Home » Halaqah 82: Penjelasan Umum Bab dan Pembahasan Dalil Pertama QS Ali Imran 65-67

Halaqah 82: Penjelasan Umum Bab dan Pembahasan Dalil Pertama QS Ali Imran 65-67

Halaqah yang ke-82 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿يَاأَهْلَ الكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ﴾ [آل عمران: 65] إِلَى قَوْلِهِ: ﴿وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ﴾ [آل عمران: 67]
Masih beliau akan berbicara tentang bahaya bid’ah. Diantara bahaya bid’ah ini bisa menyeret seseorang menjadi benci terhadap islam itu sendiri.
Awalnya, dan ini adalah tipu daya setan, dijadikan seseorang dihiasi diperindah sebuah amalan yang bid’ah kemudian akhirnya dia mengamalkan dan mengikuti bid’ah tersebut terus di bumbui dan dijadikan dia senang dengan kebid’ahan tadi, menganggapnya itu adalah baik lama kelamaan setan akan mengatakan kepadanya ternyata tidak sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga kamu bisa hidup nyaman, bisa ibadah dengan baik, buktinya dengan kamu melakukan bid’ah ini hidupmu juga tentram bahkan kamu mendapatkan ini dan itu ini menunjukkan bahwasanya Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini kamu tidak memerlukannya buktinya kamu melakukan bid’ah ini saja yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kamu mendapatkan faedah yang banyak.
Akhirnya apa, menjadikan dia mulai benci dengan Islam atau minimal dia merasa tidak perlu dengan Islam akhirnya kalau sudah demikian bisa menyeret seseorang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, melakukan sesuatu yang bukan hanya mengurangi Islam seseorang tapi juga membatalkan Islam seseorang. Demikian syaitan menyeret manusia kepada kekufuran kepada kesyirikan, diawali dengan bid’ah diakhiri dengan kekufuran, diawali dengan maksiat diakhiri dengan kekufuran dan seterusnya.
Apa yang terjadi pada kaumnya Nabi Nuh ‘alaihissalam awalnya adalah bid’ah, melakukan sesuatu yang mereka anggap itu adalah baik mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, membuat patung kemudian diberi nama patung tadi dengan nama-nama orang yang shaleh tujuannya supaya mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu wata’ala, mengingatkan mereka dari kelalaian. Akhirnya setelah berlalu waktu banyak orang yang tidak menuntut ilmu akhirnya dilupakan sebab tadi dan dikatakan kepada generasi tersebut bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung-patung ini adalah untuk mencari syafaat, akhirnya terjadilah kesyirikan.
Akibat dari awalnya adalah bid’ah dan diakhiri dengan kesyirikan, diakhiri dengan kekufuran. Maka ini menunjukkan tentang bahaya bid’ah, dia adalah dari baridu syirk, bisa menyampaikan seseorang kepada kesyirikan, cukuplah itu sebagai bahaya bagi bid’ah itu sendiri.
Apa hubungan antara bid’ah dengan firman Allah subhanahu wata’ala
أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَٰٓؤُاْ شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ
Seakan-akan dia berhak untuk membuat syariat padahal yang berhak untuk membuat syariat hanya Allah subhanahu wata’ala saja, ini sudah syirik di dalam tasyri’, kesirikan di dalam masalah tasyri’ meskipun dia tidak menyadari yang demikian, di sini beliau mendatangkan Firman Allah subhanahu wata’ala
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٦٥
هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ حَٰجَجۡتُمۡ فِيمَا لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞ فَلِمَ تُحَآجُّونَ فِيمَا لَيۡسَ لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٦٦
مَا كَانَ إِبۡرَٰهِيمُ يَهُودِيّٗا وَلَا نَصۡرَانِيّٗا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفٗا مُّسۡلِمٗا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٦٧ [ آل عمران:65-67]
65. Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
66. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. [Aali ‘Imran: 65-67]
Disini Allah subhanahu wata’ala berbicara kepada ahlul kitab yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani di mana masing-masing dari mereka sedang berdebat tentang Ibrahim. Orang Yahudi mengatakan Ibrahim di atas agama Yahudiyyah dan orang-orang Nasrani mengatakan bahwasanya Ibrahim berada di atas agama Nasrani. mereka sedang تُحَآجُّون, mereka sedang berhujjah, berdebat diantara mereka orang Yahudi mengatakan Ibrahim yang berada di atas agama kami dan orang Nasrani mengatakan Ibrahim di atas agama kami
لِمَ تُحَآجُّونَ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ
Dan dua pernyataan mereka ini adalah salah, baik ucapan orang Yahudi maupun orang Nasrani. Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِ
Padahal kalian tahu bahwasanya Taurat dan Injil, Taurat adalah sumber dasar agamanya orang-orang Yahudi adapun Injil maka ini dasar agamanya orang-orang Nasrani, bukankah Taurat dan juga Injil ini diturunkan setelah Ibrahim, jarak yang sangat lama antara turunnya Taurat dengan Ibrahim apalagi turunnya Injil dengan Ibrahim karena Injil datang setelah Taurat. Harusnya kalau Ibrahim adalah orang Yahudi atau di atas agama Yahudiyyah berarti Ibrahim datang setelah turunnya Taurat, kalau Ibrahim adalah beragama Nasraniyyah harusnya Ibrahim datang setelah turunnya Injil, secara akal demikian.
Seorang dinamakan muslim pengikutnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pengikutnya Al-Quran kalau dia datang setelah datangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia adalah seorang muslim pengikutnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, di atas Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِ
Dan tidaklah diturunkan Taurat dan juga Injil kecuali setelahnya
أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Apakah kalian tidak berakal.
Demikian sikap ahlul bathil mereka memiliki da’awa, memiliki pengakuan pengakuan yang kalau di teliti maka itu bertentangan dengan akal karena mereka mengucapkan yang demikian karena hanya sekedar hawa nafsu tidak berdasarkan dalil. Dari mana mereka mengatakan Ibrahim agamanya adalah yahudiyyah dan Ibrahim agamanya adalah nasraniya mereka tidak punya dalil sama sekali hanya sekedar pengakuan dan ini banyak sekali, karena mereka mengikuti hawa nafsu sekedar kita renungkan sedikit maka akan kita dapatkan apa yang menjadi dakwah mereka pengakuan mereka ini adalah sesuatu yang bathil itu sudah kaidah jangan kita minder dulu ketika mendengar syubhat dari orang-orang ahlul ahwa ahlul bidah, kok sepertinya ini adalah benar sepertinya ini adalah shahih, antum lihat antum teliti sedikit maka antum akan dapatkan kejelasan tentang bathilnya syubhat yang mereka lontarkan tersebut.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top