Home » Halaqah 61: Landasan Ke Tiga Ma’rifatu Nabiyyikum Muhammad: Dalil Misi Utama Diutusnya Nabi Muhammad (Bagian 4) – Makna وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُر dan Hikmah Diprioritaskannya Dakwah Tauhid

Halaqah 61: Landasan Ke Tiga Ma’rifatu Nabiyyikum Muhammad: Dalil Misi Utama Diutusnya Nabi Muhammad (Bagian 4) – Makna وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُر dan Hikmah Diprioritaskannya Dakwah Tauhid

Materi HSI pada halaqah ke-61 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan ketiga ma’rifatul nabiyyikum Muhammadin: dalil misi utama diutusnya nabi Muhammad bagian 4 makna dan hikmah diprioritaskannya dakwah tauhid.
Ayat yang selanjutnya,
وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥
Dan ٱلرُّجۡز hendaklah engkau tinggalkan. Kemudian beliau memberikan penjelasan apa makna ٱلرُّجۡز dan apa hubungan antara ayat yang ke-5 ini dengan dakwah tauhid.
ٱلرُّجۡز = الأَصنَام,
Yang dimaksud dengan rujz adalah ashnam yaitu berhala berhala, nama lain dari berhala adalah ٱلرُّجۡز.
فَٱهۡجُرۡ maka hendaklah engkau tinggalkan berhala-berhala tadi. Apa yang dimaksud dengan hajru arrujz, wa hajruha meninggalkan berhala.
Yang pertama adalah tarkuha, ditinggalkan, jangan mendekat kepada berhala-berhala tadi. Wa ahliha, dan meninggalkan orang-orang yang menyembah berhala tadi.
Tarkuha wa ahliha, meninggalkan berhala tadi dan juga meninggalkan orang-orang yang menyembah berhala tadi. Jadi bukan hanya meninggalkan berhalanya tapi masih bermesraan dengan orang-orang yang menyembah berhala, masih senang dengan mereka masih mencintai mereka.
Meninggalkan berhala tersebut dan juga meninggalkan orang-orang yang menyembah berhala. Kita tinggalkan mereka dan kita ganti mereka dengan orang-orang yang muwahhidin, yang hanya menyembah kepada Allah saja.
Walbaraatu minha wa ahliha, dan harus disertai dengan baraa, berlepas diri, meninggalkan, sepertinya dia lebih dekat kepada sesuatu yang dzohir. Walbaraatu minha, disini berkaitan dengan batinnya, kita harus berlepas diri, tidak ada hubungannya dengan rujz tadi dan juga orang-orang yang menyembah rujz. Dalam hatinya dia berlepas diri tidak ada hubungan sedikitpun dengan berhala-berhala tadi dan orang-orang yang menyembah berhala tadi.
Maka di sini ada al-wala’ wal bara’.
Jadi meninggalkan berhala bukan hanya meninggalkan fisiknya saja tapi ternyata di dalam hatinya masih ada loyal, kecintaan, masih ada niat untuk menolong berhala tadi dan orang-orang yang menyembah berhala tadi. Bukan hanya kita meninggalkan secara fisik tapi hati kita juga harus dijauhkan benar-benar dan harus kita berlepas diri dari berhala-berhala tadi dan orang-orang yang menyembah berhala tadi.
Wa adaawatuha wa ahliha, dan makna dari فَٱهۡجُرۡ adalah kita harus memerangi atau memusuhi, jadikan berhala-berhala tadi sebagai musuh dan orang-orang yang menyembah berhala tadi sebagai musuh.
Wa firoquha wa ahliha, dan kita harus firoq, menceraikan, kita harus meninggalkan berhala-berhala tadi, wa ahliha dan juga orang-orang yang menyembah berhala-berhala tadi.
Ini adalah makna-makna yang terkandung di dalam kalimat hajr, memboikot, harus ada kebencian di dalam hati berlepas diri, menjadikan itu sebagai musuh, kita tinggalkan dengan hati kita dan juga kita tinggalkan secara dzohir. Jangan kita dekat-dekat dengan berhala-berhala tadi dan jangan kita dekat-dekat dengan orang-orang yang menyembah berhala-berhala tadi. Ini semua masuk di dalam kalimat
وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ
Ayat yang ke dua, ke tiga, ke empat, ke lima, ternyata isinya adalah dakwah kepada tauhid. Inilah misi utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. dan ini adalah misi para nabi dan rasul sebelum Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Berapa tahun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. mendakwahkan manusia kepada Tauhid, apakah hanya 5 menit, seperti yang di katakan oleh sebagian, cukup kita mengajarkan manusia Tauhid 5 menit saja cukup, sisanya berbicara tentang demo, berbicara tentang politik, itu yang dibicarakan sampai berjam-jam dan di mana-mana itu yang dibicarakan.
Tauhid dianggap ringan oleh mereka, gampang mengajarkan manusia pembagian tauhid menjadi tiga, makna لا إله إلا الله, menganggap ini adalah suatu yang mudah. Beliau ingin menyampaikan di sini ternyata dakwah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. kepada tauhid bukan hanya sekedar waktu yang singkat, tapi Beliau berdakwah:
أخذ على هذا عشر سنين يدعو إلى التوحيد، وبعد العشر عرج به إلى السماء
Maksudnya isi dakwah Beliau demikian sebagaimana yang ada di dalam surat Al-Muddatsir tadi demikianlah yang Beliau dakwahkan, menjalankan perintah Allah.
Allah mengatakan:
قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢
وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣
maka beliau tegak mendakwahkan sebagaimana yang Allah perintahkan. Allah memerintahkan dakwah kepada Tauhid maka Beliau berdakwah kepada Tauhid. Selama 10 tahun Beliau menjalankan perintah Allah berdakwah kepada Tauhid. Berusaha untuk membersihkan awalnya adalah kota Makkah dari kesyirikan-kesyirikan, mengajak manusia masuk ke dalam agama Islam, Alhamdulillah satu meninggalkan kesyirikan, berarti berkurang kesyirikan ke dua ke tiga, Beliau melakukan ini semua berdakwah kepada Tauhid selama 10 tahun.
Mengapa para nabi dan rasul diperintahkan oleh Allah untuk memulai dakwahnya dengan Tauhid. Banyak hikmah yang ada di balik dimulainya dakwah kepada Tauhid ini.
Tauhid ini adalah modal untuk masuk ke dalam surga, modal masuk ke dalam surga adalah tauhid. Mustahil masuk ke dalam surga kecuali orang yang bertauhid. Meninggal dunia, sholat, puasa, zakat, dan seterusnya tidak bertauhid, mustahil dia masuk ke dalam surga.
Allah ﷻ mengatakan,
إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ
Barang siapa yang menyekutukan Allah, beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain Allah, maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya surga, diharamkan oleh Allah. Surga, خاص للمواحد, hanya untuk orang-orang yang mengesakan Allah, tidak mengesakan Allah tidak punya tiket.
مَنْ قال لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
Orang yang mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, mentauhidkan Allah, barulah dia bisa masuk ke dalam surga.
من لقي الله يشرك به شيئا دخل النا ومن لقيه لا يشرك به شيئا دخل الجنة
Barang siapa yang bertemu dengan Allah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk ke dalam surga.
Karena ini adalah tiket utama masuk ke dalam surga maka dahulukan sebelum yang lain.
Kemudian yang ke dua orang yang bertauhid kepada Allah maka ini menjadi sebab diampuni dosanya. Dia bertauhid maka ada harapan, seandainya dia memiliki dosa, diampuni oleh Allah dosa tersebut. Tapi kalau dia tidak bertauhid maka tidak akan diampuni dosanya.
Di dalam sebuah hadist qudsi Allah ta’ala mengatakan,
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا
Wahai anak Adam seandainya engkau datang kepada-Ku
بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا
Dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau bertemu, bertemu dengan Allah dalam keadaan dia tidak ada sedikitpun dosa yang berupa kesyirikan, dosanya banyak berlembar-lembar tapi tidak ada dosa yang berupa kesyirikan. Maka ini menjadi sebab
لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Aku akan mendatangi dirimu dengan ampunan dosa sepenuh bumi juga.
Dengan sebab karena dia datang tidak membawa dosa syirik. Dosanya banyak tapi karena tidak ada di situ satupun kesyirikan, Allah ampuni dosanya dengan sebab tauhid yang dia miliki.
Kenapa para nabi dan rasul mendakwahkan kepada Tauhid? Kalau mereka sudah kenal tauhid meskipun ada dosa yang mereka lakukan, riba, mencuri, berzina, itu memang dosa-dosa besar, tapi ketika tauhid sudah masuk kepada mereka, bertobat kepada Allah dari kesyirikan, bertauhid, maka ini ada harapan mereka akan diampuni oleh Allah ta’ala dengan sebab tauhid tadi.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top