Halaqah yang ke-49 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Insya Allah kita lanjutkan dan masuk pada pembahasan yang baru yaitu dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifatul Maji’ wal Ityan, artinya adalah sifat datang bagi Allah subhanahu wata’ala dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat akan datang, yaitu datang untuk mengadili diantara para hamba hamba-Nya untuk fashlu qadha, untuk mengadili diantara mereka. Diantara ayat yang beliau datangkan disini adalah firman Allah subhanahu wata’ala
وَقَولُهُ:ِهَلْ يَنظُرُونَ إِلاَّ أَن يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلآئِكَةُ وَقُضِيَ الأَمْرُ
Tidaklah mereka menunggu, nadzhara kalau setelahnya adalah maful bihi langsung maka maknanya adalah menunggu, tapi kalau nadzhara ila maknanya adalah melihat dengan kedua mata,
وُجُوهٞ يَوۡمَئِذٖ نَّاضِرَةٌ ٢٢
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ ٢٣
berarti disini nadzhara ila melihat kepada dengan mata, kemudian disana ada nadzhara fi hi, maka yang di maksud adalah memperhatikan atau mencermati nadzhartu fi kalami fulan, aku mencermati ucapan si fulan. Disini nadzhara langsung kepada maf’ul bihnya, maka maknanya menunggu.
هَلْ يَنظُرُونَ إِلاَّ أَن يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ
Tidaklah mereka menunggu kecuali kedatangan Allah subhanahu wata’ala, ini orang-orang kafir ketika mereka melakukan kekufuran ketahuilah bahwasanya mereka tidak akan berhenti di dunia saja, di sana ada adzab yang akan datang kepada mereka disana akan ada hisab, Allah subhanahu wata’ala tidak menciptakan manusia dalam keadaan tidak diperintahkan dan tidak dilarang dan tidak dihisab, Allah subhanahu wata’ala tidak menciptakan mereka dalam keadaan abatsan, tidak menciptakan mereka dalam keadaan sudan, maksudnya adalah sia-sia tidak diperintah dan tidak dilarang, akan ada disana hisab.
Maka mereka ini orang-orang kuffar yang sudah mati maupun yang masih hidup tidaklah menunggu kecuali kedatangan Allah subhanahu wata’ala yaitu ketika Allah subhanahu wata’ala akan menghisab manusia di padang mahsyar dan di sini syahidnya
أَن يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ
Siapa yang datang di sini, Allah subhanahu wata’ala, akan datang kepada mereka untuk menghisab mereka
فِي ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَام
Di dalam ظُلَلٍ yaitu bayangan, مِّنَ الْغَمَام dari awan yang putih, artinya ketika akan dijelaskan setelahnya, jika Allah subhanahu wata’ala datang maka terbelah langit kemudian muncul di sana غَمَام yang tidak mengetahui besarnya kecuali Allah subhanahu wata’ala, awan yang putih yang sangat besar yang tidak mengetahui besarnya kecuali Allah subhanahu wata’ala.
Ini menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat Al-I’tiyan, yaitu Allah subhanahu wata’ala datang, bagaimana datangnya Allah subhanahu wata’ala, sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan datangnya manusia, sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata’ala.
وَالْمَلآئِكَة
Dan juga para malaikat, artinya para malaikat juga akan datang, Allah subhanahu wata’ala bukan hanya mengumpulkan manusia dan juga jin dan juga hewan-hewan tapi Allah subhanahu wata’ala akan juga mengumpulkan seluruh malaikat, Allah subhanahu wata’ala Dia-lah Al-Malik, Dia-lah Raja yang sebenarnya. Allah subhanahu wata’ala kumpulkan di hari tersebut semuanya Al-Awwalin Wal-Akhirin, yang pertama maupun yang akan datang semuanya akan dikumpulkan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan ini adalah perkumpulan yang sangat besar, malaikat berapa jumlah mereka, manusia dari awal sampai akhir berapa jumlah mereka, jin berapa jumlah mereka, hewan-hewan semuanya dikumpulkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan semuanya dalam keadaan khusyuk, dalam keadaan diam, laa yatakallamuun mereka tidak berbicara kecuali orang yang Allah subhanahu wata’ala izinkan. Diantara ucapan Allah subhanahu wata’ala saat itu adalah
أنا الملك أنا الديان
Aku-lah Raja yang sebenarnya dan Aku-lah Ad-Dayyan (Aku-lah yang akan menghisab / Aku-lah yang akan menghitung).
Makhluk sebanyak itu semuanya akan dihisab oleh Allah subhanahu wata’ala, akan dihitung satu per satu amalannya yang baik maupun yang buruk, dan yang demikian adalah
عَلَى ٱللَّهِ يَسِير
Adalah sesuatu yang sangat mudah bagi Allah subhanahu wata’ala, menghitung satu orang sama dengan menghitung miliaran bahkan triliunan manusia dan jin, Allah سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ, Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang sangat cepat perhitungan-Nya, teliti, tidak ada yang ketinggalan dan dihitung oleh Allah subhanahu wata’ala dengan sangat cepat, tidak ada yang terdzolimi di antara mereka. Maka ini sesuatu yang sangat mengerikan bagi orang-orang yang lalai di dunia, menyangka bahwasanya hartanya itulah yang akan mengekalkan dia, jabatan dia itu akan mengekalkan dia
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ
Adapun orang yang mereka mengambil kitabnya dengan tangan kanannya maka dia mengatakan silakan kalian baca kitabku, dengan kebahagian dan kegembiraan dia mengucapkan ucapan ini
فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ ١٩
إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠
Aku dulu meyakini bahwasanya aku akan menemui hisab ini. Sehingga dia berhati-hati dalam kehidupan dunia, hati-hati dalam mencari rezeki, hati-hati dalam berbicara, hati-hati dalam beramal, karena dia tahu bahwasanya dia akan hisab oleh Allah subhanahu wata’ala
إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠
فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٢١
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٖ ٢٢
قُطُوفُهَا دَانِيَةٞ ٢٣
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيَٓٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ
Makanlah dan minumlah kalian dengan apa yang kalian kerjakan dahulu
فِي ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ٢٤
di hari-hari yang telah berlalu, yaitu kalian mengisi kehidupan kalian dan umur kalian dengan ibadah.
Tapi bagaimana dengan orang yang mengambil kitabnya dengan tangan kirinya
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥
Dia mengambil kitabnya dengan tangan kirinya, dia mengatakan seandainya aku tidak mengambil kitabku
وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦
Dan aku tidak tahu tentang hisabku
يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧
Seandainya kematian itu yang mengakhiri semuanya
مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨
Tidak bermanfaat bagiku hartaku
هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩
Dan kekuasaanku, jabatanku semuanya sudah lenyap, tidak bermanfaat dihari tersebut.
Maka orang yang gembira saat itu adalah orang yang meyakini tentang hisab di hari tersebut, tapi orang-orang yang kuffar yang mereka tidak meyakini hisab dan mereka sembarangan dan semaunya di dalam kehidupan ini mengikuti hawa nafsunya, makan semaunya, bangun semaunya, tidur semaunya, berzina semaunya, tidak ada aturan, maka apa yang terjadi bagi mereka di hari tersebut? tentunya bencana, orang yang tidak beriman dengan hari akhir.
وَالْمَلآئِكَة
Dan para malaikat di hari tersebut juga mereka datang. Datangnya malaikat sesuai dengan keadaan dia dan datangnya Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan kesempurnaan Allah subhanahu wata’ala
وَقُضِيَ الأَمْرُ
Setelah itu akan diputuskan seluruh perkara, yaitu akan dihisab manusia, ini menunjukkan bahwasanya datangnya Allah subhanahu wata’ala adalah untuk bi fashlil qadha saat itu untuk menghitung dan menghisab manusia.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]