Home » Halaqah 07: Muqoddimah #07 Basmallah dan Hamdallah

Halaqah 07: Muqoddimah #07 Basmallah dan Hamdallah

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mengatakan rahimahullah di awal kitabnya
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Membuka kitab beliau dengan basmalah, sebagaimana yang sudah berlalu, berulang-ulang, bahwasanya demikian adalah mengikuti Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an karena Allah ta’ala menjadikan ayat yang pertama di dalam Al-Qur’an adalah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ dengan kesepakatan para ulama bahwasanya ayat yang pertama dalam basmalah. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menulis surat yang isinya adalah dakwah kepada sebagian raja yang ada di zaman Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memulai suratnya dengan بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. Dan apa yang dilakukan oleh mu’allif di sini yaitu menulis kitab pada hakekatnya dia adalah surat yang ingin disampaikan kepada para pembaca yang isinya adalah dakwah, dakwah kepada aqidah yang benar, aqidah ahlussunnah waljama’ah.
Dan hikmah dimulainya menulis kitab dengan basmalah yang pertama adalah bertabarruk dengan memulai kitab ini dengan menyebut nama Allah ta’ala karena nama Allah ta’ala adalah nama yang berbarokah, sehingga memulai kitab dengan menyebut nama Allah ta’ala diharapkan kitabnya adalah menjadi kitab yang berbarokah. Kemudian yang kedua adalah meminta pertolongan kepada Allah ta’ala dalam menulis kitab, sehingga dimudahkan oleh Allah ta’ala untuk menyelesaikan kitab ini, selesai dan menjadi kitab yang berbarokah dan bermanfaat bagi kaum muslimin.
Kemudian beliau mengatakan
الحمد لله
Dan Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an memulai setelah basmalah kemudian yang kedua adalah
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
yaitu pujian kepada diri-Nya, maka disini Mu’allif juga demikian, beliau rahimahullah juga berusaha untuk meniru apa yang Allah ta’ala lakukan di dalam Al-Qur’an setelah menyebutkan basmalah maka beliau memuji Allah ta’ala dengan mengatakan
الحمد لله الَّذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan juga agama yang benar.
Allah ta’ala dipuji, sebabnya diantaranya adalah karena dia yang memiliki nama-nama yang Husna dan sifat-sifat yang mulia sehingga Allah ta’ala dipuji, karena nama-nama Allah ta’ala mengandung makna yang indah, makna yang paling baik dan setiap nama mengandung sifat, dan sifat-sifat Allah ta’ala adalah sifat-sifat yang paling baik sehingga Allah ta’ala dipuji karena dia yang memiliki nama dan juga sifat yang sempurna. Demikian pula Allah ta’ala dipuji diantaranya adalah karena Allah ta’ala Dia-lah yang memberikan seluruh kenikmatan kepada kita semuanya, Allah ta’ala selalu dipuji karena Dia-lah yang memberikan kenikmatan semuanya kepada kita. Allah ta’ala mengatakan
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
An-Nahl ayat 53
Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allah ta’ala.
Di antara kenikmatan tersebut, dan ini adalah kenikmatan yang paling besar adalah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ini adalah kenikmatan yang besar yang kalau dibandingkan dengan kenikmatan makan, minum, kenikmatan dunia yang dirasakan oleh seseorang, maka nikmat diutusnya Rasulushallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah ta’ala kita mengenal Al-Haqq (kebenaran), kita mengenal Tauhid yang untuknya kita diciptakan oleh Allah ta’ala dan ini adalah syarat untuk masuk ke dalam surganya Allah ta’ala, dengannya kita mengetahui tentang hakikat dunia dan kita terlepas dari keresahan dunia, kesedihan dengan sebab dunia, dan kebaikan-kebaikan yang lain yang didapatkan oleh seseorang dengan sebab diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا
[Ali Imran:164]
Sungguh Allah ta’ala telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman dengan mengutusmu kepada mereka seorang rasul dari diri mereka sendiri.
Membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah ta’ala maka ini adalah nikmat yang besar dan Alhamdulillah Allah ta’ala menjadikan kita termasuk umat Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun kita adalah umat yang terakhir tidak ada umat setelah kita namun Allah ta’ala memberikan banyak keutamaan kepada kaum muslimin. Mereka menjadi orang yang pertama dihisab dan mereka yang pertama kali masuk ke dalam surga
الحمد لله الَّذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah mengutus rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
بِالْهُدَى
dengan petunjuk, dengan ilmu yang dengannya Allah ta’ala mengeluarkan kita dari kegelapan (kejahilan) menuju alam ilmu yang terang benderang, banyak perkara yang tidak kita ketahui sebelumnya kemudian sekarang kita mengetahui tentang hakekatnya, tidak mungkin kita mengetahuinya kecuali dengan perantara Wahyu. Kita memiliki akal, kita memiliki pikiran cuma itu sangat terbatas, banyak di sana perkara-perkara yang tidak mungkin kita ketahui kecuali dengan jalan Wahyu yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
وَدِينِ الْحَقِّ
Dan juga dengan agama yang haqq.
Ada yang mengatakan bahwasanya Dīnul Haqq di sini maknanya adalah Al-‘Amal, Al-Huda ditafsirkan dengan Al-Ilmu dan Dīnul Haqq disini ditafsirkan dengan Al-‘Amal, yaitu amalan. Artinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah ta’ala bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, memberikan ilmu kepada kita tapi juga memerintahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan. Inilah agama yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kenapa kita belajar seperti ini tujuannya adalah untuk mengamalkan, bukan hanya sekedar untuk dicatat dan dihafalkan, amal.
Maka seseorang tholibul ilm hendaklah dia bertanya kepada dirinya sendiri, sudah sampai mana amalan dia terhadap ilmu yang selama ini dia dapatkan, kita belajar seperti ini adalah untuk mengamalkan dan jangan kita menunggu sampai selesai kitab tapi apa yang kita dengarkan hari ini ya kita amalkan, ada niat dalam hati kita untuk mengamalkan apa yang kita dengarkan, itu niat kita.
Ana menuntut ilmu ingin mengamalkan apa yang Ana pelajari. Kalau seorang seorang tholibul ilm (penuntut ilmu) niatnya demikian maka dia akan diberikan Taufik dalam ilmunya, dimudahkan oleh Allah ta’ala untuk menerima ilmu yang selanjutnya, karena mengamalkan ilmu adalah bentuk bersyukur, karena ilmu adalah nikmat, ketika kita amalkan berarti kita bersyukur dengan nikmat ilmu tadi dan kalau kita bersyukur ditambah oleh Allah ta’ala, Allah ta’ala mengatakan
لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ
[Ibrahim : 7]
Kalau kalian bersyukur Aku akan tambah
Mengamalkan ilmunya adalah bentuk syukur kita atas nikmat ilmu tadi, betapa banyak orang yang tidak sampai kepadanya ilmu ini atau tidak mendapatkan ilmu ini, padahal mereka adalah orang yang cerdas mungkin orang yang kaya tapi mereka tidak mendapatkan ilmu tadi. Allah ta’ala memilih kita, memilih hati kita, memilih telinga kita untuk mendengarkan ilmu yang mulia ini, maka syukurilah dengan cara mengamalkan apa yang kita dapatkan berupa ilmu ini meskipun sedikit, sehingga sebagian salaf mengatakan “man ‘amila bimā ‘alima ‘allamahullāhu mā lakun ya’lam”, barang siapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui maka Allah ta’ala akan mengajarkan kepadanya sesuatu yang sebelumnya dia tidak tahu, ditambah ilmunya terus.
Makanya tidak heran kalau para salaf, para ulama, ilmu mereka luas, apa yang mereka dengar menetap di dalam hati mereka karena mereka berusaha untuk mengamalkan apa yang mereka dapatkan. Dan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullāh, beliau adalah seorang muhaddits, seorang faqih, beliau menyebutkan bahwasanya saya membaca sebuah hadits yang isinya bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengundang seorang tukang bekam kemudian memberikan kepadanya uang, maka beliau untuk mengamalkan hadits ini mengundang seorang tukang bekam kemudian memberikan kepada orang tersebut uang sejumlah uang yang diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai demikian para ulama kita mengamalkan ilmunya.
Maka lihat diri kita apakah kita sudah termasuk orang yang demikian atau mendekati yang demikian. Betapa banyak hadits-hadits yang berkaitan dengan fadhailul ‘amal, tentang keutamaan shalat berjama’ah, tentang bersegera di dalam shalat berjama’ah, tentang keutamaan shalat malam, tentang keutamaan membaca Al-Qur’an yang berlalu di telinga kita dan kita biarkan begitu saja, seakan-akan ilmu itu hanya sekedar untuk pengetahuan bukan untuk diamalkan.
لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
Supaya Allah ta’ala menampakan agama Allah ta’ala ini diatas seluruh agama.
Allah ta’ala menjanjikan akan menampakan agama ini meskipun orang-orang kafir benci dengan nampaknya agama Allah ta’ala di atas agama yang lain dan Allah ta’ala tidak akan menyelisihi janji-Nya. Lihat bagaimana Allah ta’ala menolong Rasul-Nya dan juga menolong para sahabat dari yang awalnya hanya satu orang yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah dengan sabarnya sehingga satu persatu mulai dari orang yang ada disekitarnya, kerabatnya, yang satu kabilah dengan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mereka masuk ke dalam agama Islam, diusir dan justru semakin menyebar agama Islam, orang Anshor mereka masuk ke dalam agama Islam dan orang-orang yang ada di sekitar Mekah dan juga Madinah mereka masuk ke dalam agama Islam. Allah ta’ala menampakan agama ini di atas seluruh agama.
وَكَفَى بِاللهِ شَهِيدًا
Dan cukuplah Allah ta’ala sebagai saksi.
Jadi Allah ta’ala Dia-lah yang menjadi saksi bahwa Nabi-Nya ini, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang Rasul dan bahwasanya Dia-lah yang akan menolong Nabi-Nya dan ucapan ini yaitu
الَّذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيدًا
Ini diambil dari sebuah ayat yaitu surat al-Fatah ayat yang ke-28.
Disini bagaimana beliau rahimahullah dalam masalah lafadz beliau berusaha untuk taqayyud, mengikuti apa yang ada di dalam Al-Qur’an, karena itu lebih selamat, ini di ambil dari Firman Allah ta’ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top