Halaqah yang ke-6 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.
المعقد الرابع
Simpul yang ke empat diantara dua puluh simpul yang beliau sebutkan di dalam kitab ini adalah
صرف الهمة فيه إلى علم القرآن والسنة
Kalau tadi kita sudah mengetahui bahwasanya pengagungan terhadap ilmu adalah dengan mengumpulkan berbagai keinginan untuk ilmu tadi maka sekarang kita harus mengumpulkan keinginan tadi untuk mempelajari Al-Qur’an dan hadits Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.
Ini adalah termasuk pengagungan kita terhadap ilmu karena ilmu sumbernya adalah Al-Qur’an dan hadits, kalau kita ingin mengagungkan ilmu maka kita harus memiliki perhatian yang besar untuk mengenal Al-Qur’an dan juga hadits Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.
Karena mungkin sebagian orang ketika dia baru hijrah dan mengenal agama ini ingin belajar kemudian akhirnya dia kesana kemari mencari ilmu tapi sayangnya perhatian dia terhadap Al-Qur’an dan hadits ini kurang, menganggap bahwasanya kalau saya belajar tafsir atau Ana belajar hadits kapan saya dapat ilmu, Ana ingin belajar fiqih Ana ingin belajar Ushul fiqih Ana ingin belajar musthalah hadits.
Seakan-akan kalau mempelajari ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala belajar tafsir mempelajari Syarah dari hadits-hadits Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ini Ana tidak akan mendapatkan ilmu Ana akan menghabiskan waktu. Justru inilah sumber dari ilmu, maka kita harus kerahkan keinginan kita untuk mendapatkan ilmu Al-Quran dan juga sunnah.
إنَّ كلَّ علمٍ نافعٍ مردُّه إلىٰ كلام الله وكلام رسوله صلى الله عليه وسلم
Ketahuilah bahwasanya setiap ilmu yang bermanfaat itu sebenarnya kembalinya kepada ucapan Allah subhanahu wata’ala dan juga ucapan Rasul-Nya, seluruh ilmu yang bermanfaat itu kembalinya kepada ucapan Allah subhanahu wata’ala dan juga ucapan Rasul-Nya, kepada Al-Quran dan juga kepada sunnah.
وباقي العلوم: إمَّا خادمٌ لهما؛ فيُؤخذ منه ما تتحقَّق به الخِدمة، أو أجنبيٌّ عنهما؛ فلا يضُرُّ الجهل به
Adapun yang selainnya (selain Al-Qur’an dan Sunnah) terkadang dia fungsinya adalah untuk melayani supaya kita bisa memahami dengan baik Al-Quran dan Sunnah, maka itu tidak apa-apa dipelajari karena dia akan membawa kita untuk bisa memahami Al-Quran dan Sunnah,
فيُؤخذ منه ما تتحقَّق به الخِدمة
maka kita ambil ilmu tadi sehingga kita bisa mewujudkan pemahaman kita terhadap Al-Quran dan juga Sunnah.
Berarti mempelajari ilmu nahwu sharaf bagus karena dengannya kita bisa memahami Al-Qur’an dan Sunnah, kita mempelajari misalnya ushulu tafsir (kaidah-kaidah dalam tafsir) maka itu bagus karena dengannya kita bisa memahami Al-Qur’an, kita mempelajari misalnya Syarah hadits-hadits Arbain Nawawi bagus kita akan mempelajari dan memahami Sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
أو أجنبيٌّ عنهما؛ فلا يضُرُّ الجهل به
atau ilmu tersebut adalah tidak ada hubungannya dengan Al-Qur’an dan Hadits maka tidak memudharati kita kalau kita tidak tahu tentang ilmu tersebut, jangan merasa rugi kalau memang ilmu tadi tidak ada hubungannya dengan Al-Qur’an dan hadits, tapi merasalah rugi kalau ilmu tadi berkaitan dengan Al-Quran dan juga hadits.
وما أحسنَ قولَ عياضٍ اليَحصُبيِّ في كتابه الإلماع
Sungguh baik ucapan ‘Iyadh Al-Yahshubiy dalam kitab beliau Al-Ilma’
العلم في أصلين لا يعْدُوهما
إلَّ المُضِلُّ عنِ الطَّريق اللَّحبِ
علمُ الكتاب وعلمُ الاثارِالَّتي
قد أُسندت عن تابعٍ عن صاحبِ
Beliau mengatakan ilmu itu ada dalam dua pokok, tidak melewatinya kecuali orang yang sesat dari jalan yang jelas, yang pertama di dalam
علمُ الكتاب وعلمُ الاثارِ
ilmu yang ada di dalam Al-Quran dan juga ilmu yang ada di dalam sunnah, Al-Quran dan juga hadits. Ilmu Hadits yaitu hadits-hadits yang disandarkan dari seorang tabi’in dari seorang sahabat yaitu hadits-hadits yang sahih maksudnya, berarti ilmu ini menurut para ulama yang mereka sudah mendahului kita dalam ilmu, mereka mengatakan bahwasanya ilmu itu pondasinya pada Al-Quran dan hadits sehingga harusnya kita memiliki perhatian yang besar terhadap Qur’an dan hadits ini.
وقد كان هٰذا هو علم السَّلف – عليهم رحمة الله
Inilah dulu ilmu Salaf, dulu para Salaf itu kalau di majelis yang dibacakan ya hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam saja, haddatsana fulan qola haddatsana fulan sebutkan hadits, kemudian menyebutkan yang satunya lagi hadits dan seterusnya, majelis-majelis mereka majelis-majelis hadits.
ثمَّ كَثُر الكلام بعدهم فيما لا ينفع
Kemudian setelah itu banyak kalam (ucapan) di dalam perkara yang tidak bermanfaat
فالعلم في السَّلف أكثر، والكلام فيمن بعدهم أكثر
Ilmu di masa para salaf itu lebih banyak tapi ucapan mereka sedikit, jadi karena majelis-majelis mereka ilmu saja hadits-hadits saja yang disebutkan oleh mereka makanya ilmu mereka lebih banyak, adapun ucapan maka yang setelah mereka ini yang lebih banyak, ilmunya ada cuma ucapan mereka lebih banyak daripada ilmunya.
قال حمَّاد بن زيد
Berkata Hammad ibn Zaid
قلت لأيوبَ السَّختيانيِّ: العلم اليوم أكثر أو فيما تقدم؟
Hammad ibn Zaid mengatakan; Aku berkata kepada Ayyub As-Sikhtiyaniy, ilmu di hari ini lebih banyak atau dahulu? Karena di zaman beliau mungkin beliau melihat mulai banyak orang yang bicara
فقال: الكلام اليوم أكثر
Ucapan yaitu selain ilmu di hari ini lebih banyak, beda dengan zaman dulu
والعلم فيما تقدم أكثر
Adapun ilmu maka yang zaman dahulu itu lebih banyak.
Jadi yang banyak sekarang adalah ucapan manusia bukan ilmu, adapun zaman dahulu maka yang lebih banyak adalah qalallah wa qala rasul itu yang ada pada majelis-majelis ilmu zaman dahulu.
Maka simpul yang keempat ini di antara bentuk pengagungan kita terhadap ilmu kita harus kembali mau untuk mempelajari Al-Qur’an dan juga hadits, mempelajari Al-Qur’an kembali kepada Tafsir Al-Qur’an dan di sana ada kadar dari Al-Qur’an yang bagusnya dipelajari oleh seorang penuntut ilmu.
Kalau tidak salah Syaikh Shaleh Al-Ushaimi pernah menyebutkan seseorang kalau ingin mempelajari Al-Qur’an atau Tafsir Al-Qur’an maka dia minimal mempelajari Tafsir Al-Baqarah, mempelajari sampai Tafsir Al-Baqarah dengan qisar al-mufashshal juz-juz yang terakhir kalau tidak salah dari surah Qof sampai akhir.
Ini kalau kita mempelajarinya mempelajari Tafsirnya InsyaAllah kita bisa memahami Al-Qur’an ini secara global apa yang ada di dalamnya kalau kita mempelajari Al-Fatihah Al-Baqarah kemudian beberapa juz yang terakhir dari Al-Qur’an, kita memahaminya maka InsyaAllah ayat-ayat yang lain kita akan mudah juga untuk untuk memahaminya.