Materi HSI pada halaqah ke-16 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentanglandasan pertama ma’rifatullah bagian 4 yang dimaksud dengan Rabb dan dalilnya.
Setelah kita mengetahui siapakah Allah dan bagaimana kita mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka beliau rahimahullah ingin menyampaikan kepada kita bahwasanya Dzat yang telah memelihara kita dengan kenikmatannya, dan telah menciptakan langit dan juga bumi, menciptakan tanda-tanda kekuasaan seperti malam, siang, matahari, dan bulan, maka Dia-lah Rabb yang disembah. Dia-lah yang berhak untuk diibadahi dan disembah.
Beliau mengatakan,
والرب هو المعبود
“Dan Rabb, Dia-lah yang disembah/diibadahi.”
Apabila seseorang sudah meyakini bahwasanya Allah, Dia-lah yang menciptakan alam semesta dan juga mengaturnya, maka kewajiban dia adalah hanya menyerahkan ibadah ini kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
والدليل قوله تعالى: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
[Al Baqarah 21-22]
Dan dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Wahai manusia (kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah memanggil semua manusia) hendaklah kalian menyembah/beribadah kepada Rabb kalian (yang telah memelihara kalian dan memelihara seluruh alam semesta.)”
Siapakah Rabb kalian? Rabb kalian adalah
“Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertaqwa (supaya kalian takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).”
Inilah Rabb. Yang memiliki sifat-sifat inilah yang berhak untuk disembah dan diibadahi. Sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian, yang tidak menciptakan kalian jangan disembah. Demikian pula menciptakan orang-orang sebelum kalian. Menciptakan bapak kalian, menciptakan orang tua kalian, dan menciptakan orang-orang sebelum kita dari semenjak Nabi Adam ‘alaihissalam. Itulah Rabb yang berhak untuk disembah.
Selain itu yang tidak memiliki sifat ini, yang tidak menciptakan, maka janganlah disembah, supaya kalian bertaqwa, menjadikan wiqoyah (penjagaan) antara kalian dengan nerakanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah mengatakan,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
“(Rabb tersebut yang hendaknya kalian sembah), Dia-lah yang telah menjadikan bagi kalian bumi ini menjadi terhampar (sehingga mudah diambil manfaat. Maka inilah Rabb yang berhak kalian ibadahi.)”
Adapun selain Allah, yang tidak menjadikan bumi ini terhampar maka dia tidak berhak untuk diibadahi.
Kemudian Allah mengatakan – وَالسَّمَاءَ بِنَاء – dan telah menjadikan langit menjadi bangunan yang besar, yang berada di atas manusia.
Dia-lah yang berhak untuk diibadahi dan disembah.
Kemudian Allah mengatakan,
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
“Dan telah menurunkan dari langit air hujan,”
Kemudian Allah mengatakan,
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
“Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan dengan air hujan tersebut buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian.”
Inilah Rabb yang berhak untuk diibadahi dan disembah, menjadikan bumi terhampar, menjadikan langit menjadi bangunan, menurunkan air dari atas (dari awan) kemudian Dia-lah yang telah mengeluarkan tanam-tanaman, biji bijian, buah-buahan, dengan air tersebut. Inilah Rabb yang berhak untuk disembah dan diibadahi.
Kemudian Allah mengatakan,
فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Maka janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, sedangkan kalian mengetahui.”
Janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, beribadah kepada selain Allah. Beribadah kepada Allah dan juga beribadah kepada selain Allah, sedangkan kalian mengetahui (memahami) bahwasanya yang menciptakan kalian, yang menjadikan bumi terhampar, menjadikan langit menjadi bangunan, menurunkan air hujan, adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kalau kalian mengetahui bahwasanya yang melakukan itu semua adalah Allah dan tidak ada yang melakukan itu semua kecuali Allah, maka janganlah kalian menyekutukan Allah, (yaitu) menyembah Allah dan juga menyembah selain Allah.
Beribadah kepada Allah bersamaan itu, beribadah juga kepada selain Allah, menyerahkan ibadahnya sebagian kepada Allah tetapi juga menyerahkan sebagian yang lain kepada selain Allah.
Jadi keimanan kita bahwasanya Allah yang mencipta, memberikan rezeki, baik dari langit maupun dari bumi, mengatur alam semesta ini, seharusnya menjadikan kita tidak beribadah kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah maksud dari ayat yang mulia ini. Oleh karena itu setelahnya beliau menukil ucapan Ibnu Katsir Asy Syafi’i yang memiliki kitab Tafsir, beliau mengatakan,
قال ابن كثير رحمه الله : الخالق لهذه الأشياء هو المستحق للعبادة
“Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, yang menciptakan ini semua, Dia-lah yang berhak untuk diibadahi.”
Adapun yang tidak menciptakan ini dan itu maka mereka tidak berhak untuk diibadahi meskipun memiliki kedudukan yang tinggi diantara manusia.
Seorang Nabi adalah orang yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi dia tidak menciptakan, oleh karena itu tidak berhak untuk diibadahi.
Seorang malaikat adalah hamba Allah yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi dia tidak menciptakan. Oleh karena itu tidak berhak untuk diibadahi dan tidak berhak untuk disembah.
Kalau memang di dalam hati kita meyakini bahwasanya Allah satu-satunya yang mencipta, memberikan rezeki, dan mengatur alam semesta ini, maka seharusnyalah kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah.
Orang-orang Musyrikin Quraisy, yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus diantara mereka, mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwasanya Allah yang mencipta, dan mengakui bahwasanya Allah yang memberikan rezeki kepada mereka, dan bahwasanya Allah yang mengatur alam semesta ini. Mereka mengakui itu semua akan tetapi ketika diajak oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk hanya menyerahkan ibadah kepada Allah saja mereka menolak, tidak mengikuti ajakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal mereka mengakui tentang Rububiyyah Allah dan bahwasanya Allah yang menciptakan mereka dan orang-orang sebelum mereka. Tidak ada diantara mereka yang meyakini bahwasanya patung-patung yang ada di sekitar Ka’bah itulah yang menciptakan mereka (tidak) dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang telah mengabarkan keyakinan mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman,
(قُلۡ مَن یَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن یَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَـٰرَ وَمَن یُخۡرِجُ ٱلۡحَیَّ مِنَ ٱلۡمَیِّتِ وَیُخۡرِجُ ٱلۡمَیِّتَ مِنَ ٱلۡحَیِّ وَمَن یُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَیَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ)
[Surat Yunus 31]
“Katakanlah wahai Muhammad, tanyakan kepada mereka (kaummu) siapakah yang telah memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan juga dari bumi dan siapakah yang memiliki pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur alam semesta ini, tanyakan kepada mereka tentang pertanyaan-pertanyaan ini, niscaya mereka akan mengatakan Allah.”
Inilah jawaban orang-orang Musyrikin Quraisy. Mereka mengatakan dan meyakini bahwasanya Allah yang melakukan itu semua, tetapi mereka tidak mau meng-esakan Allah (mentauhidkan Allah) Subhanahu wa Ta’ala di dalam ibadah mereka sehari-hari. Terkadang mereka menyembah kepada Allah (kalau mau) dan terkadang mereka menyembah kepada selain Allah. Sebagaimana ketika mereka berada di tengah lautan datang ombak yang besar, datang angin yang kencang dan dalam keadaan yang sangat bahaya baru mereka ingat kepada Allah dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi ketika mereka sudah diselamatkan sampai ke daratan, mereka lupa kepada Allah dan kembali menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
۞ فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Apabila mereka mengendarai kapal/naik kapal di tengah lautan mereka berdoa kepada Allah dalam keadaan ikhlas hatinya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.” [Ar Ruum 65]
Mengatakan Ya Allah, seandainya Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini niscaya kami adalah termasuk orang-orang yang bersyukur.
“Ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan tiba-tiba mereka menyekutan Allah.”
Terkadang menyembah kepada Allah, berdo’a semata hanya kepada Allah, dan terkadang mereka menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah mengatakan di dalam ayat tadi setelah menyuruh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, siapakah yang telah memberikan rezeki, mengatur alam semesta, menghidupkan dan mematikan? Ketika mereka mengatakan Allah, maka Allah mengatakan kepada Nabi-Nya, maka katakanlah kepada mereka,
“Kenapa kalian tidak takut kepada Allah?”
Kenapa kalian tidak takut dengan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala? Sudah tau bahwasanya Allah yang mencipta dan tidak ada yang mencipta selain Allah, kemudian kalian menyekutukan Allah dengan yang lain.
Keyakinan bahwasanya Allah yang mencipta adalah fitrah, yang Allah fitrahkan kepada manusia ketika Allah menciptakan mereka (yaitu manusia), difitrahkan di dalam hatinya keyakinan dan kepercayaan bahwasanya Allah yang menciptakan, yang memberikan rezeki, dan mengatur alam semesta ini. Oleh karena itu orang-orang Musyrikin Quraisy, yang dikatakan Musyrikin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam hatinya juga meyakini bahwasanya Allah yang menciptakan mereka, karena ini adalah fitrah.
Bahkan Fir’aun yang mengatakan,
أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
“Aku adalah Rabb kalian yang paling tinggi.” [An Nazi’at 24]
Sebenarnya dia meyakini bahwasanya dia bukan Rabb dan meyakini bahwasanya Allah-lah Rabb dia, yang telah menciptakan dia, dan bahwasanya apa yang berasal dari Musa berupa ayat-ayat, berupa mukjizat-mukjizat semuanya adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan Allah kabarkan di dalam Al-Qur’an tentang bagaimana sebenarnya keyakinan Fir’aun,
۞ قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
“Musa berkata kepada Fir’aun, sungguh engkau telah memahami dan mengetahui wahai Fir’aun, bahwasanya tidak menurunkan ayat-ayat ini, mukjizat-mukjizat ini kecuali Rabb langit dan juga bumi – بَصَائِرَ – yang merupakan tanda-tanda kekuasaan.” [Al Isra 102]
Menunjukan bahwasanya Fir’aun sebenarnya mengetahui tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Dia-lah yang telah menciptakannya dan juga menciptakan alam semesta dan bahwasanya ucapan dia “Aku adalah Rabb yang paling tinggi.” adalah ucapan yang keluar dari orang yang sombong. Mengetahui yang Al Haq tetapi dia mengucapkan dan menolak kebenaran tersebut.
Fir’aun mengenal bahwasanya Allah adalah Rabb semesta alam. Jangankan Fir’aun, syaithan dan juga iblis mengenal bahwasanya Allah yang telah menciptakan dia dan menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam.
Allah berkata kepada iblis setelah dia diperintahkan untuk bersujud, sujud penghormatan kepada Nabi Adam, kemudian dia menolak, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
۞ قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ
“Wahai iblis, apa yang mencegahmu untuk sujud
(sujud penghormatan kepada Nabi Adam) ketika Aku memerintahkan kepadamu?” [Al A’raf 12]
Apa yang dikatakan iblis?
قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ ۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ
“Aku (kata Iblis) lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah.”
Dia mengatakan – خَلَقْتَنِيْ – Engkau (Ya Allah) menciptakan aku dari api.
Di dalam ayat yang lain,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“(Iblis berkata kepada Allah), wahai Rabbku karena Engkau telah menyesatkan aku maka aku akan menyesatkan mereka dari jalan-Mu yang lurus.” [Al A’raf 16]
Memanggil kepada Allah dengan Rabb, mengenal bahwasanya Allah adalah Rabb-nya tapi apakah ini bermanfaat bagi syaithan? Tidak bermanfaat baginya, karena dia tidak melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mengenal bahwasanya Allah yang menciptakan, memberikan rezeki, dan mengatur alam semesta adalah fitrah, yang seharusnya menuntun kita hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu di sini beliau mendatangkan ayat,
۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan ini adalah perintah pertama di dalam Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an banyak perintah, tapi perintah pertama yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an adalah perintah untuk beribadah kepada Allah semata.
Betapa besar dan agungnya perintah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allah menjadikan perintah untuk beribadah ini sebagai perintah yang pertama di dalam Al-Qur’an sebelum perintah-perintah yang lain. Dan larangan berbuat syirik adalah larangan
yang pertama di dalam Al-Qur’an. Tadi disebutkan, Allah berfirman,
فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Maka janganlah kalian menjadikan sekutu sekutu bagi Allah.”
Dan ini adalah larangan yang pertama di dalam Al-Qur’an. Perintah yang pertama adalah perintah untuk bertauhid dan larangan yang pertama adalah larangan dari perbuatan syirik.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]