Halaqah yang ke-5 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Kitab Aqidah Wasithiyyah memiliki kedudukan yang tinggi di antara kitab-kitab yang lain, dia memiliki beberapa kelebihan dan juga keistimewaan. Diantara yang menjadi keutamaan kitab aqidah Wasithiyyah, pertama bahwasanya aqidah yang disebutkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam kitab ini adalah aqidah yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga ijma’ para salaf, ijma’ imam-imam para salaf. Diantara keutamaan kitab ini juga beliau sangat teliti didalam masalah penggunaan lafadz, jadi sebisa mungkin lafadz yang digunakan adalah lafadz yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits atau yang diucapkan oleh para salaf.
Beliau berusaha untuk menjaga lafadz dan juga makna, beliau mengatakan, aku berusaha, berusaha di dalam menulis aqidah ini, yaitu Aqidah Wasithiyyah, mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah baik lafadz maupun maknanya. Didalam ucapan beliau, beliau mengatakan, dan setiap lafadz yang aku sebutkan di dalam kitab ini maka aku berusaha untuk menulis ayat atau hadits atau ijma para salaf, artinya lafadz yang beliau sebutkan di dalam kitab ini berusaha semaksimal mungkin adalah lafadz-lafadz yang syar’i tidak keluar dari lafadz-lafadz yang syar’i.
Ini menunjukkan tentang ilmu beliau dan bagaimana luasnya ilmu beliau dan kehati-hatian beliau dalam menulis kitab ini, karena ini akan dibaca oleh banyak orang sehingga beliau berusaha untuk benar-benar baik lafadz maupun maknanya itu sesuai dengan Al-Qur’an dan juga hadits, tidak mendatangkan makna atau lafadz yang baru, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh ahlul kalam mereka mendatangkan lafadz-lafadz yang baru, istilah-istilah yang baru yang tidak disebutkan oleh Allah ta’ala dan juga Rasul-Nya dan mereka menginginkan untuk mentalbis yaitu mencampur adukkan antara kebenaran dengan kebatilan, mempermainkan manusia dengan lafadz-lafadz tadi.
Kemudian juga diantara kelebihan kitab ini selain dia adalah berdasarkan Al-Quran dan Hadits, dan nanti akan kita lihat bagaimana beliau rahimahullāh ketika berbicara tentang masalah nama dan juga sifat hanya menyebutkan ayat, tentang masalah Allah ta’ala berbicara disebutkan oleh beliau ayat-ayat bahwasanya Allah ta’ala berbicara, ketika beliau menyebutkan bahwasanya Allah ta’ala beristiwa beliau sebutkan ayat tentang istiwa, demikian pula menyebutkan tentang hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah cara syaikhul Islam di dalam menulis kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah.
Dan kemudian yang kedua adalah apa yang beliau tulis dalam Aqidah Wasithiyyah ini adalah hasil dan juga buah dari tatabbu dan juga istikra’, hasil penelitian beliau dan hasil membaca beliau terhadap ucapan-ucapan para salaf baik didalam masalah nama dan juga sifat Allah ta’ala atau tentang hari akhir atau tentang iman dengan takdir atau tentang sikap kita terhadap para sahabat dan permasalahan-permasalahan akhirnya yang lain.
Beliau mengatakan, tidaklah aku menulis dalam kitab ini kecuali aqidah para Salafus Sholih semuanya. Orang semisal beliau banyak membaca kitab-kitab para ulama yang isinya adalah nukilan-nukilan dari para ulama salaf tentang masalah aqidah, beliau baca dan beliau simpulkan dan kemudian beliau tuangkan di dalam kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah ini. Diantara keutamaan kitab ini bahwasanya beliau rahimahullāh berusaha dengan seluruh tenaga yang beliau miliki untuk mentaḥrir, untuk benar-benar teliti dalam menyebutkan masalah aqidah ini, beliau memberikan khulashoh, memberikan ringkasan.
Diantara ketelitian beliau, beliau mengatakan, diantara kehati-hatian beliau, dan ini menunjukkan tentang tawadhu beliau, aku telah memberikan kesempatan kepada setiap orang yang menyelisihi aku dalam perkara-perkara ini, tiga tahun beliau memberikan kesempatan. Artinya beliau membuka pintu siapa yang ingin menunjukkan kesalahan dari kitab ini, selama tiga tahun beliau menunggu dan beliau mengatakan kalau memang ada yang menyelisihi, artinya ini bukan keyakinan para salaf, maka beliau siap untuk kembali artinya siap untuk menghilangkan sesuatu yang bertentangan dengan aqidah para salaf tadi kemudian kembali kepada jalan yang benar.
Ini menunjukkan tentang tawadhu beliau dan bagaimana kehati-hatian beliau, beliau tidak ingin tersebar kitab tadi dalam keadaan salah, beliau bahkan menawarkan kepada para ulama khususnya bahkan yang menjadi orang-orang yang berseberangan dengan beliau, kalau muridnya saja atau orang yang sepaham dengan beliau mungkin biasa-biasa saja suruh meneliti mereka sudah percaya begitu saja, tapi kalau musuh, ini maka ketika mereka meneliti kitab musuhnya maka dia berusaha tapi ternyata selama 3 tahun diberikan kesempatan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tidak ada diantara mereka yang memberikan bantahan atau bisa menunjukkan mana aqidah beliau yang tidak sesuai dengan aqidah pada salaf.
Ini menunjukkan tentang tentunya keyakinan beliau, tentang ilmu beliau yang dalam dan tawadhu beliau, beliau mengatakan yang demikian bukan karena sombong atau menentang atau hanya sekedar ingin berdebat, tidak, beliau ingin kebenaran, kalau memang ada yang tidak sesuai dengan pemahaman para salaf untuk apa kita mempertahankan sebuah kebathilan, maka beliau siap untuk ruju’, dan ketika ditunggu sedemikian lamanya tiga tahun, bukan satu bulan dua bulan, ternyata tidak ada. Ini menunjukkan bahwasanya kitab ini memiliki kelebihan, sudah dibaca oleh musuh-musuh beliau dan dibaca oleh orang yang sependapat dengan beliau dan ternyata para ulama menerima kitab ini dengan qabulan hasanah, yaitu menerima dengan baik.
Kemudian diantara keutamaannya, kitab ini adalah kitab yang ringkas, subhanallāh, menyebutkan dalil, menyebutkan ringkasan aqidah ahlussunnah wal jama’ah, meskipun dia ringkas ternyata isi dari kitab Al-Aqidah Wasithiya ini sebagian besar permasalahan-permasalahan aqidah yang merupakan ushul, pondasi aqidah ahlussunnah wal jamaah, disebutkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab ini. Jadi dia adalah kitab aqidah yang ringkas dan dia lengkap meskipun tidak semua tapi sebagian besar permasalahan aqidah yang membedakan antara ahlussunnah dengan ahlul bid’ah disebutkan oleh beliau rahimahullāh, tentunya ini adalah sebuah kelebihan, kita cari kitab-kitab yang seperti ini.
Kemudian juga ditambah oleh beliau di akhir kitabnya tentang pentingnya seorang ahlussunnah, dan ini adalah ciri ahlussunnah wal jama’ah firqatun najiyah, bahwasanya mereka ya’muruna bil ma’ruf, mereka menyuruh kepada yang baik, melarang dari yang mungkar, mereka ini berakhlak yang baik. Beliau sebutkan tentang masalah akhlak karena tidak cukup seseorang menjadi ahlussunnah wal jama’ah hanya memperhatikan masalah aqidah, bahkan kalau aqidah yang dia pelajari ini benar dan dia adalah orang yang mengamalkan aqidah tadi, ini akan memunculkan, akan mewariskan rasa takut kepada Allah ta’ala yang akan terlihat pada baiknya akhlak dia kepada orang lain.
Inilah beberapa keutamaan kitab Al Aqidah Al Wasithiya sehingga tidak heran kalau Adz-Dzahabi rahimahullāh ketika beliau berkomentar tentang kitab Al Aqidah Al Wasithiya beliau mengatakan, telah sepakat baik musuh maupun kawan maupun lawan bahwasanya ini adalah aqidah salafi yang jayyid yaitu aqidah para salaf yang bagus. Dan Ibnu Rajab Rahimahullāh beliau mengatakan (ini juga muridnya syaikhul Islam), telah sepakat semuanya bahwasanya aqidah wasithiyyah ini adalah aqidah yang sunniyyah yang salafiyyah, yang sesuai dengan sunnah dan adalah aqidah para salaf kita.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]