Home » Halaqah 46: Bab 06 Tentang Keluar dari Penamaan Islam – Pembahasan Dalil Keempat Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim

Halaqah 46: Bab 06 Tentang Keluar dari Penamaan Islam – Pembahasan Dalil Keempat Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim

Halaqah yang ke-46 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan,
وفيه: أبدعوى الجاهلية وأنا بين أظهركم؟
Dan didalamnya (mungkin kembali kepada Hadits yang shahih) atau maksudnya adalah didalam Hadits yang diriwayatkan Bukhori & juga Muslim .
أبدعوى الجاهلية وأنا بين أظهركم؟
Ini Hadits yang lain, jika Hadits yang sebelumnya
من فارق الجماعة شبرا فمات فميتته جاهلية
Ini adalah haditsnya Abdullah Ibnu Abbas, adapun hadits yang dimaksud oleh beliau disini – أبدعوى الجاهلية – maka yang dimaksud adalah haditsnya Jabir Ibnu Abdillah, dari mana kita tahu ini hadits yang dimaksud oleh pengarang di sini, pertama beliau mengatakan – وفيه – maksudnya adalah didalam hadits yang shahih yang tadi kita sebutkan bisa didalam Hadits yang shahih atau didalam Hadits yang juga diriwayatkan oleh Bukhori dan juga Muslim.
Kemudian kita melihat penjelasan dari Ibnu Taimiyyah yang dinukil oleh beliau disini karena beliau setelah mendatangkan hadits Ini, beliau mendatangkan ucapan Ibnu Taimiyyah & disini beliau menyebutkan sebuah hadits yaitu adanya kasus yang hampir menjadikan disana perseteruan antara muhajirin & anshor. Haditsnya
أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ غَزَوْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kami berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
وَقَدْ ثَابَ مَعَهُ نَاسٌ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ حَتَّى كَثُرُوا وَكَانَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ رَجُلٌ لَعَّابٌ فَكَسَعَ أَنْصَارِيًّا
Dan telah pergi bersama beliau beberapa orang dari kalangan Muhajirin sehingga mereka banyak (banyak berkumpul orang² Muhajirin), diantara orang² Muhajirin tersebut ada seorang laki² yang la’ab (suka bermain)
فَكَسَعَ أَنْصَارِيًّا
Maka dia memukul dubur dari orang Anshor tadi (mungkin mencolek) & dia adalah rajulun yang la’ab (suka bercanda) -al Kasa – mungkin memukul dengan tangannya atau dengan kakinya (ditendang pantatnya dengan kaki atau dipukul dengan tangannya) – – ada yang mengatakan dia adalah memukul makna nya sama pantat – bil kodam – dengan kakinya
Apa yang terjadi
فَغَضِبَ الْأَنْصَارِيُّ غَضَبًا شَدِيدًا
Maka orang Anshor tadi marah dengan marah yang sangat – حَتَّى تَدَاعَوْا – sampai akhirnya mereka saling memanggil satu dengan yang lain
وَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ يَا لَلْأَنْصَارِ وَقَالَ الْمُهَاجِرِيُّ يَا لَلْمُهَاجِرِينَ
Berkata orang Anshor Ini – yaitu memanggil orang² Anshor “wahai orang² Anshor”
Berkata orang Muhajirin tadi – – “wahai orang² Muhajirin”
Jadi orang Anshor tadi memanggil kawan²nya dari golongan Anshor & orang Muhajirin memanggil kawan²nya Muhajirin,
فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَالُ دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar (mungkin keluar dari kemah nya) kemudian beliau mengatakan
مَا بَالُ دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ
“kenapa kalian mengajak ajakan orang² ahli jahiliyyah” karena mereka dahulu taasubnya bukan kepada agama Islam tapi taasubnya adalah kepada qobilah ya quraisy, ya fulan, qobilah fulan bin fulan yang mereka seru adalah bukan kepada Islam tapi taasub terhadap golongan-kesukuan maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendengar
يَا لَلْمُهَاجِرِينَ … يَا لَلْأَنْصَارِ
Beliau keluar & mengatakan kenapa kalian masih menyeru kepada seruan ahlu jahiliyyah, wala dan baro nya bukan kepada Islam
ثُمَّ قَالَ مَا شَأْنُهُمْ
Kemudian beliau menyebutkan tentang apa yang terjadi diantara mereka
فَأُخْبِرَ بِكَسْعَةِ الْمُهَاجِرِيِّ الْأَنْصَارِيَّ
Kemudian beliau dikabarkan tentang apa yang terjadi
(ada seorang Muhajirin dia memukul/menendang pantatnya seorang Anshor)
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهَا فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan tinggalkan ini karena sesungguhnya adalah jelek (busuk). Maksudnya adalah ta’asub dengan selain Islam meskipun itu ta’asub terhadap Muhajirin & Anshor yang mereka adalah laqob² ini ada didalam Al Quran tapi kalau menggunakan laqob² tersebut Muhajirin & juga Anshor & menjadikan dia ta’asub bukan kepada Islam tapi kepada orangnya, kalau ta’asubnya terhadap Islam orang Anshor juga Islam orang Muhajirin juga Islam, kenapa dia memanggil Ya Ahlal Anshor/Muhajirin, berarti disini ta’asubnya bukan kepada Islam tapi kepada orangnya, karena sama² Muhajirin karena ta’asubnya dengan Muhajirin.
Kalau Taasubnya adalah benar yaitu Ta’asubnya adalah kepada Islam maka dia memandang juga Anshor karena Anshor juga Muslimin & juga sebaliknya. Maka dakwah seperti ini dakwah kepada selain Islam tapi kepada golongan kepada orang per orang selain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini adalah dakwah jahiliyyah disifati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ
Ini adalah perkara yang jelek/busuk.
Didalam shahih Muslim
كن مع النبي صلى الله عليه وسلم في غزات
Ini adalah didalam sebuah peperangan
فكسع رجل من المهاجرين رجل من الأنصاري فقال الأنصاري يا للأنصار فقَالَ الْمُهَاجِرِيُّ يَا لَلْمُهَاجِرِينَ فقال رسول الله shallallahu ‘alaihi wasallam ما بال دعوى الجاهلية
Kalau tadi
ما بال دعوى أهل الجاهلية
قالوا يا رسول الله كسع رجل من الْمُهَاجِرِين رجلا من الأنصار فقال دعوها فإنها منتنة فسمع بذلك عبد الله بن أبي فقال فعلوها أما والله لئن رجعنا إلى المدينته ليخرجن الأعز منها الأذل..
Itu adalah kisah yang sebenernya sebagaimana kisah ini diisyaratkan didalam nukilan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Setelahnya.
Jadi lafadz (shahih Muslim)
ما بال دعوى الجاهلية
Di dalam shahih Bukhori
ما بال دعوى أهل الجاهلية
Tidak ada kalimat – وأنا بين أظهركم – mungkin disini beliau karena menukil dari ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah & syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan – أبدعوى الجاهلية وأنا بين أظهركم؟ – akhirnya beliau mengikuti & khusnudzon terhadap syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang lafadz Ini, dan ini pentingnya kita (jika sebagai thulabul ilmu) maka jika Kita masih bisa kembali kepada nukilan yang ada didalam kitab asalnya itu lebih baik, karena disana terkadang pengarang menukil dengan makna mungkin benar mungkin salah.
Jadi kalau kita bisa kembali kepada asalnya maka ini lebih baik.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top