1. Dakwah dimulai dari keluarga seperti istri, anak, orang tua, kaum kerabat, sebelum seseorang mendakwahi yang lain, karena sebagian dia sangat semangat mendakwahi orang lain memberikan waktu yang banyak kepada mereka tetapi dia melupakan keluarganya sendiri, menyia-nyiakan mereka, dan membiarkan mereka lalai dan jahil tentang agamanya.
Oleh karena itu hendaklah masing-masing bertakwa kepada Allah dan bertanya apa yang sudah dia lakukan untuk keluarganya, sudahkah dia memberikan kepada mereka hak mereka khususnya di dalam pendidikan agama, menyuruh mereka berbuat taat, dan melarang mereka dari kemaksiatan, ataukah dia dalam keadaan lalai dari yang demikian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjaga diri kalian dan keluarga kalian dari neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, di dalamnya ada malaikat yang keras lagi kasar, mereka tidak memaksiati Allah di dalam apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.”
Maka hendaklah seseorang memperhatikan keluarganya sebelum yang lain, mendakwahi mereka, dan bersabar atas gangguan mereka.
2. Pentingnya di dalam dakwah, seseorang mengingatkan tentang adzab Allah dan datangnya perhitungan amal.
3. Hendaknya seseorang merasa bahagia dan bangga beragama Islam dan melaksanakan syari’at-nya dan tidak merasa malu dengan agama ini.
4. Ucapan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam “Ya Shobahah” adalah ucapan yang sering diucapkan oleh orang-orang jahiliyyah dan biasanya sambil mengucapkan ucapan ini mereka telanjang dan melumurkan tanah di badan mereka dengan tujuan supaya manusia berkumpul dan mengabarkan tentang bahaya yang mengancam, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukan demikian, yaitu tidak melakukan telanjang dan melumurkan tanah di badan, karena kebiasaan tersebut bertentangan dengan syari’at yang menyuruh kita untuk menutup aurat.
Demikian pula seorang muslim hendaklah dia memilih diantara adat istiadat yang tidak bertentangan dengan syari’at.