Home » Halaqah 128: Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan 3 Macam Syafaat di Hari Kiamat – Syafaat Pertama

Halaqah 128: Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan 3 Macam Syafaat di Hari Kiamat – Syafaat Pertama

Halaqah yang ke-128 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mengatakan
وَلَه صلى الله عليه وسلم فِي الْقِيَامَةِ ثَلاثُ شَفَاعَاتٍ
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam (dhamirnya disini kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena sebelumnya disebutkan nama Beliau وَأَوَّلُ مَن يَسْتَفْتِحُ بَابَ الْجَنَّةِ مُحَمَّدٌ) di hari kiamat ada tiga (jenis) syafa’at.
Dan syafa’at dari kata شَفْع yang artinya adalah genap, karena orang yang memberikan syafa’at itu menjadikan yang sebelumnya seseorang ganjil dan dia memiliki permintaan ketika kita memberikan syafa’at jadi ada dua sekarang yaitu menjadi genap, yang sebelumnya dia sendiri saja yang meminta karena ada yang memberikan syafa’at menjadi genap. Dan secara istilah yang dimaksud dengan syafa’at adalah thalabu al-khairi lil ghairihi (meminta kebaikan untuk orang lain), dan pembahasan tentang syafa’at sudah berlalu.
Beliau mengatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat memiliki tiga syafa’at
أَمَّا الشَّفَاعَةُ الأُوْلَى
Adapun syafa’at yang pertama
فَيَشفَعُ فَي أَهْلِ الْمَوْقِفِ
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan syafa’at untuk ahlul mauqif (para penduduk al-mauqif), mauqif adalah tempat berhenti tempat menunggu tempat berdiri yaitu dipadang mahsyar, orang-orang yang ada di sana dinamakan ahlul mauqif, ini adalah syafa’at yang pertama yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala akan izinkan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberikan syafa’at bagi ahlul mauqif
حَتَّى يُقْضَى بَيْنَهُمْ
sampai Allah subhanahu wata’ala memutuskan di antara mereka, dihisab dan diputuskan oleh Allah subhanahu wata’ala diantara mereka siapa diantara mereka yang akan masuk ke dalam surga dan siapa diantara mereka yang akan masuk kedalam neraka, karena mereka saat itu menunggu dalam waktu yang lama, matahari didekatkan kepada mereka dalam keadaan mereka tidak berpakaian tidak memakai alas kaki, dalam keadaan didekatkan matahari kepada mereka mereka menunggu dalam waktu yang sangat lama maka manusia tertimpa kesusahan dan kesulitan dan mereka berkeinginan dan berangan-angan seandainya keputusan itu segera ada, berangan-angan seandainya Allah subhanahu wata’ala segera datang dan memutuskan di antara mereka.
Hingga sampai disebutkan bahwasanya ada diantara mereka yang berangan-angan seandainya segera diputuskan meskipun harus masuk ke dalam neraka dan dia tidak tahu bahwasanya neraka itu lebih pedih dan lebih susah dan lebih dahsyat daripada apa yang mereka rasakan di padang mahsyar, ini kita bisa membayangkan bagaimana susahnya mereka di padang mahsyar dan kesulitan yang mereka hadapi di padang mahsyar sehingga mereka
بَعْدَ أَنْ يَتَرَاجَعَ الأَنْبِيَاءُ
setelah para Nabi mereka saling udzur
آدَمُ، وَنُوحٌ، وَإِبْرَاهِيمُ، وَمُوسَى، وَعِيسى ابْنُ مَرْيَمَ عَنِ الشَّفَاعَةِ حَتَّى تَنْتَهِيَ إلَيْهِ
Setelah para Nabi yang disebutkan disini mulai dari Nabi Adam Nabi Nuh Nabi Ibrahim Nabi Musa Nabi ‘Isa ibn Maryam semoga keselamatan atas mereka semuanya mereka saling menolak syafa’at, maksudnya masing-masing dari mereka meminta udzur merasa tidak berhak untuk meminta kepada Allah subhanahu wata’ala bagi penduduk mauqif saat itu sehingga syafa’at tadi berakhir pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan kisah tentang perkara ini atau bagaimana manusia mereka mendatangi para anbiya ini disebutkan dalam hadits Abu Hurairah yang panjang dimana mereka mendatangi Nabi Adam ‘alaihissalam dan mengatakan bahwasanya engkau adalah abul basyar dan engkau melihat bagaimana keadaan kami yaitu anak-anakmu keturunanmu maka mintalah kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu mintalah supaya Allah subhanahu wata’ala menyegerakan hari pembalasan/keputusan, kemudian beliau meminta udzur karena merasa pernah melakukan dosa dan juga kemaksiatan memakan buah yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian akhirnya beliau menyuruh manusia untuk mendatangi Nabi Nuh Rasul yang pertama diutus kepada manusia, beliaupun meminta udzur karena merasa pernah punya kesalahan kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu meminta sesuatu yang beliau tidak berhak ketika melihat anaknya dalam keadaan tenggelam padahal sebelumnya beliau pernah meminta kepada Allah subhanahu wata’ala supaya diselamatkan beliau dan keluarganya, kemudian beliau mengatakan innahu min ahliy (sesungguhnya dia adalah termasuk keluargaku) kemudian dikatakan oleh Allah subhanahu wata’ala dia bukan termasuk keluargamu karena dia adalah orang yang kafir.
Tapi akhirnya beliau merasa tidak berhak dan menyuruh manusia untuk mendatangi Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim juga demikian beliau merasa tidak berhak karena rasa punya kesalahan kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu pernah berdusta tiga kali padahal apa yang dimaksud oleh beliau ‘alaihissalam itu sebenarnya adalah tauriyah, ini berbeda dengan kadzib (dusta), kalau kadzib ini seorang sengaja dia mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, dia membeli permen misalnya dia bilang saya baru membeli buku, ini bohong jelas. Tapi di sana ada tauriyah, ini seseorang mengucapkan sebuah kalimat yang muhtamil dia memahami dengan sebuah pemahaman tapi orang yang mendengarnya memahami dengan pemahaman yang lain, dia tidak bohong dia mengucapkan sesuatu dia memahami sesuatu dari ucapan tadi tapi orang lain memiliki pemahaman yang lain dan dia tidak bohong.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim diantaranya beliau mengatakan inniy saqīm, yaitu ketika diajak oleh kaumnya untuk melakukan ritual yang berkaitan dengan berhala mereka beliau mengatakan inniy saqīm, orang lain memahami inniy saqīm adalah saya sedang sakit, orang lain memahami bahwasanya dia sedang sakit mungkin fisiknya mungkin demam mungkin sakit kepala sehingga dia tidak bisa ikut keluar bersama kaumnya. Tapi Beliau memiliki maksud yang lain, maksud Beliau adalah sakit hatinya melihat keadaan kaumnya yang musyrik yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala, Beliau mengatakan inniy saqīm dan maksud Beliau adalah sakit hati Beliau melihat pemandangan ini, tapi mereka memahami dengan pemahaman yang lain.
Dan diantara yang Beliau lakukan dahulu pernah terjadi sesuatu bersama beliau istrinya Beliau mengatakan bahwasanya ini adalah saudari saya, orang lain memahami bahwasanya saudari disini adalah saudari kandungnya tapi Ibrahim maksudnya adalah saudari dalam agama, ini dinamakan dengan tauriyah, dalam keadaan darurat dilakukan oleh seseorang tidak masalah.
Dahulu Abu Bakar radhiallahu ta’ala ‘anhu pernah melakukan ketika berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ditanya oleh sebagian orang yang melihat keduanya siapa ini orang yang bersamamu maka Abu Bakar mengatakan ini dalilku, dia memahami dalil ini adalah petunjuk ini adalah petunjukku, orang lain memahami ini adalah yang menunjukkan jalanku yaitu jalan selama perjalanan, ini adalah penunjuk jalanku, padahal maksud dari Abu Bakar adalah ini adalah yang menunjukkan jalanku menuju Allah subhanahu wata’ala.
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam saat itu merasa ini adalah sebuah kekurangan pada diri beliau sehingga beliau merasa tidak berhak padahal itu adalah tauriyah yang berbeda dengan dusta, kemudian akhirnya beliau memerintahkan manusia untuk mendatangi Nabi Musa dan Nabi Musa juga meminta udzur dan menyuruh manusia untuk mendatangi Nabi ‘Isa Ibn Maryam semoga keselamatan atas mereka semuanya dan Nabi ‘Isa ‘Alaihisalam pun meminta udzur dan menyuruh manusia untuk mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan dalam hadits
فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا
Maka mereka mendatangi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الْأَنْبِيَاءِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ
Wahai Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam engkau adalah Rasulullah Nabi yang terakhir dan sudah diampuni dosamu yang telah lalu dan juga yang akan datang maka berikanlah syafa’at untuk kami kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu mintalah kepada Allah subhanahu wata’ala untuk kami supaya Allah subhanahu wata’ala menyegerakan hari keputusan
أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ
Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kami, kemudian segera Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak dan mendatangi dibawah arsy kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersujud untuk Allah subhanahu wata’ala kemudian Allah subhanahu wata’ala membuka untuk Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pujian-pujian yang belum dibuka untuk seorang pun sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akhirnya dsitu Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memuji Allah subhanahu wata’ala dengan kalimat-kalimat yang belum pernah pujian-pujian tadi diucapkan oleh manusia selain Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, ini juga termasuk kehormatan yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam diajarkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kalimat-kalimat pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang belum pernah di ucapkan oleh satupun diantara hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian setelah itu dikatakan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
Wahai Muhammad angkatlah kepalamu (karena Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan bersujud) mintalah niscaya engkau akan diberikan, dan mintalah syafaat niscaya engkau akan diizinkan untuk memberikan syafaat. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
فَأَرْفَعُ رَأْسِي
Maka aku pun mengangkat kepalaku, kemudian beliau memberikan syafaat.
Sehingga berakhirlah perkara tadi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliaulah yang akan meminta kepada Allah subhanahu wata’ala supaya Allah subhanahu wata’ala menyegerakan hari keputusan dan memutuskan di antara manusia dan syafaat ini adalah syafaat yang dinamakan dengan syafaatul udzma (syafaat yang paling besar) karena ini adalah syafaat yang dimana yang diberikan syafaat yang mengambil manfaat dari syafaat tadi adalah seluruh manusia yang pertama maupun yang terakhir, seluruh manusia yang kafir maupun muslim.
Karena ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada Allah subhanahu wata’ala akhirnya Allah subhanahu wata’ala datang ke padang mahsyar dan memutuskan di antara mereka ini yang mengambil manfaat dan faedah dari syafaat ini adalah seluruh manusia bahkan seluruh ahlul mauqif termasuk diantaranya adalah jin sehingga dinamakan dengan syafa’atul uzdma (syafaat yang paling besar), dan inilah maqaman mahmūdan, kedudukan dimana Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan dipuji oleh seluruh makhluk seluruh ahlul mauqif dipuji oleh mereka, dan inilah yang dimaksud dengan Firman Allah subhanahu wata’ala
عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا ٧٩
[Al-Isra’]
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top