Home » Halaqah 50: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Dalil dari Sunnah Tentang Tiga Tingkatan Dalam Islam (Bagian 3)

Halaqah 50: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Dalil dari Sunnah Tentang Tiga Tingkatan Dalam Islam (Bagian 3)

Materi HSI pada halaqah ke- 50dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan kedua ma’rifatu dinil islam bil adillah dalil dari sunnah tentang tiga tingkatan dalam Islam bagian 3.
قال : فمضى فلبثنا مليا
Maka Umar berkata,
“Maka laki-laki tersebut pergi meninggalkan tempat kami (majelis Rasulullah) maka kami pun (para sahabat) terdiam sebentar.”
Baru saja terjadi percakapan yang luar biasa, yang sangat mengherankan mereka dan mempengaruhi hati mereka. Sampai disebutkan tanda-tanda terjadinya hari kiamat.
ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ؟.
قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata kepada Umar (shahibul qishshah), “Wahai Umar tahukah siapa yang datang tadi?”
Kemudian Umar menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Karena mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya laki-laki yang datang dan bertanya kepada Nabi. Maka Umar mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Allah lebih tahu tentunya, karena Dia-lah yang mengetahui segala sesuatu, karena diantara namanya adalah Al-‘Alim dan tidak terjadi perkara yang kecil maupun yang besar di dunia ini kecuali dibawah ilmu Allah.
Rasul-Nya lebih tahu. Di dalam perkara agama, Beliau lebih tahu, karena tidak mungkin agama Islam sampai kepada kita kecuali melalui perantara Beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Agama Islam dibawa Rasulullah dari Jibril, Jibril dari Allah Azza wa Jalla. Tentunya Rasulullah lebih tahu tentang agama Islam daripada kita. Sehingga benar yang dikatakan Umar, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. (اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ)”
Dalam masalah agama, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu daripada kita. Adapun di dalam masalah dunia (masalah komputer, pertanian, peternakan dan seterusnya) sebagaimana dikabarkan oleh Beliau, “Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia”, tetapi kalau urusan agama Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam yang lebih tahu.
Oleh karena itu kalau ada pertanyaan berkaitan dengan agama, maka kita katakan, “اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ – Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Tapi kalau dalam urusan dunia, jangan katakan, “Rasul lebih tahu” (karena telah Beliau katakan untuk urusan dunia) أنتم أعلم بأمور دينكم.
Tapi cukup katakan: “الله اعلم”.
‏ فإنه جبريل أتاكم يعلمكم أمر دينكم
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan,
“Ini adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan urusan agama kepada kalian.”
Dalam riwayat yang lain,
قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
“Ini adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.”
Laki-laki yang datang dengan hay-ah (cara) seperti itu adalah Jibril dengan tujuan untuk mengajarkan.
Menunjukkan bahwasanya taklim terkadang berupa soal dan jawab. Nabi di sini menamakan يعلم dia sedang mengajarkan.
Jibril bertanya kemudian Rasulullah menjawab.
Terkadang seorang pengajar, mengajar dengan cara bertanya dan ini termasuk uslub min asalib taklim (metode diantara metode pembelajaran) dan fungsinya untuk menggerakan pikiran, menggerakan otak.
Kemudian أمر دينكم
Agama kalian, berarti apa yang disebutkan Jibril (tanya jawab antara Jibril dan Nabi), itu semua adalah bagian dari agama. Mulai dari yang pertama Arkanul Islam, Arkanul Iman, Ihsan, berarti itu adalah bagian dari agama ini, yaitu agama Islam dengan makna khusus yaitu agama Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang di dalamnya terkandung Arkanul Islam, Arkanul Iman, dan Ihsan.
Berarti agama Beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam ada 3 tingkatan, dan masing-masing tingkatan memiliki rukun sebagaimana disebutkan oleh beliau وكل مرتبة لها أركان (masing-masing dari tingkatan memiliki rukun). Ini semua ada di dalam hadits Jibril.
Dan banyak faedah-faedah yang bisa diambil dari hadits ini, diantaranya apa yang dilakukan oleh Jibril ‘alaihissalam.
Bagaimana Jibril mengajarkan kepada kita tentang adab.
Diantara adab-adab menuntut ilmu, yaitu:
  • Jibril datang memakai pakaian
yang indah dan bersih, ini adalah bagian dari تعظيم العلم
Seseorang ketika akan menghadap seorang raja atau seorang pemuka, dia tidak akan ridho memakai pakaian yang jelek, apalagi untuk urusan ibadah.
Sepantasnyalah seorang penuntut ilmu, ketika menghadiri majelis ilmu, dia memakai pakaian yang rapih. Datang terlihat sebagai seorang thalabul ‘Ilm.
  • Tentang hay-ah-nya bagaimana mendatangi majelis ilmu.
Jibril langsung mendatangi Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam, artinya seorang penuntut ilmu mendekatkan diri kepada orang yang akan dia tuju untuk menimba ilmu.
Ini termasuk adab di dalam menuntut ilmu, mendekatkan dirinya kepada mu’allim, bukan duduk di belakang atau di luar majelis, dan ini menunjukan ta’dhim dia terhadap ilmu yang akan dia dapatkan.
Ini termasuk adab diantara adab-adab menuntut ilmu yang ingin disampaikan oleh malaikat Jibril.
Kemudian bagaimana duduknya pun disebutkan di sini yaitu duduk dalam keadaan bersimpuh dan itu mungkin hay-ah yang lebih susah daripada duduk bersila. Tapi dia lakukan demi untuk mendapatkan ilmu.
Dan dia tempelkan, menunjukkan sangat dekatnya dia dengan mu’allim tersebut.
Ini adalah beberapa adab di dalam menuntut ilmu yang bisa kita ambil faidahnya dari hadits Jibril yang masyhur. Dan masih banyak faedah lain, seperti (misalnya) jangan malu untuk mengatakan الله اعلم atau اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ, di dalam perkara- perkara yang dia tidak tahu.
Termasuk malaikat Jibril adalah syayyidul malaikat atau pemukanya malaikat. Meskipun beliau seorang pemuka malaikat, ketika beliau menghadiri majelis ilmu beliau posisikan dirinya sebagaimana penuntut ilmu. Di dalam hadits yang lain disebutkan,
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بما صنع
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho terhadap apa yang dilakukan penuntut ilmu.” [Hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi]
Malaikat merendahkan diri di hadapan para penuntut ilmu. Seharusnya kita lebih beradab dengan adab-adab menuntut ilmu. Siapapun kita meskipun kita adalah seorang ustadz misalnya, kalau di sana ada ustadz lain yang sedang mengisi maka beradablah seperti seorang penuntut ilmu.
Penulis rahimahullah membawakan hadits Jibril yang masyhur ini, ingin menunjukkan kepada kita dalil tentang bahwasanya Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam ada tiga tingkatan.

***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top