Home » Halaqah 95: Hadis-Hadis yang Berkaitan dengan Penjelasan Nama dan Sifat Allah (Hadis 1 tentang Sifat Turun Bagi Allah Bagian 2)

Halaqah 95: Hadis-Hadis yang Berkaitan dengan Penjelasan Nama dan Sifat Allah (Hadis 1 tentang Sifat Turun Bagi Allah Bagian 2)

Halaqah yang ke-95 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Hadits-hadits yang merupakan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala.
Mungkin ada yang mengatakan bagaimana Allah subhanahu wata’ala turun sementara sepertiga malam yang terakhir kan berpindah-pindah, kita sekarang misalnya sepertiga malam terakhir di Jember sebentar lagi nanti sepertiga malam yang terakhir di daerah sebelah baratnya berarti Allah subhanahu wata’ala turun terus. Kita katakan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala turun sesuai dengan keagungan-Nya dan tidak sama dengan turunnya makhluk, apa yang dikatakan oleh orang tadi itu sesuai dengan yang dia pahami dan yang dia lihat dari makhluk.
Adapun ahlussunnah maka mereka mengatakan kami beriman Allah subhanahu wata’ala turun sesuai dengan kehendak-Nya yaitu pada sepertiga malam yang terakhir setiap malamnya sesuai dengan kehendak-Nya sesuai dengan keagungan-Nya.
فَيَقُولُ
Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengatakan, bukan hanya turun Allah subhanahu wata’ala berkata dan ini juga menjadi dalil bahwa Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat kalam, dan dalam Al-Qur’an sudah berlalu pembahasan ayat-ayat tentang Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat Qoul dan qoul maknya adalah Al-Kalam, maka Allah subhanahu wata’ala mengatakan
مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيبَ لَهُ
Siapa yang berdoa kepada-Ku, disini Allah subhanahu wata’ala mendorong kita untuk berdoa di waktu tersebut, Allah subhanahu wata’ala menawarkan, dan ini adalah ujian bagi seseorang karena diwaktu tersebut seseorang dalam keadaan nyenyak tidurnya dalam keadaan nikmat-nikmatnya dia tidur, Allah subhanahu wata’ala turun di waktu tersebut dan mengatakan siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan untuknya, tawaran yang sangat agung dari Allah subhanahu wata’ala.
Dan ini menunjukkan bahwasanya berdoa di waktu tersebut adalah doa yang mustajab, kita ingin doa yang mustajab kita ingin kalau kita berdoa dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala kenapa kita tidak memanfaatkan waktu tersebut untuk berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala menawarkan
مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيبَ لَهُ
Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan untuknya, kita semuanya punya hajah (keinginan) kita semua punya angan-angan kenapa kita tidak memanfaatkan waktu ini untuk bangun dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan ada yang mengatakan bahwasanya ad-du’a di sini bukan hanya mencakup doa yang maknanya adalah al-mas’alah (permintaan) tapi masuk di dalamnya du’a al-ibadah yaitu beribadah di waktu tersebut melakukan salat malam pada sepertiga malam yang terakhir, jadi doa di sini umum baik doa al-mas’alah yang artinya adalah meminta ataupun doa yang maknanya adalah ibadah mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, dan sudah kita pelajari bahwasanya ibadah itu dinamakan doa karena orang yang beribadah seperti shalat malam pasti ada keinginan dalam hatinya, pasti ada doa yang tersimpan yaitu ingin surga ingin diberikan pahala oleh Allah subhanahu wata’ala ingin selamat dari neraka, jadi orang yang beribadah hakikatnya dia sedang meminta kepada Allah subhanahu wata’ala ingin pahala ingin surga ingin diselamatkan dari neraka.
فَأسْتَجِيبَ لَهُ
Maka Aku akan mengabulkan, maka ini kesempatan emas bagi masing-masing dari kita yang memiliki memiliki hajat (keinginan), ingin menghafal Al-Qur’an ingin menjadi seorang da’i ingin menjadi seorang mu’allimul qur’an ingin menjadi orang yang berhasil dalam mendidik anak ingin berhasil dalam mendidik istrinya ingin berhasil dalam berbakti kepada kedua orang tuanya ingin memiliki murid-murid misalnya yang berbarokah maka ini kebaikan-kebaikan agama.
Demikian pula boleh kita meminta kebaikan-kebaikan dunia, minta rezeki yang berbarokah minta anak-anak yang menyejukkan mata minta terlepas dari kesusahan terhindarkan dari kefakiran atau dimudahkan dalam ujian dan seterusnya, banyak diantara kita yang masih menyia-nyiakan waktu ini, di biarkan berlalu malam tersebut sampai subuh tanpa kita bangun dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala padahal kita memiliki keinginan kita memiliki kebutuhan khususnya thalibul ‘ilm tidak sepantasnya dia menyia-nyiakan waktu yang mulia ini sampai secara terus-menerus dia tidak bangun malam, terus-menerus dia tidak melakukan shalat malam.
Sebagian ulama seperti kalau tidak salah Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan orang yang secara terus-menerus dia tidak melakukan witir maka dia adalah seorang laki-laki yang jelek, dan cukup apa yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berarti dia dikencingi oleh syaithan di telinganya sehingga masuk di waktu pagi dalam dalam keadaan jiwa yang jelek, bawaannya malas dan waktu berlalu tanpa keberkahan, tapi kalau seseorang bangun malam kemudian dia berwudhu kemudian dia shalat sesuai dengan kemampuannya maka dia akan masuk pagi dalam keadaan jiwa yang baik, semangat dalam menghadapi kehidupan semangat dalam menuntut ilmu semangat dalam bekerja semangat dalam berdakwah, keberkahan waktu dia dapatkan.
Maka Allah subhanahu wata’ala mengatakan siapa berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan doanya, ini menunjukkan bahwasanya yang turun disini adalah Allah subhanahu wata’ala bukan malaikat, malaikat tidak mungkin mengatakan yang demikian, ini menunjukkan tentang berdoa di waktu tersebut adalah doa yang mustajab.
Dan diijabahi doa ini tidak harus apa yang dia minta saat itu dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala, ijabah disini lebih umum sebagaimana di dalam hadits
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ
Tidak ada seorang muslim yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak ada dosa tidak ada memutus tali silaturahim di dalamnya kecuali dia akan diberi satu diantara tiga perkara, di antaranya disebutkan dalam hadits tadi, diberikan apa yang dia minta atau dihindarkan dari musibah yang semisal atau diakhirkan ijabah doa tadi di hari kiamat, maka semua adalah makna ijabah, Allahua’lam.
مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ
Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengatakan siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadanya.
Ini Allahua’lam dia lebih khusus dari yang pertama, kalau yang pertama tadi lebih umum doa mas’alah atau doa al-ibadah, disini lebih khusus yaitu tentang doa mas’alah.
مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟
Siapa yang memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni dosanya.
Banyak dosa maka bangunlah di waktu sepertiga malam yang terakhir kemudian kita meminta kepada Allah subhanahu wata’ala ampunan, Allahummaghfirliy ya Allah subhanahu wata’ala ampunilah dosa tutupilah dosa saya dan hapuskanlah dosa ini sehingga saya tidak mendapatkan akibat dari dosa ini di dunia maupun di akhirat. Ini Allah subhanahu wata’ala yang menawarkan untuk mengampuni dosa kita maka hendaklah kita semangat untuk menghidupkan sunnah yang satu ini yaitu melakukan shalat malam kemudian kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala meminta kepada Allah subhanahu wata’ala beristighfar, dan Allah subhanahu wata’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang sifat orang-orang yang bertakwa
وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ ١٨
[Adz-Dzariyat]
Dan di waktu akhir malam (berarti sepertiga malam yang terakhir) mereka beristighfar.
Setelah kita shalat malam sesuai dengan kemampuan maka kita memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala atas dosa-dosa yang kita lakukan, maka insya Allah kalau kita menghidupkan sunnah ini kita akan mendapatkan keberkahan yang banyak di dalam kehidupan kita, disaat orang lain tidur kita dalam keadaan bangun mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala dan akan diberikan seseorang oleh Allah subhanahu wata’ala dalam perkaranya, dalam thalabul ‘ilm dalam dakwah dalam keluarganya dalam pekerjaannya akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim, مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ yaitu disepakati oleh Bukhari dan Muslim, Bukhari memiliki syarat apa saja hadits -hadits yang beliau keluarkan di dalam Shahih Bukhari dan imam Muslim juga demikian, ternyata dua-duanya sama-sama mengeluarkan hadits ini berarti مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ baik Bukhari dan Muslim semuanya sepakat mengeluarkan hadits ini dalam sahihnya. Dan hadits-hadits tentang nuzul ini hadits-hadits yang mutawatir, disebutkan oleh sebagian ulama 28 sahabat meriwayatkan hadits tentang nuzul dan ini adalah termasuk hadits-hadits yang mutawatir sampai diriwayatkan oleh 28 orang sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum.
Dan مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ sebagaimana kita tahu ini adalah derajat hadits shahih yang paling tinggi apalagi ini yang termasuk hadits-hadits yang mutawatir, diantara yang menyebutkan bahwasanya hadits tentang nuzul Allah subhanahu wata’ala disini adalah hadits yang mutawatir adalah Adz-Dzahabi rahimahullah murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau menyebutkan bahwasanya hadits-hadits tentang nuzul ini adalah mutawatir.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top