Home » Halaqah 170: Aqidah Ahlu Sunah tentang Karomah Para Wali (Bagian 2)

Halaqah 170: Aqidah Ahlu Sunah tentang Karomah Para Wali (Bagian 2)

Halaqah yang ke-170 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah tentang Karomah para wali. Karomat ini adalah jamak dari karomah dan artinya karomah adalah pemuliaan, Allah subhanahu wata’ala mengikram Wali tersebut, Karim yang mulia Karomah adalah kemuliaan, Allah subhanahu wata’ala ingin memuliakan Wali tersebut dan dikuatkan keimanannya dengan dia melihat sesuatu yang luar biasa yang di luar kebiasaan manusia, karena seorang hamba di antara hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala ketika melihat hal tersebut apalagi itu terjadi pada dirinya semakin menambah keimanan dan keyakinan dia kepada Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang Maha Melihat kepadaku dan Dia-lah yang Maha Menolong dan Dia-lah Yang Maha Mampu untuk melakukan segalanya.

Itu diantara faedah dari Karomat untuk menguatkan keimanan sehingga para ulama menjelaskan bahwasanya adanya Karomah ini bukan berarti orang yang terjadi pada dirinya Karomah itu lebih baik daripada orang yang tidak terjadi pada dirinya Karomah, mungkin saja seseorang secara dzahir tidak terjadi dia perkara-perkara yang luar biasa tapi dia lebih afdhol daripada orang yang terjadi karamah pada dirinya, karena yang pertama sudah kuat keimanannya sehingga tidak diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala perkara yang luar biasa ini adapun yang kedua keimanannya di bawah dari yang pertama Allah subhanahu wata’ala menghendaki terjadinya Karomah pada dirinya sesuatu yang luar biasa untuk menguatkan keimanannya.

Sehingga para ulama menjelaskan bahwasanya Karomah yang terjadi di zaman sahabat lebih sedikit daripada Karomah yang terjadi di zaman tabi’in dan ini bukan berarti tabi’in lebih afdhal daripada para sahabat para, sahabat sudah kuat keimanannya dan mereka lebih afdhal daripada generasi yang setelahnya sebagaimana telah berlalu bukan berarti para tabi’in ini lebih afdhal daripada para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum.

كَرَامَات الأَوْلِيَاءِ

 

Dan karomat ini adalah sesuatu yang luar biasa yang terjadi pada seorang wali di antara wali-wali Allah subhanahu wata’ala dengan tujuan untuk menguatkan keimanannya, al-aulia’ adalah jamak dari wali dan wali berasal dari kata walayah yang artinya adalah kecintaan dan juga pertolongan (al-mahabbah wannusroh), yang dimaksud dengan wali Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan mereka mencintai Allah subhanahu wata’ala.

Dan Allah subhanahu wata’ala telah mensifati dan menyebutkan sifat-sifat para Wali Allah subhanahu wata’ala siapa orang Allah subhanahu wata’ala cintai dan siapa yang mencintai Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala telah menjelaskan siapa yang dimaksud dengan wali-wali, ini yang perlu kita pahami, Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini adanya Karomah para wali tapi siapakah wali yang dimaksud karena sebagian orang memahami lain memiliki definisi sendiri tentang wali. Kembali kita kepada Al-Qur’an dan Sunnah tentang siapa wali Allah subhanahu wata’ala, di antaranya Allah subhanahu wata’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ

 

Katakanlah kalau kalian cinta kepada Allah subhanahu wata’ala, kalau memang kalian benar-benar Wali Allah subhanahu wata’ala, maka hendaklah kalian mengikuti aku niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencintai kalian

وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ

 

dan menghapuskan dosa kalian, kalau kalian cinta kepada Allah subhanahu wata’ala ikutilah aku niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencintai kalian, berarti diantara sifat wali Allah subhanahu wata’ala adalah dia mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seorang wali Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam syariatnya

فَٱتَّبِعُونِي

 

maka hendaklah kalian mengikuti aku, mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam masalah keyakinan dalam masalah tata cara ibadah shalat wudhu puasanya, mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam masalah akhlak kejujuran menjaga ucapan yang baik dalam akhlaknya kepada istri akhlaknya kepada anak akhlaknya kepada tetangga ini adalah sifat Wali Allah subhanahu wata’ala, sifat Wali Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, berarti dia beribadah dia bertauhid.

Sebagian orang memiliki definisi yang justru mengatakan bahwasanya Wali Allah subhanahu wata’ala itu adalah orang yang sudah terlepas dari syariatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dinamakan wali Allah subhanahu wata’ala sehingga dia tidak shalat dia tidak puasa, ketika Ramadan dia tidak puasa sementara yang lain berpuasa kaum muslimin mereka melakukan shalat lima waktu dia tidak shalat lima waktu karena dia sudah menjadi wali, justru Wali Allah subhanahu wata’ala itu orang yang paling mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam inilah yang kita maksud dengan wali Allah subhanahu wata’ala, orang yang benar-benar mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan justru orang yang melepaskan diri dari syariatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dianggap sudah mencapai tingkat ma’rifah atau mencapai hakikat misalnya, bukan itu Wali Allah subhanahu wata’ala yang kita maksud.

Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala mengatakan

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٦٢
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ٦٣

[Yunus]

Ketahuilah bahwasanya wali-wali Allah subhanahu wata’ala tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak bersedih, mereka Allah subhanahu wata’ala sifatkan dan Allah subhanahu wata’ala sebutkan sifat mereka, sifat wali-wali-Nya yang dengannya kita bisa mengukur apakah seseorang itu Wali Allah subhanahu wata’ala atau bukan dan kita bisa tahu apakah yang terjadi pada dia ini Karomah atau bukan

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ٦٣

 

mereka adalah orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertaqwa, beriman menjalankan perintah bertaqwa menjauhi larangan berarti sifat seorang wali Allah subhanahu wata’ala adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala kembali kepada ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena orang yang menjalankan maksiat dan meninggalkan perintah Allah subhanahu wata’ala maka berarti ini mengikuti jalan-jalan setan, adapun seorang wali Allah subhanahu wata’ala maka dia mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan, perintah yang paling besar adalah tauhid dan larangan yang paling besar adalah syirik.

Seorang wali Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang bertauhid, kalau ada orang yang dianggap wali sementara dia bergelimang dengan kesyirikan bahkan mengajak manusia untuk melakukan kesyirikan maka yakin 100% bahwasanya dia bukan Wali Allah subhanahu wata’ala, Wali Allah subhanahu wata’ala adalah orang yang beriman dan bertaqwa, iman jelas cabang-cabangnya dan ketaqwaan jelas pengertiannya, ini adalah sifat Wali Allah subhanahu wata’ala yang kita maksud.

Maka Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka membenarkan adanya Karomat para Wali Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala menjadikan bagi mereka Karomah diantara faedahnya adalah untuk memperkuat keimanan mereka diantara faedahnya adalah memuliakan mereka dan ini menunjukkan tentang kebenaran Rasul yang mereka imani, karena para wali para Wali Allah subhanahu wata’ala dan kalau disebutkan Wali yaitu orang yang beriman dan bertaqwa ini ada istilah khusus bahwasanya yang dimaksud dengan wali adalah selain Nabi, jadi ada Nabi ada wali, semuanya adalah orang yang beriman dan bertaqwa tapi ketika disebutkan Wali ini yang dimaksud adalah orang yang beriman dan bertaqwa selain dari para Nabi, ini yang dipraktekkan oleh para ulama, jadi kalau mereka mengatakan ini adalah wali maksudnya adalah seorang yang beriman dan bertaqwa selain dari para Anbiya.

Mereka beriman dengan adanya karamah para wali diantara faedahnya adalah untuk menguatkan keimanan dan juga untuk memuliakan mereka dan apakah setiap Wali itu pasti dia mendapatkan Karomah yaitu kejadian yang luar biasa jawabannya tidak, tidak semua sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mereka lebih afdhal daripada para tabi’in secara umum tidak semua terjadi pada mereka kejadian yang luar biasa, belum tentu.

Tapi cukuplah istiqamah yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka ini adalah Karomah yang paling besar yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka, diberikan Istiqomah di atas Islam di atas Iman sampai mereka meninggal dunia cukuplah ini sebagai Karomah bagi seseorang, jadi tidak harus seorang wali Allah subhanahu wata’ala itu ukurannya terjadi kejadian yang luar biasa pada dirinya tidak harus yang demikian, belum tentu yang terjadi pada dirinya Karomah itu lebih afdhal daripada yang tidak terjadi pada dirinya karamah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top