Halaqah yang ke-85 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Kemudian beliau mengatakan
وَفِيهِ حَدِيثُ الخَوَارِجِ وَقَدْ تَقَدَّمَ
Dan di dalamnya, yaitu di dalam bab ini, ada حَدِيثُ الخَوَارِجِ yang merupakan dalil tentang bahayanya bid’ah dan bahwasanya bid’ah ini bisa menyeret seseorang kepada kekufuran kebencian terhadap agama, وَقَدْ تَقَدَّمَ, dan حَدِيثُ الخَوَارِجِ yang disebutkan oleh beliau ini sudah berlalu pada bab sebelumnya yang berbunyi
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ ثُمَّ لَا يَعُودُونَ إليهِ
Mereka menjauh dari agama Islam kemudian mereka tidak kembali kepada agama Islam.
Hadits ini menunjukkan bagaimana bid’ah itu menjadikan seseorang benci terhadap Islam itu sendiri. Yang dilakukan oleh khawarij bid’ah, bid’ah tentang takfir murtakibi al kabira, ini adalah sesuatu yang bid’ah yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, khuruj al-hukam, ini juga sesuatu yang maksiat dan kalau dia menganggap ini adalah ibadah maka ini adalah suatu yang bid’ah.
Akhirnya menjadikan mereka bid’ah ini يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ menjadikan mereka menjauh dari Islam, membenci Islam itu sendiri ثُمَّ لَا يَعُودُونَ إليهِ kemudian mereka tidak kembali kepada Islam itu sendiri, maka ini maksud dari ucapan beliau
وَفِيهِ حَدِيثُ الخَوَارِجِ
yaitu yang telah berlalu ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ bahwasanya bid’ah ini bisa menyeret seseorang sehingga benci terhadap agama Islam itu sendiri akhirnya semakin jauh dan semakin membenci agama islam
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Sebagaimana sebuah anak panah itu keluar dari busurnya, keluar dari sasarannya, dan sudah kita sebutkan seperti anak panah yang keluar dari sasarannya masuk dari satu sisi kemudian keluar dari sisi yang lain ini tidak mungkin terjadi kecuali kalau panah tersebut adalah sangat cepat dan dia sangat tajam, menunjukkan tentang bahwasanya bid’ah ini bisa cepat atau menjadikan seseorang semakin menjauhi agama Islam, bahwasanya bid’ah ini bisa cepat menjauhkan seseorang dari agama Islam itu sendiri.
Berbeda dengan al-maksiah, di mana orangnya ini masih menyadari bahwasannya apa yang dilakukan adalah sebuah dosa, diingatkan sedikit maka dia akan kembali kepada agama Islam, adapun orang yang melakukan bid’ah maka semakin dia berijtihad di dalam bid’ahnya maka semakin dia jauh dari agama islam.
Syahidnya disini bahwasanya hadits tentang khawarij
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
menunjukkan bahwasanya bid’ah ini bisa membawa seseorang kepada sesuatu yang lebih parah daripada awalnya yaitu semakin dia jauh dari agama Islam bahkan bisa sampai mengeluarkan dia dari Islam. Sebagaimana sebagian ulama mereka ada yang mengkafirkan orang-orang khawarij karena melihat sebagian hadits yang kita sebutkan
كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
dan seterusnya sehingga sebagian ulama ada yang mengeluarkan mereka dari agama Islam. Meskipun pendapat yang shahih tidak demikian, mereka adalah muslimum dan mereka takut dari kekufuran.
Kemudian beliau mengatakan
وَفِي «الصَّحِيحِ»
Di dalam hadits yang shahih bahwasanya
أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ آلَ أَبِي [فُلَانٍ] لَيْسُوا لِي بِأَوْلِيَاءَ إِنَّمَا أَوْلِيَاء المتقون
Di dalam hadist yang sahih ini dalil yang lain,
أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ آلَ أَبِي [فُلَانٍ] لَيْسُوا لِي بِأَوْلِيَاءَ
Sesungguhnya keluarga Abi Fulan mereka bukan wali-waliku
إِنَّمَا أَوْلِيَاء المتقون
Sesungguhnya wali-waliku adalah orang-orang yang bertaqwa.
Didalam hadist ini Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwasanya آلَ أَبِي فُلَانٍ dan mereka ini adalah masih kerabat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka ini bukan wali-waliku maksudnya aku tidak mencintai mereka, karena أَوْلِيَاء jamak dari وَلِي berasal dari kata walayah dan makna walayah adalah al-mahabbah, al-wala’ wal-bara’ maksudnya adalah kecintaan dan juga berlepas diri
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا
Barangsiapa yang membenci waliku yaitu orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala, karena wali itu artinya adalah orang yang dekat, wala yalī artinya adalah yang paling dekat atau yang dekat, wali artinya adalah orang yang dekat dengan Allah subhanahu wata’ala yaitu orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan di sini bahwasanya keluarga abi fulan ini bukan wali-waliku karena keluarga atau kerabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak semuanya muslim, ada diantara mereka yang masih kuffar sehingga beliau mengatakan bahwasanya aku tidak mencintai mereka, karena yang namanya kecintaan yaitu berdasarkan ittiba’ mereka terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
إِنَّمَا أَوْلِيَاء المتقون
Sesungguhnya orang yang aku cintai adalah orang-orang yang bertaqwa.
Kenapa disini beliau mendatangkan hadist ini, apa hubungannya dengan bid’ah. Orang yang melakukan bid’ah maka mereka tidak mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan dengan sebab mereka tidak mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini menjadikan mereka tidak mendapatkan kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semakin besar dan semakin banyak mereka melakukan bid’ah semakin mereka jauh dari wala’nya, kecintaannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan di sini sampai keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri kalau mereka tidak mengikuti dan tidak beriman dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak akan mendapatkan kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meskipun itu keluarga beliau sendiri.
لَ أَبِي فُلَانٍ
Tidak disebutkan fulan di sini karena untuk menutupi, keluarga Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri seandainya tidak mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak mendapatkan kecintaan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bagaimana dengan selain keluarga Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. semakin seseorang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semakin dicintai tapi semakin seseorang tidak mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, melakukan bid’ah, maka akan semakin jauh dari kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi kalau sampai dia keluar dari agamanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka semakin dia jauh dari kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Siapa orang-orang yang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam cintai? siapa wali-wali Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam? Wali-wali Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang yang bertaqwa dan makna taqwa ini adalah kalimat yang jami’ disebutkan oleh Thalq bin Habib
أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ ، تَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ
Dia adalah melaksanakan perintah Allah subhanahu wata’ala diatas cahaya Allah subhanahu wata’ala karena mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala di atas cahaya Allah subhanahu wata’ala karena takut dengan azab Allah subhanahu wata’ala
Ini adalah makna taqwa, dua-duanya baik menjalankan perintah maupun menjauhi larangan ada kalimat عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ diatas cahaya dari Allah subhanahu wata’ala dan ini adalah isyarat adanya ittiba’ mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam menjalankan perintah maupun menjauhi larangan ini adalah taqwa masuk di dalamnya adalah mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, ittiba terhadap Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ini adalah bagian dari ketaqwaan.
Ringkasnya di dalam hadits ini, kenapa beliau mendatangkan hadist ini ingin menerangkan kepada kita bahwasanya bid’ah ini menjadi penghalang dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu menjadi penghalang seseorang tidak mendapatkan kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semakin besar bid’ahnya semakin terhalang apalagi sampai kepada kekufuran maka ini semakin jauh dari kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]