Home » Halaqah 96: Poin-Poin Penutup – Nabi Muhammad Adalah Nabi dan Rasul Terakhir

Halaqah 96: Poin-Poin Penutup – Nabi Muhammad Adalah Nabi dan Rasul Terakhir

Materi HSI pada halaqah ke-96 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang poin-poin penutup nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir.
Kemudian beliau mendatangkan firman Allah ta’ala dan dalilnya, yaitu dalil bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir dan otomatis kalau nabi yang terakhir berarti tidak ada rasul setelahnya, tidak ada nabi setelahnya.
قوله تعالى
Firman Allah ta’ala
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَۗ
Tidaklah Muhammad bapak salah seorang di antara laki-laki dewasa kalian,
karena anak laki-laki beliau tidak ada yang sampai dewasa, yang sampai dewasa hanya yang perempuan saja. Anak laki-laki beliau Ibrahim, Abdullah, Al-Qasim. Abdullah dan juga Al-Qasim dilahirkan oleh Khadijah dan keduanya meninggal ketika keduanya masih kecil. Adapun Ibrahim maka ini adalah putra beliau dari Maria, budak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Ibrahim juga meninggal ketika masih kecil, jadi tidak ada anak laki-laki beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang tumbuh sampai dewasa. Adapun yang wanita maka tumbuh sampai dewasa, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan juga Fatimah, maka keempat-empatnya sampai dewasa.
Muhammad bukanlah bapak salah seorang diantara laki-laki dewasa kalian
وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ
tapi beliau adalah Rasulullah
وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَۗ
dan beliau adalah penutup para nabi.
Dan keyakinan bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penutup para nabi maka ini adalah termasuk dharuriyyat, perkara yang darurat, artinya seluruh muslim baik yang laki-laki maupun wanita mereka pasti meyakini bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir. Sesuatu yang darurat semuanya meyakini yang demikian sehingga kalau sampai ada yang tidak meyakini bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir maka dia bukan muslim.
Barang siapa yang meyakini bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bukan nabi yang terakhir maka dia bukan seorang muslim karena keyakinan seperti ini adalah termasuk dharuriyyat. Sehingga apabila di sana ada orang yang mengaku menjadi nabi, dan ini banyak sekali di negara kita, dan para ulama menjelaskan semakin banyak kebodohan di sebuah daerah maka akan semakin banyak orang yang mengaku menjadi nabi, semakin jauh dari ilmu maka akan semakin banyak di sana orang yang mengaku menjadi nabi.
Di Indonesia kalau kita hitung banyak sekali, ada yang perempuan, juga ada yang mengaku menjadi nabi, ada yang sempat katanya bertapa di sebuah gunung kemudian turun dia mengaku menjadi nabi bahkan sempat masuk televisi meskipun akhirnya dia bertobat, bertobat menjadi seorang nabi. Maka ini menunjukkan tentang banyaknya kebodohan dan seandainya muncul maka tidak boleh ada keraguan didalam hati seseorang bahwasanya dia adalah seorang yang kadzab, seorang pendusta. Jangan sampai ada, dan ini tidak mungkin ada di dalam hati seorang muslim, jangan-jangan dia benar seorang nabi, ini tidak ada dalam hati seorang muslim. Pasti dia langsung mengatakan dia adalah kadzab, dia adalah seorang pendusta.
Kemudian yang menjadi pertanyaan di sini kenapa beliau ketika menyebutkan
أولهم نوح وآخرهم محمد
tapi ketika menyebutkan tentang dalil yang didahulukan adalah dalil Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam baru setelah itu dalil yang menunjukkan bahwasanya Nuh adalah yang pertama, dilompatin,
وأولهم نوح عليه السلام، وآخرهم محمد shallallahu ‘alaihi wasallam وهو خاتم النبيِّين لا نبى بعده
kemudian
والدليل قوله تعالى
yang didahulukan adalah dalil yang menunjukkan bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir, baru setelah itu mendatangkan dalil yang menunjukkan bahwasanya Nuh adalah rasul yang pertama.
Disini didahulukan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena untuk tasyrif yaitu memuliakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mentaqdim beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rasul yang terakhir tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama daripada Nabi Nuh عليه السلام sehingga didahulukan sebelum mendatangkan dalil yang menunjukkan bahwasanya Nuh adalah rasul yang pertama.
Dan kalau kita kembali kepada ta’rif bahwasanya rasul ini diutus kepada kaum yang mukholifin, menyelisihi di dalam masalah tauhid, maka kita dapatkan Nuh عليه السلام memang diutus kepada kaum yang menyelisihi beliau di dalam masalah tauhid. Karena kesyirikan yang pertama ini muncul di zaman Nabi Nuh عليه السلام, menyelisihi di dalam masalah tauhid sehingga sangat benar sekali apabila dikatakan oleh Nabi Adam عليه السلام
ائْتُوا نُوحًا أَوَّل رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ
Hendaklah kalian mendatangi Nuh, rasul yang pertama yang diutus oleh Allah ta’ala kepada penduduk bumi.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Utsul Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top