Halaqah yang ke-88 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Didalam bab ini setelah beliau berbicara tentang masalah bid’ah dan tentang bahayanya dan tentang ancaman bagi orang yang melakukan bid’ah dan bahwasanya itu adalah bagian dari sesuatu yang bertentangan dengan Islam itu sendiri, maka di dalam bab ini beliau akan membacakan atau membawakan dalil-dalil yang isinya adalah perintah untuk istiqomah di atas Islam, di atas kepasrahan kepada Allah subhanahu wata’ala di dalam masalah aqidah, didalam masalah ibadah, tata cara ibadah, di dalam permasalahan-permasalahan yang lain sampai kita meninggal dunia
Belum datangkan dalil-dalil yang mengharuskan kita untuk terus Istiqomah di atas Islam dengan makna yang sudah kita sebutkan berulang kali dan juga di dalam bab ini beliau akan menunjukkan kepada kita tentang tahdzir minal bid’ah (peringatan tentang bid’ah) yang merupakan sesuatu yang menunjukkan ketidak-istiqomahan seseorang didalam Islam. Jadi inti dari bab ini adalah perintah untuk terus istiqomah di atas Islam termasuk diantaranya dengan meninggalkan bid’ah.
Beliau membawakan firman Allah subhanahu wata’ala
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى
dan dijadikan ini sekaligus sebagai judul bab ini
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Firman Allah subhanahu wata’ala, maka hendaklah engkau menegakan wajahmu untuk agama ini, meluruskan wajahmu untuk agama ini, حَنِيفًا dalam keadaan mengarahkan menghadapkan wajah ini hanya untuk Allah subhanahu wata’ala dan inilah makna Al-Islam. حَنِيفًا menyerahkan diri kita hanya kepada Allah subhanahu wata’ala inilah makna Islam
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
Maka hendaklah engkau tegakkan wajahmu hanya untuk agama ini, hanya untuk ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala, dan أَقِمْ ini adalah perintah dan asal dari perintah adalah untuk menunjukkan kewajiban, menunjukkan tentang wajibnya seseorang menjaga Islam ini sampai dia meninggal dunia dan ini adalah fitrah
فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Ini adalah fitrah Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala fitrahkan kepada manusia yaitu Islamnya dia untuk Allah subhanahu wata’ala ini adalah fitrah Allah. Asalnya manusia menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, Islam asal, tapi berubah fitrah tersebut dengan sebab orang tuanya dengan sebab lingkungan
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
asalnya dia adalah مَوْلُود عَلَى الْفِطْرَةِ
كل مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
setiap anak yang lahir itu dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia yahud atau majusi atau nasrani, terkadang bisa berubah fitrah tadi dengan sebab orang tua, terkadang berubah fitrah tadi dengan sebab dakwah ahlul bathil lingkungan dan seterusnya.
Kalau itu adalah fitrah maka kewajiban kita adalah menjaga fitrah tadi sampai kita meninggal dunia
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, [Ar Rum:30]
Kemudian beliau mendatangkan dalil yaitu firman Allah subhanahu wata’ala
وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [البقرة: 132]
Dan firman-Nya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.’” (QS. Al-Baqarah [2]: 132)
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ
Maka Ibrahim berwasiat dengannya, wasiat ibrahim adalah untuk Islam karena sebelumnya Allah subhanahu wata’ala mengatakan kepadanya
إِذۡ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسۡلِمۡۖ
Ketika Robbnya berkata kepada Ibrahim, Islamlah engkau wahai Ibrahim
قَالَ أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
[Al Baqarah:131]
Aku menyerahkan diriku untuk Robbul ‘alamin
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ
maka Ibrahim mewasiatkan putra-putranya dengan wasiat tersebut, yaitu wasiat untuk Islam (إِذۡ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسۡلِمۡۖ) maka itulah yang diwasiatkan oleh Ibrahim kepada putra-putranya. وَيَعْقُوبُ, demikian pula Ya’qub juga berwasiat kepada putra-putranya dengan wasiat ini
يَابَنِيَّ
Wahai anak-anakku
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ
Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah memilihkan untuk kalian agama
Agama Islam ini adalah agama yang Allah subhanahu wata’ala pilih untuk kalian yang isinya adalah mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala, menyerahkan ibadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala saja, ini adalah agama kalian agama yang Allah subhanahu wata’ala pilih untuk kalian
فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Maka janganlah kalian meninggal dunia kecuali kalian dalam keadaan islam.
Ini adalah perintah untuk istiqomah terus di atas Islam termasuk diantaranya jangan sampai kita melakukan bid’ah baik bid’ah yang berkaitan dengan akidah i’tiqad maupun bid’ah amaliah karena itu adalah bukan termasuk keislaman yang demikian bahkan bertentangan dengan Islam itu sendiri. Maka ayat ini
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Didalamnya ada perintah untuk istiqomah di atas Islam. Pegang Islam dan jangan sampai kita meninggal dunia kecuali dalam keadaan kita pasrah, bertauhid, meninggalkan bid’ah, jangan mundur ke belakang, jangan menjauh dari Islam, jangan menjauh dari tauhid, jangan menjauh dari sunnah, jangan kita meninggal kecuali dalam keadaan Islam, perintah untuk Istiqomah di atas agama ini.
Kemudian beliau mendatangkan dalil yang lain yaitu firman Allah subhanahu wata’ala
وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
Kemudian Kami wahyukan kepadamu supaya engkau wahai Muhammad mengikuti millahnya Ibrahim yang lurus
وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ
(QS. An-Nahl [16]: 123)
Dan tidaklah dia termasuk orang-orang yang musyrikin
Maka di dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mewahyukan kepada Nabinya, ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ, apa yang Allah subhanahu wata’ala wahyukan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam? Supaya engkau mengikuti millahnya Ibrahim yaitu Islam, حَنِيفًا, menyerahkan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala menghadap hanya kepada Allah subhanahu wata’ala (وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ) dan tidaklah beliau termasuk orang-orang yang musyrikin.
Maka ayat ini menunjukkan perintah untuk tetap di atas Islam, perintah untuk mengikuti millahnya Ibrahim sampai kapan? sampai meninggal sampai akhir, mengikuti millahnya Ibrahim bukan hanya di sebagian umurnya tapi sampai akhir umurnya sampai akhir hayatnya Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk mengikuti millahnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang lurus dan tidaklah beliau termasuk orang-orang yang musyrikin. Maka diantara bentuk keislaman kita dan bentuk mengikutnya kita terhadap millah Ibrahim adalah seseorang istiqomah di atas sunnah dan menjauhi kebid’ahan.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]