Materi HSI pada halaqah ke-45 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan kedua ma’rifatu dinil islam bil adillah dalil rikun iman yang enam.
Kemudian setelahnya beliau menyebutkan tentang dalil Rukun Iman yang enam ini.
Beliau mendatangkan dalil,
والدليل على هذه الأركان الستة قوله تعالى: لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ [البقرة:177]
“Bukanlah kebaikan itu kalian memalingkan wajah-wajah kalian ke timur ataupun ke barat akan tetapi yang dimaksud dengan kebaikan (الْبِرَّ) adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan malaikat dan juga kitab dan para Nabi.” [QS. Al-Baqarah 177]
Syahidnya di sini adalah وَلَـكِنَّ الْبِرَّ akan tetapi kebaikan (intinya) adalah beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab, dan para nabi. Ayat ini berkaitan tentang orang-orang Yahudi
ketika kiblat kaum muslimin berpindah dari masjidil Aqsa ke masjidil Haram, mereka menertawakan kaum muslimin. Kemudian Allah menamakan mereka sebagai ٱلسُّفَهَآءُ.
سَيَقُولُ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّىٰهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ ٱلَّتِى كَانُوا۟ عَلَيْهَا
“Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” [QS. Al-Baqarah:142]
Sebelumnya orang-orang Yahudi senang, mereka gembira melihat kiblat kaum muslimin sama dengan kiblat mereka. Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam saat itu ingin kiblat kaum muslimin pindah ke masjidil Haram. Alasannya:
- Beliau termasuk Ahlu Mekkah, sejak kecil beliau dekat dengan Baitullah dan Baitullah dibangun oleh bapak mereka yaitu Ibrahim.
- Beliau ingin menyelisihi orang-orang Yahudi.
Ketika Allah mengabulkan keinginan Beliauu, orang-orang Yahudi pun mencemooh kaum Muslimin dan menyepelekan kaum Muslimin. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’āla mengatakan,
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Bukan بِرَّ (birr) itu hanya sekedar masalah memalingkan wajah ke timur atau ke barat (ke Masjidil Aqsa atau ke Baitul Haram), bukan itu sebenarnya.
Birr (بِرَّ) /kebaikan itu adalah berimannya kita kepada Allah, ikutnya kita kepada Allah.
Sebelumnya kiblat orang Islam adalah ke Masjidil Aqsa kemudian berpindah ke Masjidil Haram.
Kenapa kiblat mereka pindah?
Karena iman mereka kepada Allah. Itulah Al-Birr (الْبِرَّ) bukan hanya sekedar memalingkan wajah ke masjidil Haram atau ke masjidil Aqsa.
Iman yang ada di dalam hati, itu yang Allah hitung.
وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ
Al-Birr (kebaikan) yang sebenarnya adalah beriman kepada Allah seperti yang dilakukan oleh kaum muslimin.
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Di dalam ayat ini hanya disebutkan lima perkara, beriman kepada Allah, beriman kepada Hari Akhir, beriman kepada Malaikat, beriman kepada Kitab, dan beriman kepada Nabi. Kemudian beliau rahimahullah mendatangkan ayat lain yang di dalamnya disebutkan tentang Iman dengan takdir.
Dan dalil tentang takdir adalah firman Allah,
ودليل القدر قوله تعالى: إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ [القمر:49]
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” [QS. Al-Qamar:49]
Ini dijadikan oleh ulama sebagai dalil bahwasanya Allah يقدر (yuqaddir).
Sebelum Allah menciptakan, Allah takdirkan terlebih dahulu. Allah tentukan terlebih dahulu kebaikan juga kejelekan, kemudian setelah itu Allah menciptakan.
سَبِّحِ ٱسْمَ رَبِّكَ ٱلْأَعْلَى ۞ ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ ۞ وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya). Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” [QS. Al-A’la :1-3]
Dan Allah mengatakan,
وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍۢ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًۭا
“Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” [QS. Al Furqon: 2]
Ini adalah dalil tentang beriman dengan takdir dan ayat-ayat Allah itu saling melengkapi satu dengan yang lain.
Sebagaimana kita beriman dengan lima Rukun Iman yang disebutkan di dalam Surat Al-Baqarah ayat 177. Demikian pula kita beriman dengan takdir yang Allah sebutkan di dalam ayat-ayat lain. Dan kita harus beriman dengan semuanya.
Jangan seperti Ahlul Kitab yang mereka beriman dengan sebagian yang ada di dalam kitab dan dia kufur dengan sebagian yang lain.
تُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ ٱلْكِتَـٰبِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍۢ
“Mereka beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain.” [QS. Al-Baqarah 85]
Kita orang yang beriman,
ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّۭ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا
“Kami beriman dan semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” [QS. ALI Imran: 7]
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]