Halaqah yang ke-99 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Dan disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
تحاجت الجنة والنار: فقالت النار أوثرت بالمتكبرين والمتجبرين، وقالت الجنة: فما لي لا يدخلني إلا ضعفاء الناس وسقطهم
Surga dan neraka saling berhujjah satu dengan yang lain, berkata neraka aku diwariskan dengan orang-orang yang sombong orang-orang yang membanggakan dirinya menyombongkan dirinya, dan ini menunjukkan tentang bahaya sombong karena tempat kembali orang yang sombong adalah jahannam, diwariskan kepadanya orang-orang yang sombong
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
tidak akan masuk ke dalam surga orang yang di dalam hatinya ada dzarrah (semut kecil) dari kesombongan, yang dimaksud kesombongan disini adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia, hati-hati dengan menolak kebenaran dan juga meremehkan manusia yang lain, kita diajarkan untuk merendahkan diri kita dan menghormati orang lain
وقالت الجنة
Dan berkata surga
فما لي لا يدخلني إلا ضعفاء الناس وسقطهم
Kenapa aku tidak memasukiku kecuali orang-orang yang lemah diantara manusia, orang-orang yang terbuang diantara mereka, dan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk surga mereka adalah orang-orang yang lemah, bukan orang-orang yang memiliki pangkat memiliki jabatan memiliki kedudukan tapi mereka adalah orang-orang yang lemah diantara manusia, maka tentunya ini adalah ikram bagi mereka karena biasanya orang-orang yang demikian mereka tidak sibuk dengan dunia dan lebih konsentrasi dalam akhiratnya.
Dan disana ada orang-orang yang lemah tapi dia tidak bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala maka tentunya kelemahan dia dalam hal ini tidak menjadikan sebab baginya untuk masuk ke dalam surga. Ada orang yang dia lemah miskin fakir dan dia menyekutukan Allah subhanahu wata’ala, tapi yang dimaksud dengan ضعفاء الناس di sini mereka adalah orang-orang lemah yang mereka bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala
قال الله تعالى للجن
Maka Allah subhanahu wata’ala mengatakan kepada al-jannah
أنت رحمتي أرحم بك من أشاء من عبادي
Engkau adalah rahmat-Ku (rahmah disini adalah rahmah yang makhluk, dan disana ada Rahmat yang bukan makhluk yang merupakan sifat Allah subhanahu wata’ala yang terkandung dalam nama Allah subhanahu wata’ala Ar-Rahman dan Ar-Rahim) Aku merahmati denganmu (surga) siapa yang Aku kehendaki dari hamba hamba-Ku
وقال للنار
Dan Allah subhanahu wata’ala berkata kepada neraka
إنما أنت عذابي
Sesungguhnya engkau adalah adzab-Ku
أعذب بك من أشاء من عبادي
Aku mengadzab dengan dirimu orang yang Aku kehendaki dari hamba hamba-Ku
ولكل واحدة منكما ملؤها
Dan bagi masing-masing dari keduanya (baik surga maupun neraka) penuhnya, artinya masing-masing dari keduanya akan dibuat penuh
فأمَّا النَّارُ فلا تَمْتَلِئُ حتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ، فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ
Adapun neraka maka dia tidak akan penuh sampai Allah subhanahu wata’ala meletakkan Rijl-Nya (rijl ini adalah nama lain dari qadam) kemudian jahannam mengatakan cukup cukup Ya Allah subhanahu wata’ala
فَهُنالِكَ تَمْتَلِئُ
Maka disanalah neraka akan penuh, yaitu ketika Allah subhanahu wata’ala meletakkan Kaki-Nya di atas jahannam
ويُزْوَى بَعْضُها إلى بَعْضٍ
Dan akan dilipat sebagian ke sebagian yang lain
ولا يَظْلِمُ اللَّهُ عزَّ وجلَّ مِن خَلْقِهِ أحَدًا
Dan Allah subhanahu wata’ala tidak mendzalimi seorangpun dari makhluk-Nya, mereka masuk ke dalam jahannam adalah karena kedzaliman mereka
وما ظلمهم الله ولكن كانوا هم الظالمون
Allah subhanahu wata’ala tidak mendzalimi mereka tapi merekalah yang mendzalimi diri mereka sendiri, sudah diutus kepada mereka Rasul diturunkan kepada mereka kitab diberikan kepada mereka qudrah untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala diberikan mereka iradah diberikan mereka petunjuk dan mengetahui mana yang salah mana yang benar, Allah subhanahu wata’ala tidak mendzalimi mereka tapi mereka lebih memilih jalan kekufuran.
وأَمَّا الجَنَّةُ فإنَّ اللَّهَ عزَّ وجلَّ يُنْشِئُ لها خَلْقًا
Adapun surga maka Allah subhanahu wata’ala menciptakan untuknya خَلْقًا, surga adalah makhluk Allah subhanahu wata’ala yang sangat besar ketika masuk penduduk surga maka di sana ada tempat yang masih kosong, maka Allah subhanahu wata’ala menciptakan makhluk dan memasukkan mereka ke dalam surga, dan ini adalah keutamaan dan karunia yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka, diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala kemudian mereka masuk kedalam surga sehingga penuhlah masing-masing dari surga maupun neraka.
Sebagian ahlul bida mereka menta’wil sebagaimana mereka melakukannya pada sifat-sifat yang lain, sifat Dhahik di ta’wil oleh mereka dengan kehendak untuk memberikan pahala, dan disini mereka juga menta’wil, seperti kaidah-kaidah mereka sebelumnya menganggap bahwa menetapkan sifat Al-Qadam Ar-Rijl bagi Allah subhanahu wata’ala ini adalah tasybih karena makhluk memiliki rijl dan juga qadam (kaki) maka kita tidak boleh menetapkan sifat kaki bagi Allah subhanahu wata’ala.
Mereka mengatakan yang dimaksud dengan rijl disini adalah jama’ah yaitu tha’ifah (sekelompok), jadi mereka menganggap bahwasanya sampai Allah subhanahu wata’ala menaruh di dalamnya jama’ah manusia sehingga melipatlah neraka sebagian ke sebagian yang lain, jadi dia terlipat karena dimasukkan ke dalamnya jamaah atau beberapa orang manusia, mereka berdalil dengan bahwasanya karena orang arab mengatakan rijlu jarat maksudnya adalah sekelompok serangga sehingga dari sini mereka mengatakan rijl disini maknanya adalah jama’ah.
Namun apa yang mereka katakan ini adalah ucapan yang bathil, ini adalah mentahrif sifat di antara sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala. Diantara yang menunjukkan tentang kebatilannya di dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan يَضَعَ (meletakkan) dan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan يُلْقِيْ (melemparkan), kalau yang dimaksud rijl disini adalah sekelompok manusia maka harusnya melemparkan
كُلَّمَآ أُلۡقِيَ فِيهَا فَوۡجٞ سَأَلَهُمۡ خَزَنَتُهَآ
Demikian Allah subhanahu wata’ala memperlakukan mereka yaitu dengan melemparkan bukan meletakkan, tapi disini Allah subhanahu wata’ala meletakkan. Kemudian juga rijl disini di idhafahkan kepada Allah subhanahu wata’ala dan kita tahu bahwasanya sesuatu yang di idhafahkan kepada Allah subhanahu wata’ala maka harusnya ini adalah pemuliaan padahal misalnya kalau mau dimaknai dengan sekelompok manusia maka harusnya mereka ini dihinakan bukan dimuliakan.
Kemudian diantara yang membatalkan ta’wil ini, didalam lafadz yang lain
حَتَّى يَضَعَ فِيهَا قَدَمَهُ
dan ini tidak bisa dita’wil dengan sekelompok manusia, kalau rijl mereka masih bisa permainkan meskipun ada bantahannya tadi tapi ketika datang dengan lafadz قَدَمَهُ apa yang bisa mereka lakukan, qadam ya qadam (kaki).
Maka Ahlussunnah wal jama’ah mereka menetapkan sifat Al-Qadam bagi Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan kaki yang dimiliki oleh makhluk, dan sudah berlalu ketika menafsirkan Ayat Kursiy bahwasanya Kursiy adalah tempat dua Qadam Allah subhanahu wata’ala, ini datang dari sahabat Abdullah ibn Abbas dan tentunya beliau tidak berbicara dalam hal yang ghaib seperti ini kecuali beliau mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]