Materi HSI pada halaqah ke-22 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab kitab Ushulussittah adalah tentang penjelasan pokok keenam kitab Ushulussittah bagian 1. Beliau rahimahullah mengatakan:
اَلْأَصْلُ السَّادِسُ :
رَدُّ الشُّبْهَةِ(1) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ فِيْ تَرْكِ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ وَاتِّبَاعِ الْآرَاءِ وَالْأَهْوَاءِ الْمُتَفَرِّقَةِ الْمُخْتَلِفَةِ ، وَهِيَ أَيْ الشُّبْهَةِ(2) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ هِيَ أَنَّ الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ لَا يَعْرِفُهُمَا إِلَّا الْمُجْتَهِدُ الْمُطْلَقُ، وَالْمُجْتَهِدُ هُوَ الْمَوْصُوْفُ بِكَذَا وَكَذَا أَوْصَافًا لَعَلَّهَا لَا تُوْجَدُ تَامَّةً فِيْ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ
• Pokok yang keenam :
Adalah membantah kerancuan yang telah diletakkan oleh syaithan untuk meninggalkan Al Qur’an dan juga sunnah dan supaya mengikuti pendapat-pendapat dan hawa-hawa yang saling berbeda dan saling berpecah belah.
Dan subhat (kerancuan) tersebut bahwasanya Al Qur’an dan juga sunnah tidak dipahami kecuali oleh seorang yang mujtahid mutlaq.
Mujtahid menurut mereka adalah seseorang yang memiliki sifat ini dan ini, sifat-sifat yang mungkin tidak dimiliki oleh seseorang seperti Abu Bakar dan Umar.
Ini adalah pokok perkara yang keenam yang ingin beliau sampaikan (yaitu) ingin membantah kerancuan (subhat) yang telah diletakkan oleh syaithan didalam mengajak manusia meninggalkan Al Qur’an, meninggal As Sunnah dan mengajak manusia untuk mengikuti pendapat-pendapat dan mengikuti hawa-hawa nafsu dan ini adalah subhat yang terkadang masih ada diantara kita yang mengamalkannya, mengikutinya.
Syaithan berusaha untuk menjauhkan manusia dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melaknat syaithan dan mengeluarkan dari Surga demikian pula menurunkan nabi Adam alayhissallam maka Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menurunkan petunjuk yang barangsiapa mengikuti petunjuk tersebut maka dia akan selamat di dunia juga di akhirat.
Namun barangsiapa yang berpaling dari petunjuk yang sudah Allah turunkan maka dia akan celaka.
قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
Kami katakan, “Hendaklah kalian turun semuanya baik nabi Adam alayhissallam maupun syaithan, apabila telah datang kepada kalian huda petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk ku yang telah diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada ketakutan baginya dan mereka tidak akan bersedih”
Dan syaithan ketika melihat bahwasanya ini adalah petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang apabila di ikuti seseorang akan selamat mendapat petunjuk maka di berusaha untuk menjauhkan manusia dari memahami petunjuk Allah mengilmui apalagi mengamalkan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Diantara caranya seperti yang disebutkan oleh pengarang disini subhat (kerancuan) yang diletakkan oleh syaithan supaya manusia meninggal Al Qur’an dan As Sunnah dan supaya mereka hanya mengikuti pendapat-pendapat manusia dan hawa nafsu mereka.
Apa kerancuan tersebut? Syaithan membisikan, mengajarkan bahwanya Al Qur’an dan As Sunnah tidak dipahami kecuali oleh seseorang yang merupakan mujtahid mutlaq.
Ini adalah kerancuan yang dibuat oleh syaithan membisikan kepada manusia bahwasanya Al Qur’an ini yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwasanya hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam ini tidak dipahami dan tidak dimengerti kecuali apabila seseorang sudah sampai derajatnya sebagai seorang mujtahid, seorang mujtahid yang mutlaq.
Dengan maksud apa? Dengan maksud supaya kita orang yang awam, orang yang tidak sampai derajatnya sebagai seorang mujtahid mutlaq supaya kita tidak mau memahami Al Qur’an, supaya kita malas untuk memikirkan, mentaddaburi memahami petunjuk yang datang didalam Al Qur’an maupun sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Apabila seseorang sudah jauh dari Al Qur’an jauh dari As Sunnah, tidak mau memahami Al Quran dan juga Sunnah maka dia akan jauh dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah maksud dari syaithan menyampaikan kerancuan ini kepada manusia dan yang dimaksud dengan al mujtahid al mutlaq adalah mujtahid yang memiliki syarat-syarat sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang mereka menguasai bahasa Arab, menguasai ushul fiqih, ushul hadits, ushul tafsir, mengenal sebagian besar dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memahaminya dan menghapalnya, memahami dan menghapal sebagian besar dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan juga syarat-syarat yang lain yang disebutkan oleh para ulama.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Ushulussittah]