Home » Halaqah 82: Landasan Ketiga Ma’rifatul Nabiyyikum Muhammadin – Rasulullah Diutus Untuk Seluruh Jinn dan Manusia (Bagian 3)

Halaqah 82: Landasan Ketiga Ma’rifatul Nabiyyikum Muhammadin – Rasulullah Diutus Untuk Seluruh Jinn dan Manusia (Bagian 3)

Materi HSI pada halaqah ke-82 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan ketiga ma’rifatul nabiyyikum Muhammadin: Rasulullah diutus untuk seluruh jinn dan manusia bagian 3.
Didalam sebuah hadist, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah mendengar tentang diriku, yaitu diutusnya diriku, seorang pun di antara umat ini baik dia adalah orang yahudi maupun orang nasrani kemudian dia tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya kemudian dia meninggal dunia, kecuali dia termasuk penduduk neraka.
Beliau awali ucapan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sumpah,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ash-shadiqul masduq, seandainya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bersumpah kita percaya dengan ucapan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kenapa beliau awali dengan sumpah, ingin menekankan apa yang beliau sampaikan, tidak semua ucapan beliau diawali dengan sumpah. Kalau beliau sampai mengawali dengan sumpah, berarti ini perkara yang besar.
Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah mendengar tentang diriku, yaitu diutusnya diriku, seorang pun di antara umat ini baik dia adalah orang yahudi maupun orang nasrani, mendengar kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keduanya mengaku sebagai pengikut para nabi, mengikuti Nabi Musa atau mengikuti Nabi ‘Isa dan Nabi Musa dan Nabi ‘Isa diutus oleh Allah subhanahu wata’ala juga.
Kemudian dia meninggal dunia, padahal sudah mendengar kedatangan nabi,
وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
kemudian dia tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya kecuali dia termasuk penduduk neraka.
Mendengar kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian meninggal dunia dan tidak beriman dengan risalah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, mengingkari risalah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak mau mengucapkan
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً الرَّسُولُ اللهِ
bersaksi bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Rasulullah tidak mau, maka dia tempat kembalinya adalah neraka, meskipun sebelumnya dia mengikuti seorang nabi, sudah selama bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun mungkin dia mengikuti seorang nabi dengan agama atau dengan kitab yang dibawa oleh Nabi tersebut, kalau setelah kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dia tidak beriman dengan risalah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maka tempat kembalinya adalah neraka.
Ini keadaan orang yang sebelumnya mengaku mengikuti Nabi kemudian setelahnya dia tidak beriman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena risalah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah umum untuk semuanya, bukan hanya untuk orang Arab saja tapi termasuk diantaranya Bani Israil, kewajiban mereka adalah beriman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jangankan umatnya, jangankan yahudinya dan juga nasraninya, seandainya Nabi yang mereka ikuti, dan mereka menganggap mereka adalah pengikutnya Nabi tersebut, sekarang masih hidup, maka Nabi tersebut wajib untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka masuk dalam kalimat الناس
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
Didalam sebuah hadist, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan tentang Nabi Musa ‘Alaihissalam, beliau mengatakan,
لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
Seandainya Nabi Musa ‘Alaihissalam dalam keadaan hidup, niscaya tidak akan luas bagi beliau kecuali harus mengikuti diriku.
Ini diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika saat itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Umar Bin Khatab ada lembaran bersama beliau dan itu adalah lembaran diantara lembaran-lembaran Taurat, maka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا بْنَ الخَطَّابِ؟
Apakah engkau dalam keadaan ragu wahai Umar Bin Khatab?
أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ؟
Bukankah aku telah datang dengan syariat ini, dengan syariat yang putih dan bersih?
لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي
Seandainya saudaraku, yaitu Musa, sekarang ini masih hidup, yang diturunkan kepada beliau Taurat ini seandainya dia masih hidup,
مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي
maka tidak luas bagi beliau kecuali harus mengikuti diriku.
Nabinya saja seandainya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka harus mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena risalah beliau adalah untuk seluruh manusia, bukan hanya sekedar untuk kaum beliau saja yaitu orang-orang arab tetapi untuk seluruh manusia, Sehingga di akhir zaman ketika Allah subhanahu wata’ala menurunkan Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam, karena beliau menemui zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendengar kedatangan Rasul yang terakhir, maka tidak luas bagi Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam kecuali harus mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga kelak beliau turun di akhir zaman dan syariat yang beliau pakai bukan syariatnya Bani Israil tapi beliau akan menggunakan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Cara shalatnya, cara hajinya, cara umrohnya, cara ibadahnya mengikuti cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan memakai cara yang telah diturunkan untuk Bani Israil.
Beliau adalah termasuk Bani Israil, tapi karena menemui syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau masuk di dalam kalimat الناس dan ini adalah janji yang sudah Allah subhanahu wata’ala ambil dari para Nabi dan juga para Rasul semuanya, bukan hanya Musa dan juga ‘Isa tapi seluruh para Rasul sudah dijanji oleh Allah subhanahu wata’ala kalau sampai menemui Rasul yang terakhir, menemui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kewajiban mereka adalah beriman dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan menolong beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Utsul Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top