Halaqah yang ke-86 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ayat ayat yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk Kalamullah. Beliau mengatakan rahimahullah
وَقَوْلُهُ
Dan Firman Allah subhanahu wata’ala
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ
Di dalam ayat-ayat ini yaitu ada tiga ayat disebutkan bahwasanya Al-Qur’an ini adalah diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan Dia-lah yang berbicara berucap dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah Kalamullah dan Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang berbicara Dia-lah yang keluar Kalam ini dari-Nya. Kemudian setelahnya nanti akan di sebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan ru’yatulah (melihat Allah subhanahu wata’ala) di hari kiamat dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala akan dilihat oleh orang-orang yang beriman di dalam surga. Inilah 2 poin yang akan kita bahas dan poin yang pertama adalah berkaitan dengan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan berasal dari Allah subhanahu wata’ala.
Para ulama menjelaskan Al-Qur’an Kalamullah bukan makhluk dari Allah subhanahu wata’ala mulai, Allah subhanahu wata’ala yang berbicara yatakallam bilqur’an, Dia-lah Allah subhanahu wata’ala yang berbicara dan yang mengucapkan kalam ini, dalilnya diantaranya Firman Allah subhanahu wata’ala
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ
Dan ini adalah kitab, isyarat disini kepada Al-Qur’an, dan Al-Qur’an ditulis oleh Allah subhanahu wata’ala didalam lauhul mahfudz dan ditulis oleh para malaikat
فِي صُحُفٖ مُّكَرَّمَةٖ ١٣
مَّرۡفُوعَةٖ مُّطَهَّرَةِۢ ١٤
بِأَيۡدِي سَفَرَةٖ ١٥
كِرَامِۢ بَرَرَةٖ ١٦
Dan dia ditulis oleh Allah subhanahu wata’ala ditulis didalam lauhul mahfudz, sehingga dia adalah kitabun yaitu yang ditulis
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ
yang menurunkan adalah Allah subhanahu wata’ala, أَنزَلْنَاهُ Kami turunkan dia, yaitu Allah subhanahu wata’ala berbicara kemudian Allah subhanahu wata’ala turunkan kalam tersebut kepada Rasul-Nya melalui Malaikat Jibril ‘alaihissalam yang dia adalah yang diberikan amanat oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menyampaikan apa yang sudah Allah subhanahu wata’ala ucapka, didengar oleh malaikat Jibril ‘Alaihissalam ucapan Allah subhanahu wata’ala tadi kemudian Malaikat Jibril ‘Alaihissalam menurunkan Kalamullah tadi yang dia dengar dari Allah subhanahu wata’ala kepada nabi diantara nabi-nabi Allah subhanahu wata’ala.
Sehingga Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an, Dia-lah yang mengucapkan dan didengar oleh malaikat Jibril kemudian di bawah turun oleh malaikat Jibril dan disampaikan kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an berasal dari Allah subhanahu wata’ala dan ini bantahan bagi al-jahmiyah yang mereka mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk, Allah subhanahu wata’ala menciptakan Al-Qur’an sebagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan yang lain, diciptakan Al-Qur’an di sebuah tempat atau di jasad diantara jasad-jasad atau mereka mengistilahkan jism, maka ini adalah ucapan yang bathil yang mengatakan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Dia menciptakan Al-Qur’an, mereka ingin menafikan sifat Al-Kalam bagi Allah subhanahu wata’ala. Adapun Ahlussunnah maka meyakini bahwasanya Al-Qur’an itu adalah Kalamullah dari Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala yang mengucapkannya, didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
مُبَارَكٌ
Kitab yang berbarokah yang penuh dengan kebaikan berasal dari Allah subhanahu wata’ala, dan sudah berlalu bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang paling benar ucapannya, kabarnya adalah benar adanya dan hukum-hukum yang ada di dalamnya adalah hukum-hukum yang paling adil
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً
Diantara keberkahannya kalau kita berpegang dengan Al-Qur’an dan dengan kabar-kabar yang disebutkan di dalam Al-Qur’an maka kita benar ucapannya karena Allah subhanahu wata’ala tidak berbicara kecuali yang haq, dan kalau kita berpegang dengan hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur’an maka kebaikan yang banyak yang akan kita dapatkan, Allah subhanahu wata’ala menurunkan hukum-hukum tadi adalah untuk mashlahat kita semuanya, kita mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an kebaikan yang kita dapatkan, baik yang berupa perintah maupun larangan.
Diantara bentuk keberkahannya orang yang membaca Al-Qur’an maka dia akan mendapatkan pahala yang banyak padahal dia adalah amalan yang relatif ringan, kita membaca tapi lihat bagaimana keberkahannya. Dalam sebuah hadits, barangsiapa yang membaca satu huruf di dalam Al-Qur’an maka baginya dari setiap huruf yang dia baca hasanah (kebaikan) bukan dihitung per surat atau per baris tapi dihitung per huruf diberikan pahala oleh Allah subhanahu wata’ala. Satu huruf kita baca maka kita mendapatkan 1 kebaikan dan setiap kebaikan dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wata’ala menjadi 10 kebaikan.
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ١٦٠
[Al-An’am]
Barangsiapa yang datang dengan sebuah kebaikan maka akan diberikan dan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan, jadi 1 huruf yang kita baca dapat satu kebaikan dan dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wata’ala menjadi 10 kebaikan. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan aku tidak mengatakan bahwasanya الٓمٓ 1 huruf tapi alif adalah 1 huruf lam adalah 1 huruf dan mim adalah 1 huruf, berarti ketika seseorang membaca الٓمٓ diawal surat Al-Baqarah misalnya maka dia sudah mendapatkan 30 kebaikan, الٓمٓ saja 30 kebaikan lalu bagaimana seandainya dia membaca ayat yang selanjutnya 1 surat 1 halaman 2 Halaman berapa kebaikan dan hasanah yang dia dapatkan padahal itu tidak memakan waktu, 1 lembar 1 halaman mungkin 5 menit misalnya tapi lihat bagaimana Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an, berarti ini adalah kitab yang berbarokah yang kalau kita baca kita mendapatkan pahala yang besar dan kalau bisa baca akan mendatangkan ketenangan ketenangan tersendiri bagi seseorang
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
[Ar-Ra’d]
Ketahuilah bahwasanya dengan mengingat Allah subhanahu wata’ala akan tenang hati-hati, dan Al-Qur’an adalah adz-dzikr dengannya kita mengingat Allah subhanahu wata’ala
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
[Al-Hijr]
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-dzikr yaitu Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami-lah yang akan menjaga Al-Qur’an, berarti dia adalah kitab yang berbarokah yang kalau kita mengikuti petunjuknya maka kita akan bahagia di dunia dan juga di akhirat sebagaiman Firman Allah subhanahu wata’ala
فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٣٨
[Al-Baqarah]
Maka apabila datang kepada kalian hudan (petunjuk, diantaranya adalah Al-Qur’an) dan barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka mereka tidak takut dan tidak bersedih. Tapi orang yang berpaling dari Al-Qur’an
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا
[Thaha:124]
Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an) maka dia akan hidup dalam kehidupan yang sempit, meskipun mungkin dia memiliki harta yang melimpah memiliki jabatan yang tinggi tapi kalau dia tidak memperhatikan Al-Qur’an maka ini adalah kesempitan hidup. Orang yang mempelajari Al-Qur’an atau mengajarkan Al-Qur’an dia akan menjadi orang yang terbaik
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan dia mengajarkan Al-Qur’an
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ
Ini adalah kitab yang Kami turunkan dan dia adalah kitab yang berbarokah.
Maka jangan sampai seseorang kehilangan kesempatan dan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan keberkahan Al-Qur’an dengan membacanya mentadabburinya mengamalkan apa yang ada di dalamnya. Ini dalil yang pertama, kemudian yang kedua
وَقَوْلُهُ
Dan juga Firman Allah subhanahu wata’ala
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
Seandainya Kami menurunkan Al-Qur’an ini, kembali disini syahidnya adalah أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ berarti dia berasal dari Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala yang menurunkan عَلَى جَبَلٍ diatas sebuah gunung, ini adalah makhluk Allah subhanahu wata’ala yang besar dan dia adalah makhluk yang kuat tahan dengan angin dan seterusnya dan dia berasal dari batu yang kuat yang kokoh dan dia adalah pasak bumi, tapi lihat bagaimana ketika Al-Qur’an ini diturunkan kepada gunung, seandainya kami turunkan Al-Qur’an kepada gunung bukan kepada manusia
لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا
niscaya engkau akan melihat dia dalam keadaan khusyu’ yaitu dalam keadaan takut dalam keadaan dia khusyu’ (konsentrasi), مُّتَصَدِّعًا dalam keadaan hancur berkeping-keping, مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
Seandainya Al-Qur’anul Karim ini diturunkan kepada gunung yang demikian kerasnya demikian yang akan terjadi, dia akan khusyu’, harusnya demikian seorang muslim dan juga muslimah, gunung yang sekeras itu saja dia mengagungkan Al-Qur’anul Karim dan tahu tentang kebesarannya ini adalah Kalamullah, Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang mengucapkan.
Kita di dunia ketika ini ada ucapan seorang yang ditokohkan dan seterusnya kita lihat dengan sangat memperhatikan ucapan tersebut, lalu bagaimana dengan ucapan Allah subhanahu wata’ala, ini adalah ucapan dari Rabbul ‘alamin yang telah menciptakan manusia dan menciptakan seluruh makhluk, harusnya ada di dalam diri kita ta’dzim terhadap Al-Qur’an pengagungan terhadap Kalamullah, gunung saja demikian kekhusyu’an dia.
Ini menunjukkan bahwasanya ketika membaca Al-Qur’an hendaklah kita khusyu’, jangan kita membaca Al-Qur’an dan kita memikirkan yang lain atau melakukan sesuatu yang lain, dan ingat bahwasanya seandainya Al-Qur’an ini diturunkan kepada kepada gunung demikian keadaannya, kita yang memahami kenapa kita yang bisa mengerti apa yang Allah subhanahu wata’ala turunkan kurang kekhusyu’an kita
مُّتَصَدِّعًا dia akan hancur berkeping-keping مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala, dia memiliki rasa takut dan dia memiliki kekhusyu’an, ini menunjukkan tentang keagungan Al-Qur’an dan Allah subhanahu wata’ala menyebutkan ini untuk mengingatkan kita supaya kita memiliki pengagungan terhadap Al-Qur’an, ketika kita membaca Al-Qur’an ketika dibacakan kita oleh orang lain Al-Qur’an maka hendaklah kita khusyu’ dan hendaklah kita berusaha untuk memahami maknanya mengamalkan isinya dan ini semua adalah bentuk ta’dzim kita terhadap Al-Qur’an.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]