Berdo’a adalah bagian dari mengambil sebab yang diperintahkan untuk mendapatkan kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[QS Ghafir 60]
“Dan berkata Rabb kalian, hendaklah kalian berdo’a kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan untuk kalian.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[QS Al-Baqarah 186]
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat mengabulkan do’anya orang yang berdo’a kepada-Ku.”
Dan do’a adalah ibadah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
”Do’a itu adalah ibadah.” [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah]
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dan tidak menolak Al Qadar kecuali do’a.” [Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah]
Dan bukanlah yang dimaksud dengan do’a bisa menolak takdir, bahwa do’a bisa melawan takdir Allah yang sudah Allah tulis, akan tetapi makna Al Qadar disini adalah Al Muqoddar, yaitu sesuatu yang ditakdirkan, artinya do’a bisa menjadi sebab berubahnya keadaan yang ditakdirkan oleh Allah menjadi keadaan lain yang juga ditakdirkan oleh Allah.
Contoh seseorang ditakdirkan sakit kemudian dia berdo’a kepada Allah meminta kesembuhan kemudian Allah mengabulkan do’anya dan menakdirkan kesembuhan bagi orang tersebut.
Dan do’a yang dipanjatkan oleh seseorang kepada Allah adalah bagian dari takdir Allah.
Lalu bagaimana dikatakan bahwa doa bisa melawan takdir Allah azza wajalla.