Home » Halaqah 148: Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Para Sahabat (Bagian 3)

Halaqah 148: Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Para Sahabat (Bagian 3)

Halaqah yang ke-148 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Di antara sikap ahlussunnah wal jama’ah selain mereka menyelamatkan lisan dan juga hati mereka terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka يَقْبَلُون (menerima) tanpa ada keraguan dan tanpa ada bantahan menerima dengan sangat lapang dada dengan keyakinan
وَيَقْبَلُونَ مَا جَاءَ بِهِ الْكِتَابُ وَالسَّنَّةُ وَالإِجْمَاعُ
apa yang dibawa oleh Al-Qur’an dan juga Sunnah wal ijma’
مِنْ فَضَائِلِهِمْ وَمَرَاتِبِهِمْ
berupa keutamaan-keutamaan para shahabat radhiallahu ta’ala anhum dan tentang derajat-derajat dan juga tingkatan-tingkatan mereka.
Al-Qur’an dan juga Sunnah serta ijma’ didalamnya ada keutamaan untuk sebagian para sahabat radhiallahu ta’ala atau keutamaan para sahabat secara umum atau keutamaan sebagian sahabat secara khusus, kadang ada dalam Al-Qur’an di dalam Hadits apalagi, dan juga disebutkan di sana tingkatan-tingkatan mereka yang berubah keutamaan misalnya di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala menyebutkan tentang keutamaan para sahabat secara umum seperti misalnya
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ٨
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. [Al-Hasyr]
kemudian Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. [At-Taubah:100]
Maka ahlussunnah wal jama’ah mereka menerima keutamaan para sahabat disebutkan dalam ayat-ayat tadi bahwasanya mereka adalah orang-orang yang Allah subhanahu wata’ala ridhai, mereka adalah orang-orang yang Allah subhanahu wata’ala janjikan surga kepada mereka dan Allah subhanahu wata’ala mengatakan
لَّقَد تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِيِّ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ
[At-Taubah:117]
Allah subhanahu wata’ala memberikan taubat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga kaum Muhajirin dan Anshar, dan di dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala mengatakan
مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا
[Al-Fath:29]
dan seterusnya, ini keutamaan di dalam Al-Qur’an yang itu merupakan keutamaan para sahabat radhiallahu ta’ala anhum, sikap seorang ahlussunnah يَقْبَلُون (menerima) sebagaimana datangnya meyakini dan menerima seluruh keutamaan para sahabat yang datang di dalam Al-Qur’an.
Dan disana ada ayat yang menunjukkan keutamaan sebagian sahabat secara khusus, maka mereka pun juga menerimanya. Contoh misalnya tentang sahabat Abu Bakr radhiallahu ta’ala anhu
ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ
[At-Taubah:40]
ketika dia berkata kepada shohibnya, yang dimaksud dengan shohibnya disini adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, jelas Allah subhanahu wata’ala menamakan Abu Bakr As Siddiq sebagai sahabatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan disana ada keutamaan Abu Bakr As Siddiq yang lain yaitu di dalam Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Lail
وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلۡأَتۡقَى ١٧
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
ٱلَّذِي يُؤۡتِي مَالَهُۥ يَتَزَكَّىٰ ١٨
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعۡمَةٖ تُجۡزَىٰٓ ١٩
padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٠
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
وَلَسَوۡفَ يَرۡضَىٰ ٢١
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Ada yang mengatakan ini adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq yang dia menginfaqkan hartanya untuk membersihkan dirinya, jadi dia membebaskan orang-orang yang beriman yang mereka disiksa oleh orang-orang Quraisy dengan hartanya dia keluarkan dengan ikhlas dan
وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعۡمَةٖ تُجۡزَىٰٓ ١٩
إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٠
tidak ada keinginan untuk supaya dibalas, dia berbuat baik bukan untuk membalas kebaikan dan bukan untuk dibalas kebaikan, yang dia bebaskan adalah orang-orang lemah yang mereka disiksa oleh orang-orang Quraisy, ini menunjukkan tentang keutamaan Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Kemudian Allah subhanahu wata’ala di dalam ayat yang lain menyebutkan tentang ummahatul mukminin, dan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mereka adalah Ibu bagi orang-orang yang beriman, ini keutamaan para ummahatul mukminin istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berarti ini adalah keutamaan-keutamaan yang ada di dalam Al-Qur’anul Karim berkaitan dengan para sahabat secara umum ataupun sebagian sahabat secara khusus.
وَالسّنَّةُ
Dan apa yang tertera di dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena di dalam sunnah juga banyak disebutkan tentang keutamaan para sahabat radhiallahu ta’ala anhum
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
sebaik-baik manusia adalah orang yang hidup di zamanku (yaitu para shahabat radhiallahu ta’ala anhum), خَيْرُ النَّاسِ berarti keutamaan mereka adalah mereka adalah sebaik-baik manusia maka kita terima dan kita tetapkan bahwa sebaik-baik manusia adalah para sahabat, tidak ada manusia yang lebih baik setelah para Nabi dan juga para Rasul daripada para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ini harus kita terima.
Demikian pula keutamaan secara umum seperti dalam hadits
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهُ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلا نَصِيفَهُ
umum para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam demikian keadaannya dan tentunya disana ada keutamaan-keutamaan khusus yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada sebagian sahabat yang ada didalam sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti misalnya ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فيِ صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُوْ بَكْرٍ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً غَيْرَ رَبِّيْ لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِن أُخُوَّةُ الْإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ
Orang yang paling aku merasa aman ketika bersahabat dan ketika diberikan hartanya adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, seandainya aku menjadikan di sana kekasih selain Allah subhanahu wata’ala niscaya aku akan menjadikan Abu Bakr sebagai khalil (subhanallah ini menunjukkan tentang bagaimana cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Bakr Ash-Shiddiq) tetapi yang ada adalah persaudaraan dalam Islam dan kecintaan.
Kemudian dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya oleh sebagian sahabat
أي الناس أحب إليك؟
Siapa manusia yang paling engkau cintai?
قال: عَائِشَةُ
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan Aisyah, kemudian ditanya lagi
ومن الرجال؟
Adapun dari laki-laki?
قال: أَبُوهَا
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bapaknya (Abu Bakr Ash-Shiddiq), berarti manusia yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiallahu ta’ala anhu, ahlussunnah menerima dan mengatakan orang yang paling afdhal yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiallahu ta’ala anhu
Keutamaan Umar bin Khaththab radhiallahu ta’ala ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
Ya Allah subhanahu wata’ala muliakanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai diantara dua orang, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab, dan ternyata yang masuk Islam Umar bin Khaththab menunjukkan bahwasanya beliau adalah orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Bagaimana seseorang tidak menerima hadits yang menunjukkan tentang keutamaan Umar atau Abu Bakr dan sebaliknya justru dia mengatakan ini adalah orang kafir/murtad setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
فِبَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ
Ketika aku dalam keadaan tidur aku melihat aku di surga
فَإِذَا امْرَأَةٌ تَتَوَضَّأُ إِلَى جَانِبِ قَصْرٍ
tiba-tiba ada seorang wanita yang dia berwudhu di samping istana
فَقُلْتُ: لِمَنْ هَذَا الْقَصْ
maka akupun bertanya, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam penasaran dan berkata kepada wanita yang sedang berwudhu tadi, milik siapa istana ini
قَالُوا: لِعُمَرَ
dia mengatakan ini adalah milik Umar, menunjukkan bahwasanya Umar bin Khaththab termasuk ahlul jannah karena mimpi seorang Nabi adalah wahyu, kemudian
فَذَكَرْتُ غِيْرَتَهُ، فَوَلَّيْتُ مُدْبِرًا
maka akupun ingat tentang sifat ghirah (kecemburuan) yang dimiliki oleh Umar bin Khaththab radhiallahu ta’ala ‘anhu, karena di sini ada seorang wanita yang berada dekat dengan istana Umar maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengingat kecemburuan Umar bin Khaththab radhiallahu ta’ala ‘anhu akhirnya Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
فَوَلَّيْتُ مُدْبِرًا
aku segera meninggalkan istana tadi, karena ingat tentang kecemburuan Umar, lihat bagaimana tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga perasaan para sahabatnya padahal itu dalam keadaan mimpi
فَبَكَى عُمَرُ وَقَالَ: أَعَلَيْكَ أَغَارُ، يَا رَسُولَ اللهِ
ketika Umar radhiallahu ta’ala ‘anhu mendengar kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini beliau menangis kemudian mengatakan Apakah aku cemburu terhadap orang sepertimu wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apakah setelah ini masih ada orang yang tidak percaya dengan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengatakan bahwasanya Umar bin Khaththab adalah terlaknat dan dia adalah penduduk neraka maka ini adalah bukan sikap seorang ahlussunnah wal jama’ah, ahlussunnah wal jama’ah mereka menerima seluruh keutamaan para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum yang ada di dalam sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam demikian pula apa yang ada di dalam ijma’ yang menunjukkan tentang keutamaan mereka seperti misalnya ijma’ para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum atas kekhilafahan Abu Bakr Ash-Shiddiq, kita mengikuti ijma’nya para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum atas kekhilafahan Umar bin Khaththab radhiallahu ta’ala ‘anhu, maka ahlussunnah wal jama’ah mereka menerima keutamaan para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum yang telah tetap dengan ijma’
مِنْ فَضَائِلِهِمْ
dari keutamaan-keutamaan mereka, seperti yang tadi kita sebutkan contohnya
وَمَرَاتِبِهِمْ
dan juga tingkatan-tingkatan mereka, karena para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum ternyata mereka tidak satu derajat, mereka memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda sebagian mereka lebih afdhal daripada sebagian yang lain.
Maka ahlussunnah wal jama’ah secara umum mereka menghormati para sahabat mencintai para sahabat dan mereka meyakini bahwasanya sebagian sahabat itu lebih afdhal daripada sebagian yang lain, sama-sama mereka adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki keutamaan suhbah namun Allah subhanahu wata’ala berkenan dan berkehendak untuk mengutamakan sebagian mereka diatas sebagian yang lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top