Halaqah yang ke-86 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mendatangkan hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
وَفِيهِ
Dan didalamnya yaitu hadits yang shahih
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذُكِرَ لَهُ أَنَّ بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالَ
Dari Anas bin Malik (semoga Allah subhanahu wata’ala meridhai beliau) bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan untuk beliau bahwa sebagian sahabat berkata.
Jadi ada beberapa orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang ke keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian bertanya kepada beliau tentang bagaimana ibadahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, disini disebutkan bahwasanya Anas bin Malik menceritakan
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Datang 3 orang kesebagian keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maksudnya adalah sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin bertanya tentang
يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ingin bertanya tentang bagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tentang nawafil, ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang beliau lakukan di dalam rumah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tentunya yang mengetahui adalah istri-istri Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, makanya mereka datang dan bertanya bagaimana ibadah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah, menunjukkan tentang bagaimana semangatnya para sahabat tersebut di dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا
Ketika di kabarkan kepada mereka ibadahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah adalah demikian dan demikian kalau malam demikian kalau siang demikian. Maka sepertinya tiga orang tadi ini تَقَالُّوْهَا, mereka menganggap ini sedikit, apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini sedikit tidak seperti yang mereka bayangkan sebelumnya sebelum datang, ini yang disampaikan oleh sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang bagaimana ibadah beliau ternyata mereka menganggap ini adalah ibadah yang sedikit kemudian setelah mereka mengetahui sedikitnya ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak seperti yang mereka bayangkan maksudnya, akhirnya mereka membuat makhroj sendiri, membuat alasan sendiri
أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ وَقدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ
Kemudian mereka mengatakan dimana kita dibandingkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, artinya kalau Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ibadahnya sedikit seperti yang kita dengar tadi dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena memang beliau sudah diampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang sehingga kalau Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ibadahnya demikian itu lumrah karena sudah dijamin diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang.
Kalau kita siapa yang menjamin, intinya mereka ingin mengatakan berarti kita harus memperbanyak ibadah meskipun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak seperti kita dalam banyaknya ibadah itu karena beliau sudah diampuni dosanya sedangkan kita kan belum sehingga kita jangan menyamakan diri kita dengan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kita harus memperbanyak ibadah.
Ini ucapan mereka akhirnya mereka masing-masing mengucapkan ucapan ini ingin mewujudkan ibadah yang lebih banyak
قَالَ أَحَدُهُمْ
Salah satu diantara mereka mengatakan
أَمَّا أَنَا فَأُصَلِّيْ اللَّيْلَ أَبَداً
Adapun ana maka aku akan sholat al-lail, maksudnya adalah semalam penuh, فَأُصَلِّيْ اللَّيْلَ, aku akan melakukan sholat malam terus, أَبَداً (selama-lamanya) maksudnya adalah tidak mau tidur, malam seluruhnya dia gunakan untuk sholat.
Ada pun yang lain
أَنَا أَصُوْمُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ
Adapun ana maka ana akan terus-menerus berpuasa, dia setiap hari berpuasa, وَلَا أُفْطِرُ dan aku tidak akan berbuka, maksudnya tidak akan dia tinggalkan 1 hari kecuali dia dalam keadaan berpuasa
وَقَالَ الْآخَرُ
Adapun yang ketiga dia mengatakan
أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَداً
Adapun ana maka ana akan meninggalkan wanita, maksudnya tidak akan menikah selama-lamanya. Masing-masing dari mereka tiga orang tadi ingin mempertinggi kuantitas dari ibadah mereka dan tidak ingin melakukan sesuatu yang mengurangi ibadah mereka
فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang, disebutkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya sebagian sahabat mengatakan
أَمَّا أَنَا فلَا آكُلُ اللَّحْمَ
Ada pun aku maka aku tidak akan memakan daging, ini berarti lafadz tambahan daripada lafadz yang disebutkan dalam shahih Bukhari. Bahwasanya ada di antara mereka yang mengucapkan ucapan ini yaitu tidak akan memakan daging
وقال الآخر أمَّا أنا فأقومُ ولا أنامُ
Adapun yang lain maka dia mengatakan ada pun ana maka aku akan sholat malam tanpa tidur
وَقَالَ الْآخَرُ: أمَّا أنا فلَا أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ
Adapun ana maka ana tidak akan menikah
وَقَالَ الْآخَرُ
dan yang lain mengatakan
أمَّا أنا فأَصُوْمُ الدَّهْرَ
Adapun ana maka ana akan berpuasa selama-lamanya.
فلَا آكُلُ اللَّحْمَ ini ada di dalam lafadz al-imam Muslim
فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا آكُلُ اللَّحْمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا أَنَامُ عَلَى فِرَاشٍ
Ini disebutkan dalam sebagian riwayat
أمَّا أنا فأَصُوْمُ الدَّهْرَ, فقال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah mendengar ucapan mereka ini Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam panggil itu orang-orang yang mengucapkan ucapan tadi karena sudah sampai kepada beliau kabar tentang ucapan mereka maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil mereka dan mengatakan
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا
Apakah kalian yang tadi mengucapkan demikian dan demikian,
yang mengucapkan saya shalat malam terus, dia mengatakan saya akan puasa terus dan seterusnya
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ
Ketahuilah demi Allah subhanahu wata’ala kata Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah subhanahu wata’ala dan paling bertaqwa di antara kalian.
Jadi kalau kalian berbicara tentang ini adalah menunjukkan rasa takut kami ini menunjukkan tentang taqwa kami kepada Allah subhanahu wata’ala ketahuilah bahwasanya aku, kata Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada Allah subhanahu wata’ala dan orang yang paling bertaqwa diantara kalian, itu sesuatu yang diterima oleh mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliaulah yang paling takut kepada Allah subhanahu wata’ala dan paling bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala tapi lihat
لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ
Akan tetapi meskipun aku adalah orang yang takut dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala aku tetap berpuasa dan aku berbuka.
Terkadang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa dan terkadang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka, tidak seterusnya berpuasa, berarti sunnah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah terkadang berbuka terkadang berpuasa
وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ
Dan aku shalat (yaitu shalat malam) dan aku tidur
Petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau tidur di awal malam kemudian setelah itu bangun di akhir malam berarti Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bangun, tidak seluruh malam Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam gunakan untuk shalat semuanya, tapi ada istirahat untuk badannya untuk jasadnya, ini adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling bertaqwa.
وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ
Dan aku menikahi para wanita
Padahal Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling bertaqwa dan paling takut kepada Allah subhanahu wata’ala tetapi Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menikah menunjukkan bahwasanya ketaqwaan bukan berarti seseorang tidak menikah, ketaqwaan bukan berarti seseorang tidak tidur di waktu malam, ketaqwaan bukan berarti dia berpuasa terus-menerus, tidak.
Jadi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa dan berbuka, shalat (malam) dan tidur, dan juga menikahi wanita
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
Maka barangsiapa yang membenci jalanku tadi, jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang disebutkan oleh Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebelumnya, berpuasa diselingi dengan Ifthar, shalat ada tidurnya dan dia juga menikah dengan wanita. Ini adalah diantara sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan barangsiapa yang membenci sunnahku ini, jalanku ini, maka dia bukan termasuk golonganku, bukan termasuk orang yang mengikuti jalanku, فَلَيْسَ مِنِّي maksudnya adalah bukan termasuk orang yang mengikuti jalanku.
Lafadz yang disebutkan beliau di sini
لَكِنِّي أَنَامُ وَأقُومُ وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ وَآكُلُ اللَّحْمَ
Akan tetapi aku tidur dan aku bangun, aku berpuasa dan aku berbuka, aku menikah dengan wanita dan aku makan daging.
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي؛ فَلَيْسَ مِنِّي
Maka barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia bukan termasuk golonganku (bukan termasuk orang yang mengikuti jalanku).
Disini beliau mendatangkan hadits ini untuk menunjukkan tentang celaan bid’ah dan bahwasanya bid’ah ini bisa menyebabkan seseorang membenci sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bisa menjadikan seseorang membenci agama Islam itu sendiri dan kalau orang sudah membenci agama Islam maka dia bukan orang yang mengikuti jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari mana bisa demikian antum lihat yang dilakukan oleh sahabat di sini, shalat malam, puasa ini ada dalilnya ada sunnahnya tapi kalau dilakukan secara berlebihan tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini termasuk bisa dikhawatirkan nanti bisa menjadikan dia membenci sunnahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, akibatnya فَلَيْسَ مِنِّي dia bukan termasuk orang yang menempuh jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal ini asalnya adalah disunnahkan, perkara yang disunnahkan (shalat malam, puasa) tapi ketika dilakukan lebih, melenceng dari jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berlebihan, justru malah bisa menjadikan seseorang bukan termasuk orang yang mengikuti jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam .
Lalu bagaimana dengan orang yang melakukan sesuatu yang bid’ah, kalau yang disunnahkan saja akibatnya tadi itu فَلَيْسَ مِنِّي, lalu bagaimana dengan orang yang melakukan sesuatu yang bid’ah, sama sekali tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka semakin jauh dari jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kalau sesuatu yang disunnahkan saja oleh Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tapi dilakukan berlebihan فَلَيْسَ مِنِّي apalagi sesuatu yang bid’ah yang memang tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini semakin dahsyat فَلَيْسَ مِنِّي nya yaitu bukan orang yang mengikuti jalanku.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]