Halaqah yang ke-57 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Disini beliau akan membawakan untuk kita beberapa ayat yang menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Dia-lah yang memiliki sifat Mendengar dengan pendengaran yang haqiqi sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata’ala
وَقَوْلُه
Dan Firman Allah subhanahu wata’ala
لَّقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء
Sungguh Allah subhanahu wata’ala telah mendengar ucapan orang-orang yang berkata, ini adalah ucapan orang-orang Yahudi أعداء الله (musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala) yang mengucapkan tentang diri Allah subhanahu wata’ala sesuatu yang tidak pantas bagi Allah subhanahu wata’ala, apa yang mereka katakan?
إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء
Mereka mengatakan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala faqir, yaitu miskin, kenapa mereka mengatakan yang demikian dan mengatakan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang kaya? Disana ada sebuah atsar, berkata orang Yahud
يا محمد ، افتقر ربك
Mereka orang yahudi mengatakan wahai Muhammad, Allah subhanahu wata’ala Robb mu telah menjadi faqir
سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يَقُولُونَ
Maha Suci Allah subhanahu wata’ala dari apa yang mereka ucapkan. Mereka mengatakan
يسأل عباده القرض
Karena dia telah meminta hamba-hamba-Nya untuk dipinjami, karena Allah subhanahu wata’ala mengatakan
من يقرض الله قرضا حسنا
مَّن ذَا ٱلَّذِي يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗا
Aqradh artinya adalah yang meminjami, dan maknanya yang benar barangsiapa yang berinfaq fisabilillah, adapun orang-orang Yahudi yang mereka memang di dalam hati mereka penuh dengan penyakit, ketika Allah subhanahu wata’ala mengabarkan tentang keutamaan orang yang berinfaq dan dikatakan oleh Allah subhanahu wata’ala meminjami kepada Allah subhanahu wata’ala, maksudnya Allah subhanahu wata’ala akan membalas uang yang mereka infaqkan tadi shadaqah yang mereka lakukan tadi dengan kebaikan, tidak akan disia-siakan disisi oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ini bukan berarti Allah subhanahu wata’ala membutuhkan uang tadi, uang tadi diinfaqkan diberikan pahala oleh Allah subhanahu wata’ala dan pahalanya kembali kepada diri kita sendiri, adapun Allah subhanahu wata’ala maka Dia-lah yang Maha Kaya. Seandainya seluruh makhluk semuanya menjadi orang yang kafir dan sangat kuat kekafirannya ini tidak akan mengurangi kekayaan Allah subhanahu wata’ala dan tidak akan mengurangi kekuasaan Allah subhanahu wata’ala, itu hanya memudhoroti diri mereka sendiri, dan seandainya seluruh penduduk bumi ini mereka bertaqwa maka tidak akan menambah kekayaan Allah subhanahu wata’ala sedikitpun.
Bukan karena Allah subhanahu wata’ala membutuhkan uang yang mereka infaqkan, mereka yang butuh, Allah subhanahu wata’ala menyuruh mereka untuk berinfaq adalah untuk kebaikan mereka sendiri, supaya berkah hartanya kemudian bermanfaat bagi kaum muslimin yang lain, mereka juga mendapatkan pahala, hilang rasa cinta yang terlalu berat terhadap dunia dan seterusnya, kemudian juga adanya saling mencintai antara seorang yang faqir dengan yang miskin, untuk kebaikan mereka sendiri.
Tapi yang dipahami oleh orang Yahudi yang memang mereka ada penyakit, mengatakan ucapan ini, Robbmu telah menjadi miskin sehingga Dia menyuruh hamba-hamba-Nya untuk meminjami
فأنزل الله
Maka Allah subhanahu wata’ala menurunkan ayat ini
لقد سمع الله
Sungguh Allah subhanahu wata’ala telah mendengar
قول الذين قالوا
Ucapan orang-orang yang mengatakan
إن الله فقير ونحن أغنياء
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala faqir dan kami adalah yang kaya.
Syahidnya disini adalah sami’, sami’ yang pertama yaitu Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surah Al-Mujadilah atau Al-Mujadalah Allah subhanahu wata’ala mendengar ucapan seorang hamba yang sholihah maka di sini menunjukkan bagaimana Allah subhanahu wata’ala memperhatikan dia mengabulkan doanya dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui Maha Mendengar Maha Melihat, alhamdulillah yang telah memberikan taufik kepada kita menjadi seorang hamba bagi Dzat Yang Maha Mendengar sehingga ketika kita memiliki masalah kita ingin mengadukan sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala kapan saja dimana saja meskipun tidak didengar oleh orang lain tapi Allah subhanahu wata’ala Maha Mendengar apa yang kita ucapkan.
Dan Allah subhanahu wata’ala pada ayat yang selanjutnya ini لقد سمع الله, Allah subhanahu wata’ala juga mendengar ucapan musuh-musuh-Nya, ucapan hamba-hamba-Nya Allah subhanahu wata’ala Maha Mendengar sehingga ketika mereka berdoa dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan ucapan yang diucapkan oleh musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala Allah subhanahu wata’ala juga mendengarnya, tidak ada yang samar bagi Allah subhanahu wata’ala, apa yang diucapkan oleh orang Yahudi apa yang sedang dibicarakan oleh musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala di markas-markas mereka Allah subhanahu wata’ala mendengar, alhamdulillah kita tidak mendengar dan kita tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tapi kita yakin Allah subhanahu wata’ala mendengar apa yang mereka ucapkan.
Dan ini adalah ancaman bagi mereka bukan hanya sekedar khabar, Allah subhanahu wata’ala mendengar apa yang diucapkan oleh mereka, mendengar yang tujuannya adalah untuk ancaman, kalau Allah subhanahu wata’ala untuk mendengar apa yang mereka ucapkan maka kelak akan ada perhitungan dengan mereka, akan ditulis oleh Allah subhanahu wata’ala dan akan dibalas ucapan mereka ini kalau tidak didunia diakhirat. لقد سمع الله sungguh Allah subhanahu wata’ala telah mendengar ucapan orang-orang yang mengatakan sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala adalah
فقير ونحن أغنياء
Allah subhanahu wata’ala mengatakan setelahnya
سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ
Sungguh Kami akan menulis apa yang mereka ucapkan ini, ditulis oleh para malaikat-malaikat Allah subhanahu wata’ala tidak ada yang luput dari penulisan malaikat,
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ
Tidaklah dia mengucapkan sebuah ucapan kecuali disana ada malaikat yang mengawasinya, akan ditulis,
وَقَتْلَهُمُ الْأَنبِيَاءَ
Dan pembunuhan mereka terhadap para Nabi.
Apa yang mereka ucapkan tentang diri Allah subhanahu wata’ala ini adalah kekufuran, dan kekufuran-kekufuran selain itu seperti usaha mereka untuk membunuh sebagian nabi maka ini juga akan ditulis oleh Allah subhanahu wata’ala, mereka akan diadzab dengan sebab kekufuran-kekufuran tadi
وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Kemudian Kami akan berkata kepada mereka rasakanlah sekarang adzab yang membakar ini.
Jadi Allah subhanahu wata’ala mengabarkan kepada kita bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mendengar dan maksudnya adalah ancaman bagi mereka, maka orang-orang yang mereka berbicara tentang Allah بِغَيْرِ حَقٍّ hati-hati dengan ucapan mereka, Allah subhanahu wata’ala akan mencatat apa yang mereka ucapkan baik yang mereka katakan di media sosial ataupun yang mereka sembunyikan di antara mereka maka di sana ada malaikat-malaikat yang mencatat dan Allah subhanahu wata’ala mengancam orang-orang yang demikian.
Dan ini menjadikan kita semakin tenang sebagai seorang hamba Allah subhanahu wata’ala, tenang dan tidak merasa resah dengan makar-makar yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala dan ucapan-ucapan mereka, dan kita beramar ma’ruf nahi mungkar sesuai dengan kemampuan kita, selebihnya kita serahkan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Berarti di sini kita mengetahui bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mendengar semuanya baik ucapan hamba di antara hamba-hamba yang sholeh maupun ucapan musuh-musuh-Nya, maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]