Halaqah yang ke-78 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Dan masuk insya Allah pada pembahasan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah ma’iyyah yaitu sifat kebersamaan bagi Allah subhanahu wata’ala. Kenapa di sini beliau rahimahullah mendatangkan sifat ma’iyyah setelah sifat Al-‘Uluw bagi Allah subhanahu wata’ala, Allahua’lam di sini karena adanya sebagian orang yang tidak bisa membayangkan Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang Maha Tinggi dan Dia bersama makhluk-Nya hingga sebagian mereka mengingkari Allah subhanahu wata’ala Maha Tinggi kemudian dia mengatakan Allah subhanahu wata’ala berada di mana-mana, karena dia tidak bisa menggabungkan antara ayat ayat yang menunjukkan Allah subhanahu wata’ala berada di atas dan ayat ayat yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala bersama makhluk-Nya sehingga sangat pas sekali di sini beliau setelah mendatangkan ayat-ayat tentang ketinggian Allah subhanahu wata’ala mendatangkan ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat ma’iyyah bagi Allah subhanahu wata’ala yaitu sifat kebersamaan bagi Allah subhanahu wata’ala.
Disini beliau menyebutkan beberapa ayat yang berkaitan dengan ma’iyyatullah
وَقَوْلُهُ
Dan Firman Allah subhanahu wata’ala
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Dia-lah Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari kemudian Allah subhanahu wata’ala beristiwa di atas Arsy.
Ini sudah berlalu akan penyebutan ayat ini sebelumnya ketika menyebutkan 6 ayat dimana Allah subhanahu wata’ala mengatakan ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ. Kemudian setelahnya
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاء وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
Allah subhanahu wata’ala berada dan beristiwa di atas Arsy tapi Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang keluar dari bumi, dan Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang turun dari langit dan Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang naik ke langit, berarti meskipun Allah subhanahu wata’ala berada dan beristiwa di atas Arsy tapi Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui semuanya, yang masuk ke dalam bumi yang keluar dari bumi yang turun dari langit yang menuju ke langit tidak ada yang samar bagi Allah subhanahu wata’ala, dan sudah berlalu tentang sifat Al-‘Ilm bagi Allah subhanahu wata’ala
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ
Dan Dia-lah yang bersama kalian dimanapun kalian berada.
Di sini syahidnya, yaitu Allah subhanahu wata’ala bersama kalian, menunjukkan bahwasanya diantara sifat Allah subhanahu wata’ala adalah sifat Al-Ma’iyyah (sifat kebersamaan) dan yang dimaksud dengan kebersamaan di sini adalah kebersamaan Ilmu-Nya yaitu Allah subhanahu wata’ala mengetahui kita dimanapun kita berada, di rumah, di kantor, di jalan di masjid, وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ (dan Dia bersama kalian dimanapun kalian berada).
Diantara yang menunjukkan bahwasanya ma’iyyah disini adalah ma’iyyatul ‘ilm ucapan Allah subhanahu wata’ala sebelumnya
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاء وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
menunjukkan bahwasanya ma’iyyah disini adalah ma’iyyatul ‘ilm, dan ini bukan ta’wil sebagaimana yang mereka yakini, mengatakan bahwasanya ahlus-sunnah juga menta’wil mereka mengatakan bahwasanya ma’iyyah disini adalah ma’iyyatul ‘ilm, kita katakan kepada mereka dari mana mereka meyakini bahwasanya ma’iyyah artinya adalah bercampur, dari mana mereka memahami kebersamaan berarti Allah subhanahu wata’ala bercampur dengan makhluk-Nya Allah subhanahu wata’ala berada di mana dari mana mereka memahami yang demikian.
Kalau kita mengatakannya misalnya Ali dan Zaid datang secara bersamaan, apakah maksudnya Ali dan Zaid jadi satu menjadi satu kesatuan? jawabannya tidak, mungkin mereka berada dalam satu mobil, atau mereka datang yang satunya di depan yang satunya di belakang, juga kita katakan bersamaan, tidak harus mereka bergandengan atau tidak harus mereka berdampingan, seandainya ada jarak antara mereka 2 meter 3 meter kita katakan mereka datang bersamaan karena al-ma’iyyah di dalam bahasa Arab ini muthlaqun musahab yaitu kedekatan tidak menunjukkan mukholathoh tidak menunjukkan campur.
Memang ada kata bersama maknanya adalah campur, seperti seseorang mengatakan laban ma’a ma’in yaitu susu bersama dengan air, maksudnya dicampur antara susu dengan air tapi dalam kalimat yang lain tidak menunjukkan campur seperti misalnya mereka mengatakan kami berjalan di malam hari dan bulan bersama kami, apakah bulan berdampingan bersama mereka berjalan? jawabannya tidak, maksudnya mereka berjalan di malam hari dan cahaya bulan ini menerangi mereka, ketika mereka di atas bukit cahaya bulan juga mengenai mereka, ketika mereka di lembah cahaya bulan juga mengenai mereka berarti ini maksud dari ma’iyyah dalam kalimat ini.
Jadi dari mana mereka memahami bahwasanya ma’iyyah berarti harus di mana-mana, yang dimaksud dengan
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ
disini adalah ma’iyyatul ‘ilm bukan Allah subhanahu wata’ala dimana-mana, karena kalau kita mengatakan Allah subhanahu wata’ala di mana-mana berarti kita menentang Firman Allah subhanahu wata’ala yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala beristiwa di atas Arsy, dan tidak ada yang saling bertentangan di dalam ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang beristiwa diatas Arsy dan Allah subhanahu wata’ala Maha Tahu dan Maha Mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia ini di langit maupun di bumi, menunjukkan tentang sempurnanya ilmu Allah subhanahu wata’ala.
Jadi Allah subhanahu wata’ala Maha Tinggi dan Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui, meskipun Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang Maha Tinggi tapi tidak samar bagi Allah subhanahu wata’ala apa yang terjadi di bumi sekecil-kecilnya sedalam-dalamnya
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang melihat apa yang kalian kerjakan.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]