Home » Halaqah 138: Beriman Kepada Takdir – Perkara Besar Kedua yang Mungkin Muncul di setelah Beriman Bahwa Segala Sesuatu sudah Ditakdirkan

Halaqah 138: Beriman Kepada Takdir – Perkara Besar Kedua yang Mungkin Muncul di setelah Beriman Bahwa Segala Sesuatu sudah Ditakdirkan

Halaqah yang ke-138 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau ingin menjelaskan kepada kita tentang tiga perkara yang besar yang mungkin muncul di dalam diri sebagian orang, perkara yang kedua
وَهُوَ سُبْحَانَهُ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ وَالْمُحْسِنِينَ وَالْمُقْسِطِينَ، وَيَرْضَى عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ، وَلا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ، وَلاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ، وَلاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ، وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهُ الْكُفْرَ، وَلاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ
semuanya Allah subhanahu wata’ala yang takdirkan, Allah subhanahu wata’ala mengetahui sebelum terjadinya Allah subhanahu wata’ala menulis segala sesuatu Allah subhanahu wata’ala yang menghendaki segala sesuatu dan Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan segala sesuatu baik ketaqwaan maupun kebalikan dari ketaqwaan baik keimanan maupun kekufuran semuanya Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan baik ketaatan maupun kefasiqan itu semuanya adalah ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala tapi Allah subhanahu wata’ala mencintai ketaqwaan dan orang-orang yang bertakwa dan Allah subhanahu wata’ala membenci kefajiran dan juga orang-orang yang fajir, disana ada mahabbah dan disana ada kebencian.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan semuanya tapi ada diantaranya yang Allah subhanahu wata’ala cintai dan ada diantaranya yang Allah subhanahu wata’ala benci, tidak semua yang Allah subhanahu wata’ala ciptakan kemudian dicintai Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala menciptakan kemaksiatan tapi Allah subhanahu wata’ala mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Allah subhanahu wata’ala tidak ridha dengan kekufuran, dan Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertakwa dan Allah subhanahu wata’ala tidak memberikan hidayah kepada orang-orang yang kafir kepada orang-orang yang dzhalim, Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai kekafiran ini harus kita pahami, semuanya ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala tapi ingat ada diantaranya yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan disana ada yang dibenci oleh Allah subhanahu wata’ala.
وَهُوَ سُبْحَانَهُ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Dan Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang mencintai orang-orang yang bertakwa, berarti kalau memang Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertakwa maka kita sebagai seorang hamba Allah subhanahu wata’ala berusaha untuk mendapatkan kecintaan tadi, berusaha untuk bersifat dengan sifat orang-orang yang bertakwa yang mereka menjalankan perintah ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala berdasarkan dalil meninggalkan larangan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala berdasarkan dalil, kita lakukan karena Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang bertakwa
وَالْمُحْسِنِينَ
dan Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang muhsinin
وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٩٥
[Al-Baqarah]
Hendaklah kalian berbuat ihsan sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang berbuat ihsan, ihsan dengan dua makna, makna yang pertama merasa diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala atau ihsan dengan makna berbuat baik kepada orang lain, kalau Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang berbuat ihsan kita berusaha untuk memasukkan diri kita dalam golongan orang-orang yang muhsinin merasa diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala dimanapun kita berada
وَالْمُقْسِطِينَ
dan Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang adil
وَأَقۡسِطُوٓاْۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩
[Al-Hujurat]
Dan hendaklah kalian berbuat adil sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang berbuat adil, kalau dia memiliki bawahan baik kekuasaan yang paling tinggi sebagai kepala negara ataupun yang dibawahnya yang ada di bawahnya sampai kekuasaan yang paling rendah di dalam keluarga dalam rumah maka dia berusaha berbuat adil ketika dia menjadi seorang kepala keluarga. Jadi jangan berdalil bahwasanya ini adalah takdir Allah subhanahu wata’ala, saya berbuat dholim adalah takdir Allah subhanahu wata’ala kemudian dia tidak berusaha untuk adil.
وَيَرْضَى عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّ
Dan Allah subhanahu wata’ala ridha kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, Allah subhanahu wata’ala ridha kepada para sahabat Allah subhanahu wata’ala ridha kepada orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik
… وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ…
[At-Taubah:100]
Allah subhanahu wata’ala ridha kepada orang-orang yang bertauhid sebagaimana dalam hadits
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثً
Allah subhanahu wata’ala meridhoi untuk kalian tiga perkara, diantaranya adalah
أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Allah subhanahu wata’ala ridha kalau kalian menyembah Allah subhanahu wata’ala dan tidak menyekutukan Allah subhanahu wata’ala dengan sesuatu apapun
وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
Dan Allah subhanahu wata’ala ridha apabila kalian berpegang teguh dengan tali Allah subhanahu wata’ala dan kalian tidak berpecah belah, kita cari apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala supaya Allah subhanahu wata’ala cinta kepada kita dan supaya Allah subhanahu wata’ala ridha dengan kita karena kita ingin ridha Allah subhanahu wata’ala dan tidak marah kepada kita
وَلا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Dan Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai orang-orang yang kafir, Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan kekufuran tapi Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai orang-orang yang kafir, tidak semua apa yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala dan terjadi di permukaan bumi kemudian dia di cintai oleh Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan kekufuran dan juga kekafiran tapi Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai orang-orang yang kafir karena Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai kekufuran, yang Allah subhanahu wata’ala cintai adalah keimanan dan juga amal shaleh
وَلاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
dan Allah subhanahu wata’ala tidak ridha dengan kaum yang fasiq
وَلاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ
dan Allah subhanahu wata’ala tidak memerintahkan kita untuk mengucapkan ucapan yang keji atau melakukan perbuatan yang keji yang jorok yang tidak sopan atau ucapan yang tidak senonoh perbuatan yang tidak senonoh, Allah subhanahu wata’ala tidak memerintahkan yang demikian, Allah subhanahu wata’ala mengatakan
…قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ…
[Al-A’raf:28]
Katakanlah sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala tidak memerintahkan untuk kekejian (baik berupa ucapan maupun perbuatan), Allah subhanahu wata’ala tidak memerintahkan perbuatan yang tidak senonoh atau ucapan yang tidak senonoh makan jangan sampai berdalil dengan takdir atas bolehnya mengucapkan ucapan yang jorok atau perbuatan yang tidak senonoh, Allah subhanahu wata’ala tidak memerintahkan yang demikian Allah subhanahu wata’ala mengharamkan yang demikian, yang menyuruh untuk berbuat yang tidak senonoh dan mengucapkan ucapan yang kotor ini adalah syaithan
إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ١٦٩
[Al-Baqarah]
Dia itu memerintahkan kalian untuk berbuat jelek ucapan yang tidak senonoh dan untuk berkata atas nama Allah subhanahu wata’ala tanpa ilmu.
وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهُ الْكُفْرَ
Dan Allah subhanahu wata’ala tidak ridha kekufuran untuk hamba-hambanya, sebagaimana dalam ayat
…وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَۖ…
[Az-Zumar:7]
menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala tidak ridha dengan kekufuran, sehingga jangan sampai berdalil dengan takdir atas kekufuran seseorang
وَلاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ
dan Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai kerusakan, sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ ٢٠٥
[Al-Baqarah]
dan Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai kerusakan, kerusakan dengan dosa dan juga maksiat, menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala tidak mencintai perkara-perkara tersebut.
Berarti disini kalau memang kita benar-benar ingin kebaikan dan ingin sempurna keimanan kita semuanya harus kita imani apa yang ada di dalam Al-Qur’an, jangan kita memilih-milih sesuai dengan hawa nafsu kita, kalau seseorang benar-benar beriman dan meyakini bahwa ayat dengan ayat yang lain dalil dengan dalil yang lain tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lain sebagaimana Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ٩٦
[Ash-Shaffat]
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
إن الله خلق كل صانع وصنعته
semuanya kita imani, kita juga beriman
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ
وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ
ini semuanya kita imani, semuanya diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala tapi tidak semua yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala berarti itu di cintai oleh Allah subhanahu wata’ala, itu perkara yang kedua.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top