh tubuhnya, pasti disana ada hikmahnya, ada yang mengatakan bahwasanya kulit wanita ini berbeda dengan kulit laki-laki, dia mudah terkena mudhorot ketika terkena matahari secara langsung berbeda dengan kulit laki-laki misalnya, jadi di sana ada maslahat tersendiri bagi kita.
Seorang muslim meskipun dia tidak tahu tentang hikmah tadi maka dia beriman, melaksanakan apa yang Allah subhanahu wata’ala perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah subhanahu wata’ala larang dengan hati yang tenang dan yakin itu adalah untuk kebaikan ana sendiri. Orang yang menjalani syariat ini maka dia akan hidup dengan nyaman, hidup dengan sehat.
Hikmah di dalam syariat dan juga hikmah di dalam penciptaan. Ketika Allah subhanahu wata’ala menciptakan maka itu semuanya dengan penuh perhitungan, berdasarkan ilmu, Allah subhanahu wata’ala menciptakan kita sebagai manusia sudah dengan ilmu dan dengan perhitungan yang sangat matang yang sangat bijaksana, Dia-lah yang menciptakan kita fi aḥsani taqwim, dengan bentuk yang sangat indah, tangan yang proporsional, kakinya juga demikian, posisinya juga luar biasa, di taruh posisi tangan di sini supaya kita lebih leluasa untuk melakukan berbagai pekerjaan kita, diberikan kita dua tangan bukan satu tangan, diberikan tangan ini jari-jemari yang dengannya kita bisa memegang banyak hal, diberikan kita gigi dan gigi nya bermacam-macam ada yang fungsinya untuk mengunyah ada yang fungsinya untuk mencabik, disana ada lidah yang digunakan untuk menggerakkan makanan ke kanan dan juga kekiri, di sana ada zat yang bisa mematikan kuman, disana ada yang melembutkan, disana ada yang menyerap, disana ada yang mengedarkan, Subhanallah, Dia-lah Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Bijaksana.
Siapa yang menciptakan yang demikian selain Allah subhanahu wata’ala, Dia-lah Al-Hakim Dia-lah Yang Maha Bijaksana dalam penciptaan. Siang dan juga malam di bolak balik oleh Allah subhanahu wata’ala, hikmah yang sangat dalam, penciptaan langit, penciptaan bumi, bagi orang yang memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah subhanahu wata’ala ini maka dia akan mendapatkan bagaimana Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang Al-Hakim Dia-lah Yang Maha Bijaksana baik di dalam syariatnya maupun dalam penciptaannya.
Dan Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang menghukumi baik hukum syar’I, Allah subhanahu wata’ala menurunkan hukum-hukum-Nya didalam syariat, maka Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Al-Hakim yang menurunkan hukum syar’i maupun hukum yang kauni, Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan. Demikian pula Al-Ihkam, diantara sifat yang terkandung dalam Al-Hakim adalah Al-Ihkam yaitu kokoh, kokoh dalam syariat maupun kokoh dalam penciptaan maka Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Al Hakim Yang Maha Bijaksana Yang Maha Menurunkan Hukum, Dia-lah Yang Mutkin dalam hukum-Nya.
Ayat yang selanjutnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala
الْعَلِيمُ الْخَبِير
Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Al-Khobir, syahidnya di sini adalah Al-‘Alim, Allah subhanahu wata’ala menetapkan dalam ayat ini nama Allah Al-‘Alim ini adalah syahidnya, ditambah lagi dengan Al-Khabir.
Ayat yang sebelumnya Al-‘Alim Al-Hakim, hubungan antara hikmah dengan ilmu yang namanya hikmah ini berdasarkan ilmu, seseorang bisa meletakkan sesuatu pada tempatnya kalau dia memiliki ilmu, adapun orang yang jahil maka dia ngawur dalam meletakkan sesuatu. Kalau kita memang ingin bijaksana, menjadi orang yang bijaksana maka hendaklah kita menuntut ilmu agama, menuntut ilmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka kita akan menjadi orang yang bijaksana adapun orang yang tidak memiliki ilmu maka bagaimana dia akan menjadi orang yang bijaksana.
الْعَلِيمُ الْخَبِير
Hubungan antara Al-’Alim dengan Al-Khabir, Al-Khabir mengandung sifat khibrah artinya pengalaman dalam bahasa kita, yang dimaksud dengan khibrah dalam bahasa Arab adalah ilmu yang sempurna dan ilmu yang mendalam, yang teliti, itu dinamakan dengan khibrah, khibrah ini adalah kesempurnaan ilmu dan juga ketelitian ilmu tadi. Berarti di sini ada ada makna yang za’id (tambahan), bukan hanya sekedar ilmu tapi kesempurnaan ilmu dan juga ketelitian ilmu.
Makanya antara tahu dengan berpengalaman ini lebih dalam berpengalaman. Dia pengalaman artinya sudah bertahun-tahun dan sudah mengetahui luar dalamnya, ini pengalaman. Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Al-Alimul Khobir, sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendatangkan dua ayat ini untuk menguatkan bahwasanya diantara nama Allah subhanahu wata’ala adalah Al-’Alim dan diantara sifat Allah subhanahu wata’ala adalah Al-‘Ilmu.
Kemudian beliau mendatangkan firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Saba’
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا
Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Al-’Alim dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Dia-lah Al-Khabir Yang Maha Mengetahui perkara dalam sampai yang sedetail-detailnya, Dia-lah Al-Bathin yang mengetahui seluruh perkara sedalam-dalamnya, maka di sana ada ayat yang memperinci ilmu Allah subhanahu wata’ala diantaranya adalah surah Saba ini, untuk menunjukkan kepada kita tentang bagaimana kesempurnaan ilmu Allah subhanahu wata’ala
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأَرْضِ
Allah subhanahu wata’ala mengetahui setiap apa yang masuk ke dalam bumi, yaliju artinya adalah yadkhulu, Allah subhanahu wata’ala mengetahui setiap yang masuk kedalam bumi. Disana ada benda-benda, makhluk-makhluk yang masuk ke dalam bumi, semut misalnya, cacing misalnya di atas kemudian dia masuk ke sarangnya, atau air yang turun dari atas masuk ke dalam bumi juga atau orang yang meninggal dunia dikuburkan ke dalam bumi, seluruh perkara atau seluruh benda seluruh makhluk yang masuk ke dalam bumi Allah subhanahu wata’ala يَعْلَم, Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, tidak ada yang masuk ke dalam bumi kecuali Allah subhanahu wata’ala tahu apa yang masuk dalam bumi tadi. مَا disini menunjukkan umumnya, apa saja, tidak mungkin masuk ke dalam bumi sesuatu yang tidak diketahui oleh Allah subhanahu wata’ala
وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا
Dan Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang keluar dari bumi. Air keluar dari bumi, barang tambang misalnya keluar dari bumi, minyak bumi, emas misalnya, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman keluar dari bumi, Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, apa yang keluar dari bumi itu di bawah Ilmu Allah subhanahu wata’ala. Tumbuhnya tunas misalnya keluar dari bumi Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, keluarnya setetes air atau sedikit air dari bumi Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, itu dibawah ilmu Allah subhanahu wata’ala, keluarnya minyak bumi itu adalah dengan ilmu Allah subhanahu wata’ala, keluarnya lahar misalnya dari gunung berapi maka itu Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, tidak ada yang luput dari ilmu Allah subhanahu wata’ala, yang masuk ke dalam bumi yang keluar dari bumi, Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui.
وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاء
Dan apa yang turun dari langit, kalau tadi Allah subhanahu wata’ala bicara tentang bumi sekarang bicara tentang langit, makhluk Allah subhanahu wata’ala yang sangat besar. Yang turun darinya Allah subhanahu wata’ala mengetahui, seperti malaikat Jibril yang datang dari atas menyampaikan wahyu pada seorang nabi atau malaikat-malaikat sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam surat Al Qadr. Atau yang datang dari atas, مِنَ السَّمَاء di sini juga bisa diartikan dari atas, seperti misalnya hujan, maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang turun berapa kubik dan di mana dia akan turun dan kapan turunnya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui.
وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
Dan apa yang naik ke atas, baik itu malaikat-malaikat yang Allah subhanahu wata’ala tugaskan, karena setiap hari ada malaikat-malaikat yang bergantian naik turun, dan di sana ada amalan-amalan yang naik ke atas disampaikan kepada Allah subhanahu wata’ala, maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang turun dari atas maupun yang naik ke atas tidak ada yang samar bagi Allah subhanahu wata’ala. Tidak mungkin ada yang naik dan tidak mungkin ada yang turun dan itu tidak diketahui oleh Allah subhanahu wata’ala, semuanya dengan ilmu Allah subhanahu wata’ala, ini menunjukkan bagaimana Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui segala sesuatu, ini menunjukkan kesempurnaan ilmu Allah subhanahu wata’ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]