Syafa’at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal utama untuk mendapatkan syafa’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafa’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:
“Syafa’at itu akan didapatkan in syaa’ Allah oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan Allah sedikitpun.” (Hadis Shahih Riwayat Muslim)
Merekalah orang-orang yang Allah Subhanahu wata’ala ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak memberikan syafa’at kecuali bagi orang-orang yang Allah ridhai…”. (Al-Anbiyaa’ 28)
Syafa’at di akhirat ini berbeda dengan syafa’at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafa’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allah Ta’ala kecuali dengan izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)
Oleh karena itu permintaan syafa’at hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wata’ala, Dzat yang memilikinya. Seperti seseorang mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allah, aku meminta syafa’at Nabi-Mu.” Ini adalah cara meminta syafa’at yang diperbolehkan.
Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengatakan, “Yaa Rasulullah, berilah aku syafa’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafa’atnya. Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: