Halaqah yang ke-3 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Faedah memulai kitab dengan
بسم الله الرحمن الرحيم
Adalah ingin mendapatkan pertolongan, kemudahan dari Allah subhanahu wata’ala untuk menulis kitab ini. Karena untuk menulis sebuah kitab, ini perlu beberapa hal sehingga kitab tersebut bisa dibaca & dipahami oleh manusia diantaranya dia harus pandai merangkai pikiran, darimana dia mulai sehingga bisa menggiring manusia untuk bisa memahami apa yang diinginkan.
Oleh karena itu kita mengetahui akal seseorang dilihat dari kitabnya, ketika kita melihat kitabnya adalah kitab yang mantiqi – murathab bisa dipahami, berurutan maka kita mengetahui tentang akal orang tersebut, oleh karena itu dikatakan “orang yang menulis kitab pada hakikatnya dia sedang menampakan akalnya kepada manusia”.
Kemudian juga didalam pemilihan kata, bukan hanya sekedar merangkai pikiran tapi juga didalam memilih kata ini bukan sesuatu yang mudah, bagaimana dia mendatangkan kata² yang jami'(yang menyeluruh) dan diwaktu yang sama dia dipahami oleh pembacanya, didalam memilih dalil baik didalam alQuran maupun Hadits memilih ucapan para ulama para salaf maka ini perlu taufiq dan juga perlu pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala, kalau tidak maka jadilah kitab tersebut kitab yang mungkin tidak beraturan, menyantumkan disitu sebenarnya yg tidak diperlukan & meninggalkan sesuatu yang lebih penting daripada itu, maka seseorang perlu meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala & kalau tidak ada pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala maka tidak mungkin seseorang bisa menulis meskipun hanya satu huruf
لولا الله ما اهتدينا ولا تصدَّقنا ولا صلَّينا
“Kalau bukan karena Allah niscaya kita tidak akan mendapatkan hidayah dan niscaya kita tidak bisa bershodaqoh & niscaya kita tidak akan bisa melakukan shalat”
Diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam & ini menunjukan bagaimana beliau sangat bertawakal & beristi’anah kepada Allah subhanahu wata’ala sehingga beliau mengucapkan ucapan ini.
Dan ب didalam – بسم الله الرحمن الرحيم – adalah untuk isti’anah yaitu memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala.
بسم الله الرحمن الرحيم
“Dengan menyebut nama Allah”
Sekali lagi mufrad disini idhofahkan, berarti orang yang mengucapkan بسم الله dia telah beristi’anah dengan seluruh nama Allah subhanahu wata’ala, baik yang diajarkan kepada kita didalam alQuran ataupun yang diajarkan kepada kita didalam asSunnah ataupun yang tidak diajarkan kepada kita & Allah subhanahu wata’ala telah sembunyikan didalam ilmu Ghoib karena nama Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi 3
- Ada yang Allah subhanahu wata’ala ajarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam didalam sunnah.
- Ada diantaranya yang Allah subhanahu wata’ala turunkan didalam kitab-Nya.
- Ada diantaranya yang Allah subhanahu wata’ala sembunyikan didalam ilmu Ghoib.
Didalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
اللهم اني اسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك ،
Yang pertama Engkau turunkan didalam Kitab-Mu
أو علمته أحداً من خلقك,
Atau Engkau ajarkan Nama tersebut kepada seseorang diantara makhluk²-Mu, أحداً من خلقك disini maksudnya adalah seorang Rasul, Rasul yang diutus kepada kita berarti beliau adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
أو استأثرت به في علم الغيب عندك
Atau yang Engkau simpan didalam ilmu Ghoib disisi-Mu.
Berarti disana ada 3 jenis nama Allah subhanahu wata’ala & ketika kita mengucapkan – بسم الله – kita telah memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala, memohon pertolongan dengan menyebut seluruh nama Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian – الرحمن الرحيم – ini adalah atau keduanya adalah nama Allah subhanahu wata’ala yang mengandung sifat rohmah & perbedaannya diantaranya ada yang mengatakan bahwasanya – الرحمن – ini mengandung sifat Rohmah yang umum bagi seluruh makhluk adapun – الرحيم – maka mengandung sifat rahmah yang khusus bagi orang² yang beriman, Allah subhanahu wata’ala mengatakan
۞ ….وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
[QS Al Ahzab 43]
Ini menjadi dalil bahwasanya – الرحيم – ini adalah nama Allah yang mengandung sifat rahmah yang Allah subhanahu wata’ala khususkan bagi orang² yang beriman.
Dan rahmat yang khusus bagi orang² beriman contohnya adalah rahmat kasih sayang yang berupa hidayah kepada islam kepada Iman kepada Sunnah, rahmat berupa masuknya mereka kedalam surga maka ini adalah khusus bagi orang² yang beriman.
Adapun rahmat yang umum bagi seluruh manusia diantaranya adalah rizki, yang Allah subhanahu wata’ala berikan rizki bukan hanya orang² yang beriman saja, dunia, pangkat dan seterusnya ini bukan hanya Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang² yang beriman saja bahkan orang² kafir Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka semuanya itu.
Didalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
إن الله عز وجل يعطي الدنيا من يحب ومن لا يحب
“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala memberikan dunia ini bagi siapa yang dicintai dan bagi siapa yang tidak Allah cintai”
Jangan kita mengira ketika diberikan dunia berarti dicintai Allah subhanahu wata’ala
۞ فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
۞ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
[QS Al Fajr 15-16]
Itu ucapan manusia menyangka bahwasanya kecintaan dan kehinaan itu diukur dari dunia. Allah subhanahu wata’ala memberikam dunia ini kepada siapa saja baik yang Allah subhanahu wata’ala cintai maupun yang tidak Allah subhanahu wata’ala cintai, maka jangan orang yang faqir menyangka bahwasanya ini adalah Allah subhanahu wata’ala menghinakan, mungkin saja ini Allah subhanahu wata’ala mencintainya dengan cara seperti ini, karena Allah subhanahu wata’ala tahu apabila diberikan harta yang banyak justru nanti jauh dari Allah subhanahu wata’ala. Karena Allah subhanahu wata’ala sayang, Allah subhanahu wata’ala jadikan dia seperti ini sehingga tetap istiqomah diatas agama Allah subhanahu wata’ala tetap rajin menuntut ilmu dan nanti akan diberikan kenikmatan² tersebut diakhirat.
ولا يعطي الدين إلا من أحبه
“Dan Allah tidak akan memberikan agama kecuali bagi orang yang Allah cintai”
Kalau istiqomah Islam, Iman, taqwa Allah subhanahu wata’ala tidak berikan itu kecuali orang yang Allah subhanahu wata’ala cintai saja. Allah subhanahu wata’ala cintai dia maka Allah subhanahu wata’ala berikan dia hidayah
فمن أعطاه الله الدين فقد أحبه
“Maka barangsiapa yang Allah berikan kepadanya agama sungguh Allah telah mencintainya”
Maka lihatlah kepada diri kita masing² bagaimana Allah subhanahu wata’ala telah memberikan hidayah kepada masing² dari kita & husnudzon kepada Allah subhanahu wata’ala bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mencintai kita.
Oleh karena itu kita hadapi, kita balas kenikmatan tersebut rasa cinta tersebut dengan cara bersyukur, bagaimana cara bersyukurnya adalah berpegang teguh dengan agama ini sebagaimana Allah subhanahu wata’ala menggerakkan hati kita memberikan hidayah kepada kita terhadap Islam dijadikan kita mau belajar dijadikan kita mau membaca alQuran mempelajari agama ini maka husnudzon lah kepada Allah subhanahu wata’ala bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mencintai kita & kita bersyukur dengan nikmat mahabbah dari Allah subhanahu wata’ala dengan cara istiqomah dan terus diatas agama Allah subhanahu wata’ala sampai kita meninggal dunia
۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
[QS al Imron102]
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]