Home » Halaqah 95: Pembahasan Dalil Kesepuluh Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman (Bagian 1)

Halaqah 95: Pembahasan Dalil Kesepuluh Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman (Bagian 1)

Halaqah yang ke-95 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan
وَعَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ»، قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» أَخْرَجَاهُ
وَزَادَ أَبُو دَاوُدَ: قُلْتُ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «ثُمَّ يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مَعَهُ نَهْرٌ وَنَارٌ، فَمَنْ وَقَعَ فِي نَارِهِ؛ وَجَبَ أَجْرُهُ، وَحُطَّ وِزْرُهُ، وَمَنْ وَقَعَ فِي نَهْرِهِ؛ وَجَبَ وِزْرُهُ، وَحُطَّ أَجْرُهُ»، قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «ثُمَّ هِيَ قِيَامُ السَّاعَةِ»
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman; Dahulu manusia mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan dan aku bertanya kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kejelekan karena aku takut kejelekan tersebut menemui diriku. Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu kami berada di dalam jahiliyah dan juga kejelekan kemudian akhirnya Allah subhanahu wata’ala datang kepada kami dengan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan lagi?, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan iya ada kejelekan, apakah setelah kejelekan ini setelah fitnah ini akan ada kebaikan lagi? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan ya ada kebaikan lagi, tetapi di sana ada دَخَنٌ, ada kotorannya.
Hudzaifah bertanya lagi kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apakah kotoran tersebut yang menyelinap, menyelip di dalam kebaikan tadi?, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan yang menjadikan, yang mengotori kebaikan tadi adalah sebuah kaum yang mereka tidak melakukan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mengamalkan bukan dengan amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Engkau mengenal dari mereka dan engkau mengingkari. Setelahnya aku mengatakan apakah setelah kebaikan yang ada دَخَنٌ nya tadi kemudian datang lagi kejelekan? maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan ya, fitnah yang buta, dan di sana ada dai-dai tapi ternyata mereka adalah دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ mereka berdiri di depan pintu-pintu tersebut dan ini adalah perumpamaan maksudnya mereka دُعَاةٌ mengajak manusia berada di atas jahanam barang siapa yang menjawab ajakan dari da’i-da’i tadi maka langsung oleh da’i tadi langsung dilemparkan ke dalam jahanam.
Maka Hudzaifah bertanya ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sifatkan kepada kami orang-orang tersebut, maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan mereka adalah kaum dari جِلْدَة kita dan mereka berbicara dengan lisan kita, maka Hudzaifah bertanya ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apa yang engkau perintahkan kepadaku ketika aku menemui zaman tersebut? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada Hudzaifah kalau dalam keadaan demikian maka hendaklah engkau melazimi جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ jangan engkau tinggalkan jama’ahnya kaum muslimin dan hendaklah engkau melazimi imamnya kaum muslimin.
Maka Hudzaifah bertanya lagi bagaimana seandainya saat itu tidak ada jama’ah, tidak ada kaum muslimin, tidak ada orang-orang yang mendengar dan taat kepada imam dan tidak ada imamnya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan petunjuk yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kamu tinggalkan firqoh-firqoh itu semuanya meskipun engkau harus menggigit akar pohon, yaitu pohon yang besar, sampai datang kepadamu kematian dan engkau dalam keadaan menggigit akar pohon tadi.
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim dari Hudzaifah bin Al-Yaman.
Al-Imam Muslim ada ziyadah, bahwasanya Hudzaifah bertanya lagi; setelah itu apalagi ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Kemudian setelah itu, yaitu di akhir zaman, akan keluar fitnah yang paling besar di akhir zaman yaitu keluarnya dajjal, dia membawa sungai dan juga membawa api, barang siapa yang masuk kedalam apinya dajjal ini maka dia akan mendapatkan pahala dan akan dihilangkan darinya dosa dan barangsiapa yang lebih memilih masuk ke dalam sungai tadi maka dia berdosa dan akan dihilangkan pahalanya. Kemudian aku bertanya lagi kemudian setelah itu apa ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang terjadi setelah itu adalah terjadinya قِيَامُ السَّاعَةِ
وَعَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ
Dahulu manusia, maksudnya adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, tentang besarnya keutamaan amal, bagaimana cara melakukan amalan ini dan seterusnya, dan maksudnya di sini adalah aghlab, sebagian besar, ada juga di antara para sahabat selain Hudzaifah yang dia bertanya tentang الشَّرِّ, di sini Hudzaifah berbicara tentang aghlab yaitu kebanyakan manusia mereka bertanya tentang kebaikan
وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ
Dan aku bertanya kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kejelekan, tentang fitnah yang terjadi, tentang kejelekan yang terjadi, dan maksudnya disini adalah aghlab juga, jadi sebagian besar pertanyaan Hudzaifah adalah tentang kejelekan bukan berarti beliau sama sekali tidak bertanya tentang kebaikan, disana ada beberapa riwayat, ada beberapa hadits, beliau juga bertanya tentang kebaikan, jadi baik yang pertama كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ atau yang kedua وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ maksudnya disini adalah sebagian besarnya, bukan berarti beliau sama sekali tidak bertanya tentang kebaikan dan bukan berarti para sahabat sama sekali tidak bertanya tentang kejelekan.
Kenapa beliau bertanya tentang kejelekan padahal kebanyakan para sahabat mereka bertanya tentang kebaikan, ini ada maksudnya, beliau mengatakan
مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
Karena aku takut kejelekan tersebut menemui diriku, artinya bertemu dengan kejelekan kalau dia tidak tahu dan tidak punya ilmu tentang kejelekan tadi maka dikhawatirkan dia terjerumus karena dia tidak mengetahui. Berbeda kalau sebelumnya dia sudah diberitahu tentang ilmu dan dikabarkan tentang kejelekan ini maka ketika datang biidznillah, kalau Allah subhanahu wata’ala memberikan taufik kepadanya dengan ilmu tadi dia akan selamat. Ini adalah kejelekan yang kemarin dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan petunjuk Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam aku harus demikian dan yakin bahwasanya di dalam petunjuk Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ada keselamatan di dunia dan juga di akhirat maka dia lakukan.
Inilah yang dimaksudkan oleh Hudzaifah ibnu yaman رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ dan ini menunjukkan tentang fiqihnya dan pemahaman beliau. Dan demikian seorang muslim di dalam kehidupan beragama dia mempelajari al-khair wa syarr, dia mempelajari kebaikan dan juga mempelajari kejelekan. Mempelajari apa itu amal saleh apa itu tauhid dan juga mempelajari tentang yang bertentangan dengan kebaikan tersebut, belajar tentang macam-macam syirik dan harus di atas ilmu diatas cahaya mengetahui tentang macam-macam syirik.
Kita harus mempelajari nawaqidhul Islam, sesuatu yang membatalkan keislaman kita, kita harus mempelajari sesuatu yang membatalkan
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Dikarang di sana Al-Bida’wan Nahyu ‘Anha, macam-macam bid’ah dan juga larangannya, di sana ada yang mengarang tentang Al-Kabair dosa-dosa besar dan tujuannya adalah supaya kita tidak melakukan atau terjerumus ke dalam kejelekan tadi maka harus seimbang.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top