Home » Halaqah 17: Landasan Pertama Ma’rifatullah Bagian 5 Macam-Macam Ibadah dan Hukum Memalingkan Ibadah Untuk Selain Allah

Halaqah 17: Landasan Pertama Ma’rifatullah Bagian 5 Macam-Macam Ibadah dan Hukum Memalingkan Ibadah Untuk Selain Allah

Materi HSI pada halaqah ke-17 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan pertama ma’rifatullah bagian 5 macam-macam ibadah dan hukum memalingkan ibadah untuk selain Allah.

Setelah beliau menerangkan kepada kita bahwa Rabb yang memiliki sifat-sifat dialah yang berhak untuk diibadahi dan disembah, maka beliau ingin menerangkan tentang apa itu ibadah supaya ibadah-ibadah yang kita lakukan benar-benar ditujukan kepada Allah. Artinya jangan sampai seseorang menganggap sesuatu bukan ibadah padahal itu ibadah.
Kemudian dia serahkan sesuatu tersebut kepada selain Allah sehingga dia terjerumus di dalam penyerahan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu di sini setelahnya beliau ingin menyampaikan kepada kita tentang apa itu ibadah dan berbagai macamnya.
Beliau mengatakan,
وأنواع العبادة التي أمر الله بها مثل الإسلام والإيمان والإحسان
“Dan macam-macam ibadah yang Allah perintahkan kepada kita seperti Islam, Iman, dan juga Ihsan.”
Ini adalah bagian dari ibadah. Bahkan dia adalah ibadah yang paling besar dan agama kita terdiri dari tiga perkara ini: Islam dan juga Iman dan juga Ihsan sebagimana datang hadits Jibril.
Ketika Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menjelma sebagai manusia (sebagai seorang laki-laki), ingin mengajarkan kepada kaum muslimin tentang agama Islam ini. Beliau datang sebagai seorang manusia, datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu sedang bersama sahabat Beliau. Kemudian Jibril bertanya tentang beberapa pertanyaan, ingin mengajarkan kaum muslimin dengan cara bertanya, dan Jibril sudah tau jawabannya.
Bertanya tentang apa itu Islam, dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan arkanul Islam.
Bertanya tentang apa itu Iman, dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan arkanul Iman.
Bertanya tentang Ihsan dan dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Bertanya tentang kapan terjadinya hari kiamat, dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya yang ditanya tidak lebih tau daripada yang bertanya.
Karena hari kiamat adalah ilmu yang khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak diketahui oleh yang lain baik seorang Nabi maupun seorang Malaikat.
Dan bertanya tentang tanda-tanda hari kiamat dan dijawab sebagian oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian di akhir hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada para shahabat,
هذا جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ
“Ini adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian ingin mengajarkan kepada kalian agama kalian.”
Kemudian beliau mengatakan,
ومنه الدعاء والخوف والرجاء والتوكل والرغبة والرهبة والخشوع والخشية والإنابة والاستعانة والاستعاذة والاستغاثة والذبح والنذر، وغير ذلك من أنواع العبادة التي أمر الله بها، كلها لله تعالى
والدليل قوله تعالى: {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَدًا}
“Dan diantara (ibadah tersebut) adalah do’a dan juga rasa takut, mengharap, bertawakal, kekhusyu’an, inabah (kembali kepada Allah), wal isti’anah (memohon pertolongan kepada Allah, wal isti’adzah (memohon perlindungan kepada Allah), wal istighotsah, menyembelih, bernadzar, dan lain-lain.”
Diantara ibadah-ibadah yang Allah perintahkan, semuanya adalah untuk Allah, tidak diserahkan kepada yang lain. Ini adalah beberapa jenis ibadah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan yang beliau sebutkan ini adalah sebagai contoh bagian dari ibadah-ibadah yang banyak. Artinya bukan sebagai pembatasan. Di sana ada ibadah-ibadah yang lain yang tidak beliau sebutkan di sini. Oleh karena itu beliau mengatakan dan lain-lain.
Diantara jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan semuanya adalah untuk Allah subhanahu wa Ta’ala.
Para ulama telah memberikan definisi apa itu ibadah sehingga bisa kita masukkan sebuah amalan (sebuah ucapan) termasuk ibadah. Dan definisi yang paling bagus dan ini diakui oleh para ulama adalah definisi ibadah yaitu,
العبادة: اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال الظاهرة والباطنة
“Yang dimaksud dengan ibadah adalah sebuah nama yang mencakup segala yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa ucapan maupun perbuatan baik yang dhohir maupun yang bathin.”
Dan di sana ada ibadah yang kelihatan dan di sana ada ibadah yang ada di dalam hati seseorang, seperti rasa takut, tawakal kepada Allah, rasa cinta kepada Allah, rasa mengharap kepada Allah. Ini adalah ibadah-ibadah yang berada di dalam bathin.
Darimana kita tau bahwasanya ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Caranya adalah dengan mengetahui dari syari’at yang Allah turunkan, baik di dalam Al Qur’an maupun di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apabila Allah memerintahkan dengan sebuah ucapan atau dengan sebuah perbuatan maka ketahuilah bahwasanya itu adalah ibadah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memerintahkan kepada kita kecuali apabila perintah tersebut dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةࣰ وَأَصِیلًا
“Dan hendaklah kalian bertasbih mensucikan Allah waktu pagi maupun waktu petang.” [Al Ahzab 42]
Menunjukan bahwasanya tasbih adalah dicintai oleh Allah dan dia adalah ibadah.
Allah mengatakan – و أَقِمِ الصَّلَاةَ – dan hendaklah kalian melakukan shalat (menegakkan shalat). Memerintahkan kita untuk melakukan shalat, menunjukan bahwasanya ini adalah dicintai oleh Allah, berarti shalat adalah ibadah.
Dan kita bisa mengetahui bahwasanya itu dicintai Allah atau tidak diantaranya selain dengan adanya perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala terkadang kita bisa mengetahui bahwasanya itu adalah ibadah apabila Allah memuji orang-orang yang melakukannya. Apabila Allah memuji sebuah ucapan atau orang yang mengucapkannya, memuji sebuah perbuatan atau orang yang melakukannya, maka ketahuilah bahwasanya itu adalah ibadah.
Sebagaimana ketika Allah memuji orang-orang yang menunaikan nadzarnya, menunjukan bahwasanya menunaikan nadzar adalah ibadah. Dan Allah memuji orang-orang yang memberi makan orang lain, menunjukan bahwasanya memberi makan adalah termasuk ibadah.
Kemudian beliau mengatakan, dan dalilnya (dalil bahwasanya ibadah-ibadah ini diharamkan diserahkan kepada selain Allah) adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
۞ وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah.” [QS Jin 18]
Ada yang mengatakan masjid-masjid di sini adalah bangunan, yaitu bangunan masjid.
Dan ada juga yang mengatakan bahwasanya Al Masajid di sini adalah anggota tubuh/badan yang digunakan untuk bersujud.
Maksudnya adalah jangan sampai menjadikan anggota badan yang digunakan untuk sujud kepada Allah, digunakan untuk bersujud kepada selain Allah (yaitu dahi, kemudian dua telapak tangan, dua lutut demikian pula dua ujung kaki) ini adalah anggota badan yang digunakan untuk bersujud.
Kemudian beliau mengatakan,
فمن صرف منها شيئا لغير الله فهو مشرك كافر
“Maka barangsiapa yang menyerahkan, memalingkan sebagian dari ibadah-ibadah tersebut kepada selain Allah, maka dia adalah orang yang musyrik (menyekutukan Allah) dan dia adalah orang yang kafir (yang telah kufur dan keluar dari Islam).”
Apabila salah satu diantara tersebut, meskipun itu adalah ibadah yang sepele menurut pandangan manusia, sekecil apapun, apabila diserahkan kepada selain Allah maka orang yang melakukannya adalah orang yang musyrik, menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus dia adalah orang yang kafir, keluar dari Islam dan bukan termasuk orang Islam.
Kemudian beliau mengatakan,
والدليل قوله تعالى:
Dan dalilnya adalah firman Allah,
۞ وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa yang berdo’a kepada sesembahan selain Allah bersama Allah, yang dia tidak ada keterangan di dalamnya maka sesungguhnya hisabnya adalah atas Allah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang kafir.” [Al Mukminun 117]
Allah mengatakan – مَعَ اللَّهِ – bersama Allah artinya dia kadang berdo’a kepada Allah dan terkadang dia berdo’a kepada selain Allah. Inilah yang dinamakan syirik atau menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dia tidak memiliki keterangan di dalamnya tidak memiliki hujjah, tidak memiliki alasan dan semua orang Musyrikin tidak memiliki alasan di dalam kesyrikannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka akibatnya orang yang seperti ini maka nanti hisabnya/perhitungannya di sisi Allah Subhanahu wa Taala, akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa Taala karena dia berdo’a menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berdo’a kepada Allah dan juga berdo’a kepada selain Allah.
Kemudian Allah mengatakan,
“Sesungguhnya tidak akan beruntung, tidak akan sukses orang-orang yang kafir.”
Allah menamakan orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah bersama Allah adalah orang yang kafirun.
Menunjukan bahwasanya orang yang menyerahkan ibadahnya meskipun sebagian kepada selain Allah maka dia telah melakukan kesyirikan/kekufuran dan dia dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai orang-orang yang kafir.
Ini menunjukan tentang bahayanya syirik. Dan apabila syiriknya adalah syirik yang besar dan kekufuran yang besar, maka mengeluarkan seseorang dari Islam, karena syirik sebagaimana disebutkan oleh para ulama ada syirik yang besar ada syirik yang kecil. Yang mengeluarkan dari Islam adalah syirik yang besar.
Demikian pula kufur ada dua, kufur yang besar dan kurfur yang kecil. Yang mengeluarkan dari Islam adalah kekufuran yang besar.
Dan menyerahkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik yang besar dan termasuk kekufuran yang besar. Mengeluarkan dari Islam yang membatalkan amal ibadah seseorang.
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
“Seandainya engkau menyekutukan Allah niscaya akan batal seluruh amalanmu.” [Az Zumar 65]
Yang apabila seseorang meninggal dunia bertemu dengan Allah dalam keadaan membawa syirik ini maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memasukan dia ke dalam surga, mengharamkan atasnya surga dan memasukan dia di dalam neraka selama-lamanya.
۞ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah maka sungguh Allah akan mengharamkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” [Al Maidah 72]
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah] 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top