Home » Halaqah 109: Dalil Kelima Atsar Abu Tsalabah (Bagian 1)

Halaqah 109: Dalil Kelima Atsar Abu Tsalabah (Bagian 1)

Halaqah yang ke-109 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan rahimahullah
وَعَنْ أَبِي أُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيَّ، فَقُلْتُ: يَا أَبَا ثَعْلَبَةَ، كَيْفَ تَقُولُ فِي هَذِهِ الآيَةِ
Dari Abu Umayyah, beliau mengatakan aku bertanya kepada Aba Tsa’labah, Asy-Sya’banī, kemudian aku berkata, wahai Aba Tsa’labah bagaimana pendapatmu tentang firman Allah subhanahu wata’ala
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَيۡكُمۡ أَنفُسَكُمۡۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهۡتَدَيۡتُمۡۚ
[Al Ma”idah:105]
Wahai orang-orang yang beriman عَلَيۡكُمۡ أَنفُسَكُمۡۖ, hendaklah kalian memperhatikan diri kalian sendiri, tidak akan memudhoroti kalian orang yang sesat apabila kalian mendapatkan hidayah, hendaklah kalian memperhatikan diri kalian sendiri tidak akan menyesatkan kalian orang yang tersesat apabila kalian mendapatkan hidayah, kalau kita yang memahami atau orang yang semisal dengan kita, seakan-akan hidup sendiri tidak perlu memperhatikan orang lain.
عَلَيۡكُمۡ أَنفُسَكُمۡۖ
Hendaklah kalian perhatian terhadap diri kalian sendiri, tidak akan memudhoroti kalian orang yang sesat apabila kalian mendapatkan petunjuk. Seakan-akan sendiri-sendiri, egoisme, ana mendapatkan hidayah, ana kenal sunnah, ya sudah aku memperhatikan diriku sendiri dan keluarga ana, adapun orang lain tersesat, mau masuk neraka itu urusannya. Ada sebagian orang yang memahami demikian, mungkin bukan kita saja, bahkan sebagian orang, sebagian salaf ada yang memahami demikian tapi ternyata pemahaman yang benar bukan seperti itu
قَالَ: أَمَا وَاللَّهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيرًا
Kemudian Abu Tsa’labah mengatakan, ketahuilah demi Allah subhanahu wata’ala sungguh engkau, Abu Umayyah, telah bertanya orang yang pengalaman, artinya kamu tidak salah alamat, bertanya tentang ayat ini kepada saya itu bukan salah alamat, engkau bertanya kepada orang yang memang tahu, dan ini bukan sombong, bukan memamerkan dirinya tapi ini termasuk
وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ
Dan menunjukkan bahwasanya kalau kita ingin bertanya, bertanyalah kepada orang yang memang antum memperkirakan dia tahu ilmunya, sesuai dengan qara’in, takhususnya apa misalnya, antum lihat bertanya kepada orang yang memang pas untuk ditanya, kalau tidak maka kita akan menyesal sendirian.
وَاللَّهِ, demi Allah subhanahu wata’ala engkau telah bertanya tentang ayat ini kepada orang yang pengalaman, orang yang punya ilmu tentang masalah ayat ini, karena makna khobir artinya adalah alim (mengetahui) dan maknanya lebih dalam karena khobir berarti dia mengetahui perkara-perkara yang dalam, dia adalah ilm wa ziyadah (ilmu dan ada tambahannya) yaitu mengetahui perkara-perkara yang dalam, artinya beliau yaitu Abu Tsa’labah mengetahui tentang makna ayat ini secara mendalam
سَأَلْتُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ayat ini, ini sebabnya, kenapa beliau mengatakan سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيرًا karena beliau telah mendengar ilmunya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memang diutus oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menerangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
dan Kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran supaya engkau menjelaskan kepada manusia
مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ
[An Nahl:44]
Apa yang diturunkan kepada mereka, yaitu Al-Quran. Makanya Abu Tsa’labah tadi bertanya langsung kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apa makna ayat ini, maksudnya adalah kok sepertinya maknanya adalah sendiri-sendiri, ternyata apa kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
فَقَالَ: «بَلِ ائْتَمِرُوا بِالمَعْرُوفِ، وَتَنَاهَوْا عَنِ المُنْكَرِ
Beliau menjelaskan, bahkan hendaklah kalian beramar ma’ruf nahi mungkar, karena seakan-akan ayat tadi tidak beramar ma’ruf nahi mungkar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan بَل bahkan hendaklah kalian terus beramar ma’ruf nahi mungkar, karena keumuman ayat
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
Terus hendaklah kalian beramar ma’ruf nahi mungkar seperti
يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ
memperbaiki apa yang dirusak oleh manusia, bersabar kita, mereka merusak, kita perbaiki. Inilah keanehan ahlussunnah, mereka terus memperbaiki apa yang dirusak oleh manusia dan mereka sabar dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala dalam melakukan itu semua.
Hendaklah kalian menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top