Materi HSI pada halaqah ke-23 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Qawaidul Arba adalah tentang penjelasan kaidah ketiga kitab Qawaidul Arba’ bagian 3.
Kemudian beliau mengatakan,
وَدَلِيلُ الأَنْبِيَاءِ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى
وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ یَـٰعِیسَى ٱبۡنَ مَرۡیَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِی وَأُمِّیَ إِلَـٰهَیۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ مَا یَكُونُ لِیۤ أَنۡ أَقُولَ مَا لَیۡسَ لِی بِحَقٍّۚ
[Surat Al-Ma’idah 116]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan ketika Allah berkata kepada Isa Ibnu Maryam,”
Dan ini juga terjadi di padang Mahsyar.
Allah akan bertanya kepada malaikat, hamba-hamba Allah yang shalih yang diagungkan dan disembah oleh sebagian manusia.
Dan Allah akan bertanya kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, yang disembah dan diagungkan oleh sebagian manusia,
یَـٰعِیسَى ٱبۡنَ مَرۡیَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِی وَأُمِّیَ إِلَـٰهَیۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ
“Wahai Isa Ibnu Maryam, apakah Engkau dahulu ketika di dunia berkata kepada manusia, ‘Wahai manusia, jadikanlah aku dan juga ibuku sebagai dua sesembahan selain Allah.’”
Apakah engkau dahulu ketika di dunia pernah mengajak, mendorong, memerintahkan mereka untuk menjadikan kamu dan ibumu sebagai seorang Tuhan?
Pertanyaan ini kelak akan ditanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Isa ‘alaihissalam.
Apa jawaban Beliau?
قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ
Beliau berkata, “Maha Suci Engkau, Ya Allah.”
Sebagaimana para malaikat tadi ketika ditanya, mereka juga mengatakan سُبۡحَـٰنَكَ . Kemudian Beliau mengatakan,
مَا یَكُونُ لِیۤ أَنۡ أَقُولَ مَا لَیۡسَ لِی بِحَقٍّۚ
“Tidak pantas (tidak boleh) bagiku untuk mengatakan sesuatu yang aku tidak berhak untuk mengatakannya.”
Aku adalah seorang hamba, seorang manusia, seorang makhluk. Tidak pantas bagiku untuk mengatakan kepada manusia, ‘Wahai manusia, jadikanlah aku sebagai Tuhan.’
Artinya pada hari itu, Nabi Isa ‘alaihissalam berlepas diri dari apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang menyembah Beliau ketika di dunia.
Dan ini menunjukkan kepada kita bahwasanya ada diantara manusia yang mereka menyembah para Nabi. Di sini, diantaranya adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Dan ini juga diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memerangi orang-orang yang menyembah atau mengaku menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam.
Meskipun yang disembah adalah seorang Nabi atau orang yang paling shalih sekalipun, tapi karena dia menyembah kepada selain Allah, dan ini adalah bentuk kesyirikan, maka diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau tidak mengatakan, apabila menyembah seorang Nabi maka tidak masalah. Akan tetapi Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi mereka, meskipun mereka menyembah para Nabi, dan tidak membedakan antara orang yang menyembah berhala, matahari, ataupun para Nabi.
Kemudian beliau mengatakan,
وَدَلِيلُ الصَّالِحِينَ
Dan dalil bahwasanya di sana ada orang yang menyembah orang-orang shalih,
قَوْلُهُ تَعَالَى
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قُلِ ٱدۡعُوا۟ ٱلَّذِینَ زَعَمۡتُم مِّن دُونِهِۦ فَلَا یَمۡلِكُونَ كَشۡفَ ٱلضُّرِّ عَنكُمۡ وَلَا تَحۡوِیلًا
أُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ یَدۡعُونَ یَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِیلَةَ أَیُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَیَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَیَخَافُونَ عَذَابَهُۥۤۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورࣰا
[Surat Al-Isra’ 56-57]
“Katakanlah (Wahai Muhammad), berdo’alah kalian kepada orang-orang yang kalian sangka sebagai Tuhan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Niscaya mereka tidak akan mampu untuk menghilangkan kesusahan dari kalian dan tidak bisa memindahkan kesusahan tersebut kepada yang lain.”
Ini adalah ancaman bagi mereka. Silakan kalian berdo’a kepada orang-orang yang kalian sangka itu adalah Tuhan-Tuhan selain Allah. Niscaya mereka tidak akan mampu untuk menghilangkan kesusahan dari kalian.
Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kesusahan bagi kalian, maka tidak akan ada yang bisa menghilangkan kesusahan tersebut kecuali Dia. Sekalipun segala sesuatu yang disembah selain Allah menginginkannya. Tapi kalau Allah ingin menghilangkan kesusahan tersebut niscaya akan terjadi.
Kemudian Allah mengatakan,
أُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ یَدۡعُونَ یَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِیلَةَ
“Mereka (orang-orang yang mereka berdo’a kepadanya, yaitu orang-orang shalih), ternyata mereka juga mencari wasilah kepada Allah.”
Yang dimaksud dengan wasilah di dalam ayat ini sini adalah Al Qurbah.
Kalau kita melihat buku-buku atau kamus-kamus berbahasa Arab dan kita mencari makna Al Wasilah di dalam Bahasa Arab, kita akan menemukan bahwasanya maknanya adalah Al Qurbah.
Allah mengabarkan di dalam ayat ini bahwasanya orang-orang shalih tersebut, yang diagungka-agungkan dan disembah oleh orang-orang musyrikin, ternyata mereka sendiri pun berusaha untuk mencari wasilah kepada Allah. Mereka sendiri ingin mencari kedekatan kepada Allah.
أَیُّهُمۡ أَقۡرَبُ
“Siapa diantara mereka yang akan lebih dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala”
Orang-orang yang menyembah mereka, menyangka apabila menyembah orang-orang shalih tersebut, maka orang-orang shalih tersebut akan mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Padahal di sini Allah menyebutkan, mereka sendiri, yaitu orang-orang shalih tersebut sebenarnya juga mencari kedekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa diantara mereka yang lebih dekat kepada Allah.
وَیَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَیَخَافُونَ عَذَابَهُۥ
“Dan mereka mengharap rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takut dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Mereka sendiri juga keadaannya demikian (mengharap dan dalam keadaan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Allah mengatakan,
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورࣰا
“Dan sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu yang harus diwaspadai.”
Ayat ini menunjukkan bahwasanya ada diantara orang-orang musyrikin, yang mereka mengagung-agungkan orang-orang yang shalih. Padahal orang-orang shalih tersebut, mereka juga saling berlomba untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka juga takut dengan adzab Allah dan mereka juga mengharap rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Qawa’idul Arba’]