Halaqah yang ke-55 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Disini beliau akan membawakan untuk kita beberapa ayat yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang memiliki sifat mendengar dengan pendengaran yang haqiqi sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata’ala.
Dalil yang pertama
وَقَوْلُهُ
Yaitu firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Mujadilah atau Al-Mujadalah, kalau Al-Mujadilah berarti orangnya yaitu seorang wanita yang berbicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi kalau Al-Mujadalah Allahu A’lam ini adalah mashdar ‘ala wazan مفاعلة, Allah subhanahu wata’ala mengatakan yang artinya sungguh Allah subhanahu wata’ala telah mendengar قد disini litta’kid yaitu sungguh-sungguh dan سَمِعَ ini adalah fi’il madhi menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala di antara sifatnya adalah sifat السمع ditunjukkan oleh fi’il madhi ini, ini adalah sifat Dzatiyah karena Allah subhanahu wata’ala senantiasa bersifat dengannya, قَدۡ سَمِع ini adalah sifat dzatiyah bagi Allah subhanahu wata’ala.
قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ
Allah subhanahu wata’ala telah mendengar atau sungguh-sungguh mendengar ucapan dari seorang wanita yang تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا mendebat mu tentang suaminya, جادل – يجادل – مجادلة mendebatmu atau berbicara denganmu atau bertukar pembicaraan denganmu. Dia berbicara tentang suaminya di mana wanita tersebut adalah Khaulah, dia adalah Khaulah binti Tsa’labah dan suaminya adalah Aus Ibnu Shamit radhiallahu ta’ala ‘anhum jami’an, dimana Aus telah mengucapkan ucapan yang dinamakan dengan dzihar berasal dari kata ظهر yaitu punggung, yaitu seorang laki-laki mengatakan kepada istrinya engkau bagiku seperti punggung ibuku yang maksudnya engkau jadi haram, engkau adalah haram bagiku padahal itu adalah istrinya sendiri dan ini adalah ucapan yang tidak boleh demikian.
Dulu dizaman jahiliyah yang namanya dzihar ucapan seperti ini dianggap sebagai talak perceraian namun dalam Islam Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dalam surat Al-Mujadilah ini bahwasanya ini bukan berarti talak tapi ini perkara yang tidak boleh, dusta, bagaimana istrinya yang sudah dihalalkan oleh Allah subhanahu wata’ala kemudian dianggap itu seperti ibunya sendiri sehingga tidak boleh didatangi dan didalam Islam ada kaffarah, sesuatu yang digunakan untuk menebus dan kaffarah yang ada dalam dzihar ini adalah kaffarah yang mughalladzah, kaffaroh yang keras dan berat.
Disebuah riwayat disebutkan bahwasanya ayat ini turun tentang kisah Khaulah bintu Tsa’labah dan beliau saat itu adalah istri dari Aus Ibnu Shamit, dan diceritakan dalam sebuah riwayat tadi bahwasanya beliau adalah seorang wanita yang bagus badannya namun ketika saat itu Aus menginginkan beliau maka Khaula saat itu menolaknya sehingga marahlah Aus Ibnu Shamit dan mengatakan
أنت علي كظهر أمي
Engkau atasku seperti punggung ibuku, kemudian Aus menyesal atas apa yang dia ucapkan tadi. Dan dahulu yang namanya dzihar ini termasuk dianggap talak di zaman jahiliyah, kemudian berkatalah Aus kepada istrinya ini dalam keadaan menyesal
ما أظنك إلا قد حرامت علي
Aku tidak menyangka kecuali engkau ini sudah diharamkan atasku, kemudian wanita ini mengatakan
والله ما ذاك طلاق
Demi Allah subhanahu wata’ala ini bukan talaq
وأتت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وعائشة رضي الله عنها تغسل شق رأسه
maka wanita ini mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena perkara yang besar bagi seorang wanita ketika dicerai oleh suaminya, kalau misalnya pernyataan tadi adalah dianggap sebagai sebuah perceraian tentunya ini adalah perkara yang besar, mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan saat itu Aisyah sedang membersihkan kepala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian wanita ini berkata wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
إن زوجي أوس بن الصامت تزوجني وأنا شابة غنية ذات مال وأهل حتى إذا أكل مالي وأفنى شبابي وتفرق أهلي وكبر سني ظاهر مني
Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya suamiku yaitu Aus Ibn Shamit menikahi aku dan aku saat itu sebagai seorang wanita yang masih sangat muda belia dan seorang wanita yang memiliki harta dan memiliki keluarga, hidup nyaman di tengah keluarganya, sehingga ketika dia sudah memakan hartaku dan juga sudah menghabiskan masa mudaku dan keluargaku sudah berpisah pisah dan umurku sudah semakin tua maka sekarang dia mendzihar diriku
وقد ندم
dan dia sudah menyesal
فهل من شيء يجمعني وإياه
Apakah di sana ada sebuah cara yang bisa mengumpulkan antara diriku dengan dia
فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
حرمت عليه
Engkau menjadi haram atasnya, yaitu dengan ucapan tadi maka dia diharamkan, tidak boleh bersentuhan, tidak boleh Aus mendatangi istrinya, apakah itu berarti cerai, tidak, disini beliau mengatakan
فقالت
Wanita tadi mengatakan
يا رسول الله والذي أنزل عليك الكتاب ما ذكر طلاقا وإنه أبو ولدي وأحب الناس إلي
Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam demi Dzat yang telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an, ما ذكر طلاقا Aus tidak menyebutkan perceraian dia cuma mengatakan أنت علي كظهر أمي, dan sesungguhnya dia adalah bapak dari anak-anakku dan orang yang paling aku cintai, ini dia menunjukkan bagaimana kecintaan dia dan sayangnya dia kepada Aus Ibnu Shamit
فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
حرمت عليه
Engkau telah haram atas dia
فقالت
maka wanita ini mengatakan ia dalam keadaan sangat bersedih
أشكو إلى الله فاقتي ووحدتي قد طالت صحبتي ونفضت له بطني
Aku mengadu kepada Allah subhanahu wata’ala tentang kefakiranku, dia sekarang menjadi seorang yang miskin, kalau dia cerai dengan suaminya dalam keadaan dia memiliki anak maka dia mengadukan perkara ini kepada Allah subhanahu wata’ala
ووحدتي
dan juga kesendirianku, tidak bersuami menurut dia ini, dia menganggap berarti terjadi perceraian padahal dia dalam keadaan miskin dan dia sudah lama menemani suaminya dan perutnya sudah membesar untuk suaminya
فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ما أراك إلا قد حرمت عليه
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan aku tidak melihat kecuali engkau ini sudah diharamkan atas dirinya
ولم أومر في شأنك بشيء
Aku tidak diperintahkan tentang perkaramu ini dengan sesuatu, artinya saat itu belum turun wahyu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
فجعلت تراجع رسول الله – صلى الله عليه وسلم
mulailah dia mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, artinya sangat berat bagi dia perpisahan ini, dia memikirkan anak-anaknya memikirkan kemiskinannya kesendiriannya maka dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali kemudian
وإذا قال لها رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : حرمت عليه هتفت
setiap kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan engkau sudah diharamkan atas suamimu maka dia berkata
أشكو إلى الله فاقتي وشدة حالي وإن لي صبية صغارا إن ضممتهم إليه ضاعوا وإن ضممتهم إلي جاعوا
Aku mengadukan perkara ini kepada Allah subhanahu wata’ala, mengadukan kemiskinanku mengadukan susahnya diriku keadaan diriku dan aku memiliki anak-anak yang masih kecil, kalau aku serahkan dia kepada Aus maka mereka akan tersia-sia, yaitu mungkin tidak keurus misalnya meskipun Aus punya harta misalnya,
وإن ضممتهم إلي جاعوا
tapi kalau aku bawa maka mereka akan kelaparan, karena aku bukan seorang yang memiliki harta banyak
وجعلت ترفع رأسها إلى السماء
mulailah dia mengangkat kepalanya kelangit, menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala berada di atas, mengadukan keadaan dirinya kepada Allah subhanahu wata’ala
وتقول : اللهم إني أشكو إليك
Ya Allah subhanahu wata’ala aku mengadukan kesusahan diriku kepada-Mu
اللهم فأنزل على لسان نبيك ، وكان هذا أول ظهار في الإسلام
Kemudian dia mengatakan Ya Allah subhanahu wata’ala turunkanlah sesuatu atas lisan Nabi-Mu, yaitu tentang urusan dia ini, wahyu yang berkaitan dengan masalah dia ini
فقامت عائشة تغسل شق رأسه الآخر
maka ‘Aisyah Radiallahu ta’ala anha berdiri untuk membersihkan kepala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bagian yang lain
فقالت : انظر في أمري جعلني الله فداءك يا نبي الله
Kemudian dia mengatakan lihatlah urusanku ini semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan aku sebagai tebusannya wahai Nabi Allah subhanahu wata’ala
فقالت عائشة : أقصري حديثك ومجادلتك أما ترين وجه رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ؟
Jadi wanita ini banyak berbicara saat itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan dia sedih dalam keadaan dia khawatir dengan keadaan anak-anaknya maka ‘Aisyah mengatakan perpendeklah ucapanmu dan debatmu apakah engkau tidak melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?
وكان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – إذا نزل عليه أخذه مثل السبات – فلما قضي الوحي قال لها : ادعي زوجك فدعته
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu diturunkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wahyu, ketika sudah selesai wahyu maka beliau berkata kepada Khaulah datangkan suamimu, kemudian dia memanggil suaminya
فتلا عليه رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” قد سمع الله قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا
kemudian beliau membacakan قد سمع الله ini kepada suami istri tersebut
قالت عائشة : تبارك الذي وسع سمعه الأصوات كلها
ketika turunnya ayat ini yang berkaitan dengan wanita ini dan ‘Aisyah saat itu berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ‘Aisyah mengatakan Sungguh berbarokah Dzat yang pendengaran-Nya meliputi seluruh suara semuanya
إن المرأة لتحاور رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وأنا في ناحية البيت أسمع بعض كلامها ويخفى علي بعضه إذ أنزل الله : ” قد سمع الله ” الآيات
Sesungguhnya seorang wanita berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku berada di sebagian tempat di rumah, artinya dekat jaraknya, dekat dan tidak jauh, aku mendengar sebagian ucapannya dan sebagian yang lain samar bagiku kemudian Allah subhanahu wata’ala menurunkan Firman-Nya
قد سمع الله
sungguh Allah subhanahu wata’ala telah mendengar.
Syahidnya disini ‘Aisyah ingin mengatakan kepada kita bagaimana sifat As-Sam’ yang dimiliki oleh Allah subhanahu wata’ala yang sangat luar biasa yang sangat sempurna.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]