- Tata cara beribadah
- Halal dan juga haram
Terkadang suatu ibadah memiliki nama yang sama, akan tetapi caranya berbeda. Terkadang sesuatu yang diharamkan atas satu umat, dihalalkan bagi umat yang lain. Semuanya ini sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan dari Allah Subhanahu wata’ala, Zat Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
“Kami telah jadikan masing-masing dari kalian syariat dan juga cara.” (QS Al Maidah: 48)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Para Nabi itu adalah saudara satu bapak, ibu-ibu mereka berbeda, akan tetapi agama mereka satu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan “ibu-ibu mereka berbeda” adalah syari’at mereka berbeda.
Shalat dan zakat telah disyariatkan kepada umat sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang Nabi Ismail:
“Dan dahulu Ismail menyuruh keluarganya untuk shalat dan juga zakat.” (QS Maryam: 55)
Nabi Isa ‘alaihissalam, beliau berkata :
“Dan Allah Subhanahu wata’ala telah berwasiat kepadaku untuk shalat dan juga zakat selama aku masih hidup.” (QS Maryam: 31)
Namun shalat di atas tanah terbuka, di luar tempat khusus beribadah, hanyalah disyari’atkan di dalam agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula rampasan perang diharamkan bagi umat-umat sebelum kita dan dihalalkan bagi kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan telah dijadikan bagiku tanah ini (bumi ini) sebagai masjid dan juga alat untuk bersuci. Maka siapa saja di antara umatku yang mendapatkan waktu shalat, maka hendaklah dia shalat. Dan telah dihalalkan bagiku rampasan perang dan tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelumku.” (HR Bukhari dan Muslim)