– Mengikuti jejak mereka di dalam kebaikan.
– Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia. Atau,
– Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allah Subhanahu wata’ala.
Maka ini hukumnya HARAM dan tidak diperbolehkan menurut agama, karena hal ini dapat menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allah Subhanahu wata’ala.
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada kedua orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama, sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang di riwayatkan oleh HR Imam Bukhari dan juga Imam Muslim :
“La yu’minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waalidihi, wawaladihi wannasi ajma’in”
Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dia cintai dari pada orangtua nya, anak nya dan seluruh manusia.
Namun beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau yaitu dengan mendudukkan Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu sebagai hamba Allah Subhanahu wata’ala dan seorang Rasul.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Īsā bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya maka katakanlah. ‘Hamba Allāh dan Rasul-Nya’.”(HR. Bukhari)
– Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah. Dan,
– Beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi.
Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia saja yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain ?
Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih adalah :
– Meyakini bahwa mereka mengetahui ilmu ghaib, atau
– Membangun di atas kuburan mereka, atau
– Beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala di samping kuburan mereka
– Dan lain-lain.
Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.